19

1.5K 216 9
                                    

Ji masih merasakan amarah yang membara, dia belum menyadari jika perbuatannya sudah terlampau kasar, dan ia pun tak tau jika kaki Jennie melepuh karna panas soup yang ia lempar tadi, sungguh. Ji begitu menakutkan ketika ia cemburu.

Ji berjalan menuju kamar, baru 15 menit lalu Jennie memasuki kamar, dan seketika lelaki ini hening saat ia lihat Jennie yang menangis dengan posisi duduk diranjang, tangan yang mengelus kaki yang memerah dan melepuh,

Rasa bersalah kini hinggap, apa yang telah dia lakukan? Bodoh. Bangsat sekali kau Ji. Ji mengumpat pada diri sendiri, meruntuki kesalahannya yang marah-marah tanpa alasan yang jelas. Meski sejujurnya ia cemburu berat namun Jennie tak tau karna dia tak berbicara, maka dari itu Ji sungguh menyesal.

"Apa masih sakit? Maafkan aku Jennie" beginilah. Ji selalu meminta maaf lebih dulu jika kesalahannya memang sudah keterlaluan, rasa gengsi seakan hilang ketika ia lihat tangis dan rintihan gadis tercinta.

"Sebenarnya kau kenapa? " Jennie berucap dengan nada lemah, Ji menunduk merasa bersalah, ia berdiri tanpa menjawab, Ji berjalan menuju lemari p3k dan mengambil salep untuk luka bakar.

"Aku hanya sedang mendapat mood buruk, maaf menjadikanmu pelampiasan amarahku, kemari biar aku obati" Ji berucap, ia oleskan salep dengan perlahan. Entah kenapa, Jennie enggan untuk beradu cakap dan memilih diam memperhatikan Ji yang mengobati lukanya,

"Aku tidak suka" Jennie berucap dengan nada sedikit rendah, Ji melirik gadis dengan wajah sembabnya ini,

"Aku tidak menyukai sikap mu seperti tadi" Jennie kembali berucap, Ji menatap dengan sorot sesal,

"Maaf, aku sudah menyakitimu. Lain kali aku akan memukul tembok untuk melampiaskan kekesalanku" Ji berucap,

"Sebenarnya apa yang membuatmu kesal? " Ji terdiam sejenak. Ia masih enggan untuk berucap jika ia begitu cemburu, maka dari itu dia hanya diam,

"Kau tak perlu tau, maafkan aku, aku tidak akan mengulanginya lagi" Ji berucap membuat Jennie menghela nafas. Terkadang dia pun tak bisa memaksa ingin tau,

"Pegang janjimu"

"Hm, tentu.

Jennie baru saja selesai mandi, ia lirik Ji yang berdiri dihadapannya, Ji hampiri Jennie yang berdiri menatapnya bingung,

" ini untukmu, ponselmu tadi rusak karna ku lempar tadi kan? Ini aku ganti" Ji berucap ia berikan dus ponsel yang masih disegel,

"Tumben sekali kau begini? Apa kepala mu terbentur?" Jennie berucap aneh, ia ambil dus ponsel, Ji memberikannya ponsel keluaran terbaru,

"Aku hanya tak ingin kau meminta ponselku, sudah, aku sedang baik hati hari ini" Ji berucap,

"Baik hati? Hell. Tadi sore saja kau bersikap kasar dan membuat kakiku melepuh," Ji menghela nafas sesal, ia menunduk bersalah, Jennie tersenyum, Ji selalu begini jika dia merasa begitu bersalah,

"Maaf, sebagai permintaan maafku, aku akan melayanimu bercinta sepuasnya malam ini" Ji berucap ia berikan cengiran, yang membuat Jennie menatap malas.

"Itu sih mau mu! Dan lagi bukan kau yang melayani nantinya malah aku yang akan melayani nafsu berlebihan mu itu, sudah lebih baik kau mandi," Jennie berucap, Ji terkekeh,

"Yasudah layani aku ayo" Ji hendak memeluk, namun Jennie tunjukan pandang tajam menakutkan.

" take a bath, Jim. "

"Oke. Bye"

LIAR{END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang