26

1.4K 214 9
                                    

Hening suasana di ruang tamu dari pasangan aneh ini, ibu Dara nampak memandang dengan sorot amarah, menatap kedua sejoli yang nampak menunduk dengan rasa takut yang menguasai.

"Apa yang kau ucap tentang kalian menikah karna game Jim? Jelaskan padaku." Ji menelan ludah gugup rasanya ia tak bisa berucap untuk sekedar menjelaskan.

"A-a-aku, m-mmom.."

"Katakan padaku dengan jelas!!!! Jennie katakan padaku!" Jennie ikut terdiam dengan rasa takut yang ia gigit jari seperti hal biasa jika dia merasa gugup dan tak bisa menjawab.

"Jim Jennie. Katakan padaku!" sentakan keras ibu Dara membuat Jennie dan Ji bergetar ketakutan, dengan ragu Ji menatap

"Apa kalian menikah itu karena saling mencintai ataukah kalah game seperti kalian katakan tadi?????" ibu Dara berdiri lantas mendekat pada Ji dan Jennie yang kembali gugup.

"Aku tak habis pikir dengan kenyataan sekonyol ini! Aku benar-benar kecewa pada kalian berdua, kedatanganku kesini untuk menengok putriku yang mengandung calon cucuku. Tapi kalian menyambutku dengan pertengkaran akan kejelasan hubungan kalian selama ini"

"Berdiri kalian berdua!" Ji dan Jennie mulai berdiri, ibu Dara menatap kedua wajah yang menunduk tanpa bisa menjawab.

"Aku tak menyukai ini semua! Jennie Jim, Kalian harus bercerai."

Bagar petir yang menyambar Jennie dan Ji serentak menatap ibu Dara dengan,

"Mommy ta-tapi kenapa, mana bisa aku dan Jennie bercerai, dia sedang mengandung anakku mom" Ji berucap pada ibu mertua.

"Terus? Jika anakku mengandung anakkmu, kenapa? Kau membenci anakku kan? Dan kau Jennie kau benci lelaki ini, jadi untuk apa kalian mempertahan hubungan konyol ini? Mom tak perduli lagi. Kalian berdua akan segera bercerai, pengacara mom yang akan mengurus semuanya!" ibu Dara berucap begitu serius.

"Mom ini adalah rumah tanggaku jangan seenaknya mom pisah-" Jennie terhenti berucap ketika ibu Dara menatapnya tajam.

"Pisahkan kalian? Ahh. Katakan padaku apa kau mencintai lekaki ini Jennie?" Jennie telan ludah begitu gugup, ingin sekali ia berucap namun ia merasa sangat ragu.

"See? Kalian bahkan tak bisa menjawab pertanyaanku dengan benar! Dengar mulai hari ini dan detik ini kau akan ku bawa ke New Zealand, Sebelum perceraian mu selesai kau akan tinggal bersamaku, dan ayahmu akan mengurus perusahaan gucci kembali! Dan kau Jim. Aku kecewa padamu. Berani sekali kau mempermainkan hubungan ini. Dan membohongiku dengan permainan konyol kalian. "

"Mo-mom tidak begitu, aku mohon. Jangan bawa Jennie. Dia sedang hamil dan butuh aku disampingnya" Ji berucap suaranya mulai bergetar tampaknya kegugupan dan kekagetan yang Ji rasa mulai membuatnya ingin menangis.

"Mom aku tak mau, " Jennie ikut berucap, ibu Dara nampak masih dalam emosi yang begitu tinggi. Sejujurnya memang dasarnya ibu Dara tak pernah tau alasan kenapa Jennie dan Ji menikah. Dia hanya tau keduanya saling mencintai.

Namun siapa sangka pertengkaran antara Jennie dan Ji membuatnya begitu kecewa dan marah. Ibu Dara memang masalah terbesar dari JenJi. Tapi jika saja kedua pasangan itu saling memahami dan jujur akan seluruh perasaan sudah jelas kejadian ini takan pernah terjadi.

Ibu Dara adalah orang serius. Dan tidak suka dibohongi, dia memeliki sifat baik dan keras. Inilah resiko jika ada seseorang yang membohongi dirinya dan lagi ibu Dara tak pernah suka pada orang-orang yang mempermainkan suatu hubungan.

"Dan aku tak mau tau, pergi kekamarmu dan beresi semua bajumu Jennie, cepat!" sentakan ibu Dara membuat Jennie mau tak mau harus mengikuti apa yang ibunya ingin ini, ia melirik Ji sebelum pergi memperlihatkan jika Jennie berharap Ji bisa mencegah ini semua.

"Mom, aku mohon. Jangan salah paham dulu, ak- "

Sebuah tamparan keras mendarat tepat dipipi kanan Ji, memberikan kesan sakit hingga ia bungkam mengehentikan segala kata,

"Aku kecewa padamu, aku akan berkata pada ibumu agar dia tau. Jangan pernah kau coba untuk dekati anakku lagi. Tak perduli kau ayah dari anak yang dia kandung, karna untuk apa kau mempertahankan jika kau tak meencintai anakku? Yang ada anakmu kelak nanti yang akan meendapat imbas dari kelakuan konyol kalian!" dengan menunjuk wajah Ji yang menunduk, ibu Dara tatap tajam lelaki yang terdiam dengan mata berkaca.

"Mom...tolong, dengarkan aku dulu, perdebatan yang tadi kau dengar itu hanya perdebatan biasa, aku akui aku menikah karna game, dan Jennie kalah dari ku. Tapi mo-"

"Benar-benar kau ini! Kau dan anakku benar-benar orang terkonyol dan bodoh. Kau pikir sebuah hubungan bisa kau pertaruhkan seperti itu hah? Apa kau pikir dengan game kau bisa bertaruh apapun? Bahkan nyawa mu ataupun nyawa dari orang tuamu? Jangan gila! Aku tak terima anakku menikah karna sebuah game. Meskipun dia sama salahnya denganmu. Tetap saja pihak gadis yang dirugikan. "

"Bahkan tanpa saling mencintai anakku mau mengandung anak darimu, kalian memang gila. Tapi aku akan akhiri kegilaan ini. Lebih baik kalian bercerai. Berpisah adalah jalan terbaik untuk kalian berdua!"

Ji tatap ibu Dara yang mulai pergi menuju kamar, Ji gertakan gigi, kenapa sulit sekali untuk berucap??? Kenapa? Arghhh. Ji segera berlari menuju kamar dimana Jennie sudah siap dengan kopernya dan tentunya ibu Dara disampingnya dengan mulut menasihati putrinya ini.

"Mom, jangan bawa Jennie pergi, dia istriku " Ji berucap ia hendak menyentuh tangan Jennie namun ibu Dara menepis kasar tangan lelaki itu,

"Sekarang dia istrimu dan bulan depan dia bukan siapa-siapamu. Ayo Jennie kita pulang!" ibu Dara menarik tangan Jennie untuk segera keluar kamar.

"Mom hentikan. Aku tidak mau pulang" Jennie mulai memberontak,

"Diam! Apa yang kau inginkan dalam hubungan konyol ini Jennie? Jangan jadi orang bodoh lagi! Jika kau mencoba untuk tetap tinggal dan kau Jim jika kau mencoba untuk mengejar. Maka aku akan melakukan tindakan tegas yang membuat kalian tak bisa lagi bertemu sampai kapanpun!" ancaman keras dari ibu Dara tak bisa Jennie dan Ji lawan. Bagaimana pun jika ibu Dara sudah mengancam maka ancamannya takan main-main.

"Mommm" Jennie mulai menangis ketika ibu Dara terus menariknya, Ji hanya bisa berdiri, dia terlalu takut dan ragu untuk mengejar.

Hingga Ji lihat bagaimana Jennie tak lagi dalam pandangan, meninggalkan dia yang berdiri dalam kamar yang terasa sunyi sepi, Ji rasakan air yang mengalir disela pipi. Bangsat!!!? Kenapa sulit sekali! Banjingan kau Ji, dasar pencundang!!!! Arghhh. Jennie.

"Jangan bawa istriku. Aku sangat mencintainya momm"

To be continue

100vote up

100vote up

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LIAR{END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang