22

1.5K 229 19
                                    

Ji menatap bingung Jennie yang terus menangis, merasakan mual perut yang berlebihan, bahkan makanan tak ada yang masuk, entah kenapa namun kehamilan Jennie benar-benar merepotkan. Bukan apa-apa, gadis ini begitu sensitif terhadap bau, makanan yang selalu dia bilang tak enak. Hingga membuatnya terus membuang makanan yang Ji berikan.

Dan sekarang Jennie menangis, ia merasa mual dan lemas, sampai-sampai Ji harus siapkan tempat untuk Jennie muntah agar tidak berjalan bulak balik kekamar mandi.

"Jim, mual," Jennie menangis, Ji menatap bingung, ia hanya bisa memeluk dan menenangkan Jennie.

"Tahan Jennie, aku akan membawamu kepada Rose " Ji berucap pelan, ia lepas pelukan untuk mengambil jaket nya dengan jaket Jennie.

"Pakailah, sini biar kubantu" Ji berucap ia pakaikan jaket ketubuh Jennie lantas segera menggendong Jennie menuju mobil digarasi.

Jennie rasakan mual kembali, ia benar-benar ingin muntah,

"Jim..." Ji melirik Jennie diarah samping, ia nampak sedikit panik dan lagi sekarang ia sedang mengemudi. Jangan tanya kemana supir atau pembantu. Gadis hamil muda ini mendadak memberi cuti pada semua pembaantu serta supir lantas meminta Ji untuk membereskan rumah atau menyiapkan makanan. Sialan memang.

"Kemari, buang saja ludahmu ditanganku" Ji berucap ia berikan tangan nya sebagai tempat Jennie muntah. Ji tau hanya ludah yang Jennie buang, ayolah Jennie tidak makan apapun dari semalam.

"Tidak mau, erghh... Mommyyyy" Ji hela nafas ketika Jennie kembali menangis. Ia merasa bersalah karna tak bisa berbuat apapun untuk meredakan rasa mual yang Jennie rasa.

Ji melajukan mobil sedikit cepat, hingga dalam waktu 15 menit akhirnya mereka sampai dirumah sakit milik Rose, Ji segera membawa Jennie menuju ruang Rose.

"Sepertinya kehamilan mu akan sedikit merepotkan, tapi gejela ini adalah hal yang wajar untuk kehamilan awal, aku akan buatkan resep untuk mengurangi rasa mualmu unnie" Rose berucap,

"Kau benar Rose, dia bahkan tak mau makan apapun, dia membuang seluruh pengharum ruangan, parfum ku pun ia buang, dia berkata jika semua sangat menganggu dan membuatnya tak nyaman, jika ada kau kasihlah obat untuk meredakan penciumannya ini" Ji berucap, Jennie ingin sekali memutar telinga Ji namun ia terlalu lemas.

Rose berikan resep yang dia tulis,

"DiMasa kehamilan unnie itu adalah hal yang wajar, hanya saja dia akan sedikit merepotkan, kau harus bersabar, dan luangkan waktu lebih banyak untuk menemaninya oppa" Rose berucap, ia tatap Jennie dan Ji yang nampak kurang setuju dengan nasihat Rose.

"Nooooo, meskipun aku slalu mual, bukan berati aku harus ditemani Ji terus menerus, itu sangat menyebalkan Rosieee. Aku sangat bosan melihat wajah jeleknya ini"

"Ya! Kau pikir aku mau menemanimu? Cukup kemarin saja aku mengambil cuti untuk menemanimu, "Ji berucap dengan pandang malas.

hah.... Rose menghelela nafas, ia begitu aneh dengan pasangan ini.

" kalian itu, hentikan kekonyolan ini, dan unnie sangat penting jika Ji oppa berada disampingmu, dan kau oppa berhenti berdusta aku tau sejujurnya kau memang ingin selalu dekat istrimu, kalian berdua berhenti bersikap munafik!"

Keduanya hanya bisa diam dengan kekesalan Rose.

"Jim..." Jennie berucap memanggil sang suami yang kini tengah membuatkan susu hamil, didapur sedangkan dia duduk tenang di meja makan.

LIAR{END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang