Tama menyisir rambutnya ke belakang, sambil menggerutu kesal, karena rambut kecenya jadi susah diatur setelah keramas. Ia pun merutuki dirinya sendiri setelah satu minggu tidak mencuci rambut, itu berarti ia tak menengok kotak gel rambutnya yang bahkan entah sejak kapan kosong. Tama tahu siapa tersangkanya, jika bukan Juno yang suka tebar pesona ke tetangga cantik Tama-Airin-dengan dalih mampir sebentar, tentu Cakka;si bocil sok keren yang memang terlahir lebih keren darinya.
"Tahu gini mending nggak usah keramas," protesnya sembari mengibas-kibas rambutnya.
"Jorok lo," sahut Agus yang sedari tadi jauh lebih kesal melihat tingkah Tama.
Yang diprotes hanya melirik sejenak pada Agus yang duduk diam belaka, tanpa roman di bangku seberang. Lantas Tama mengembalikan esensinya pada laptop.
"Hai guys," sapa Juno yang entah datang darimana, tepat di sampingnya ada Sana teman satu kelas Agus berjalan sejajar dengan Juno.
"Hmm," sahut Tama, berbeda dengan Agus yang hanya memandang keduanya dalam diam.
Juno melirik pada layar laptop, membuat gadis di sampingnya ikut mengamati apa yang Tama buka.
"Target baru bos?" Juno memperhatikan deretan foto gadis yang Tama scroll, kali ini Sana melirik ke arah Juno yang sudah duduk bergabung dengan Tama.
"Eh, tapi kok gue familiar ya sama mukanya?" Terka Juno.Sedang Tama yang tengah kejatuhan bulan, hanya menyunggingkan bibir dengan alis terangkat tinggi, merasa menang start dari Juno. "Loh, eh, itu kan asisten dosen di kelas gue, eh San, coba liat beneran kan ini kak Joyana kan," ujar Juno panik berlebihan di tempatnya.
Gadis itu kini mengambil posisi duduk di bangku kosong tepatnya di samping kiri Tama. "Iya, ini Kak Joyana."
"Lo, kok bisa nemu IG-nya?" Juno menyahuti penuh kebingungan.
"Nggak cuma IG nomer WA juga aman di hp gue," ujar Tama memainkan alisnya naik-turun.
"Pamer lo!" Seru Juno. "Eh, tapi kok bisa?" Sambungnya.
"Ada deh, rahasia gue, dia, dan Tuhan," ujar Tama yang sibuk mendownload foto-foto gadis yang sedang mereka bicarakan.
"Belagu, mampus lo kalo dianya nggak doyan." sarkas Agus yang tengah memainkan ponselnya. "Lo, nggak ada kelas Jun, keliling mulu lo."
"Hehe, biasa jalan-jalan, siapa tahu bisa dapet nomor mahasiswa bule, yang lebih cakep dari Kak Joyana."
"Huu, ngiri lo?" Seru Tama, tak sengaja ia menatap ke arah Sana yang hanya diam memperhatikan layar laptop. "Lah, lo dateng darimana San?"
"Hah. Gu-gue-"
"Eh, by the way, Kak Airin masih jomblo?" Sambung Juno tiba-tiba, memotong jawaban Sana, seketika membuat Tama menatap sangsi ke arahnya.
"Airin nggak terima lowongan pacar. Apalagi modelan kayak lo." Sahut Tama penuh penekanan.
"Yee, sok tahu, lo siapanya? Gini-gini gue tipe idaman," sanggah Juno tak mau kalah, sembari menarik ringan kerah kemejanya.
"Gue-" jawaban yang seharusnya mudah Tama ucapkan mendadak tertahan di pangkal lidah. Bukan tentang siapa Airin atau siapa mereka, tetapi ini tentang siapa dia dimata Airin, sebuah pertanyaan elusif yang melilit kerja otaknya, bahkan lucunya hal itu baru terfikir oleh Tama.
"Heh, San, lo yang di samping mereka nggak pengen nabok pakek buku lo?" Tentu saja perdebatan mereka, membuat Agus tak fokus pada permainan yang ia mainkan. Lebih tertarik untuk mencaci keduanya.
Gadis berkuncir kuda itu tersadar dari lamunannya. "Gue nggak ikutan urusan cowo. Eh iya gue balik dulu ya, masih ada kelas bentar lagi," tukasnya sembari melirik arloji pada pergelangan tangan lantas segera beranjak meninggalkan ruang tunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembar Sial
Novela JuvenilTiga serantai yang bersahabat sejak duduk di bangku SMA, lebih tepatnya sejak ketiganya terlambat dihari yang sama, mendapat point dan hukuman yang sama dari polisi sekolah, bermasalah dalam hal asmara. Dan sama-sama menjadi target cinta monyet, Bam...