Jangan lupa untuk Vote dan Komen yaa
Belum nyampe vote di bab sebelumnya. Tapi komennya udah banyak dan tangan aku gatal pengen next.
Hal lainnya karena covernya baru ganti juga.
Jadi, tolong sebelum baca di vote dulu yaa.
Gratis kok
Tinggalkan komentar yang banyak. Okee
Happy Reading
Gedung favorit bagi para murid MHS adalah cafetaria atau kantin.
Cafetaria Meteor High School, cukup ramai di hari kedua sekolah. Para murid antri untuk mengambil makan siang mereka, dengan menu yang tentunya banyak disukai oleh para murid MHS.
Cafetaria, terlihat jelas setiap batas di kantin itu. Ada pembagian kelompok yang dilakukan oleh murid MHS saat di kantin.
Bagian kanan di tempati oleh murid yang pintar, kaya, aktif dalam berorganisasi dan teladan.
Bagian kiri, di tempati oleh para murid populer, dan di sini, kepintaran tidak perlu, yang diperlukan adalah seberapa populernya anak tersebut dan melihat status sosial orang tuanya.
Bagian depan, di tempati oleh anak-anak yang tidak pintar, tidak populer, tetapi orang tuanya mampu berkontribusi besar di sekolah, dalam artian menjadi donatur sekolah.
Bagian belakang, di tempati oleh para murid yang mendapatkan beasiswa, di MHS para murid beasiswa dianggap sebagai buangan.
Lalu terakhir, bagian tengah, di sini di tempati para murid dengan paket komplit, aktif, kaya, pintar, populer, dan para orang tuanya yang memiliki status sosial yang tinggi, serta memiliki kontribusi besar di sekolah.
Untuk beasiswa, hanya ada satu murid yang bisa duduk di bagian tengah, yaitu Abhita. Hanya dia satu-satunya. Di bagian tengah, salah satunya ada Shaula, Zeno, Bhita, Akar dan Raven. Ada beberapa murid lainnya, tapi tidak satu meja dengan mereka.
"Katanya murid baru itu di kelas lo ya Zeno?" tanya Shaula, yang memang selalu memulai pembicaraan.
Zeno mengangguk sambil memakan saladnya. Zeno adalah seorang vegetarian. Dia hanya memakan sayur dan buah-buahan.
"Coba makan nasi ini Ze!" ujar Raven.
"Lo mau bikin gue muntah?" ketus Zeno.
Raven terkekeh dan menyengir.
Mereka semua tahu, bahwa Zeno tidak bisa makan nasi. Dia selalu mual dan bahkan muntah, ketika berusaha mencoba makanan itu. Karena dari kecil, Zeno sudah tidak bisa menerima nasi di dalam perutnya, bahkan mengonsumsi produk hewani.
"Buat masalah aja lo," ujar Bhita yang terdengar sengit.
"Gue—" ucapan Raven terpotong.
"Itu bukan anak barunya?" potong Shaula sambil menunjuk seorang cewek yang sedang memegang nampan.
Mereka menoleh ke arah tunjuk Shaula.
"Iya itu," jawab Akar. "Tadi gue yang ngantar dia ke kelasnya. Namanya Neoma."
"Gue ajak ke sini ya," ujar Shaula.
"Jangan!" larang Bhita.
"Kenapa?" tanya Shaula yang tadi ingin memanggil Neoma.
Bhita mengarahkan dagunya. Ternyata, dari bagian belakang, anak-anak beasiswa melambaikan tangan ke arah Neoma. Mereka tidak tahu, bagaimana cara para murid beasiswa mengenal Neoma.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACCISMUS
Teen Fiction"Katanya, kematian adalah akhir yang indah dari segalanya!" - Kedatangannya, bukan tanpa alasan. Dia harus menginjakkan kakinya di sebuah sekolah bernama Meteor High School. Meteor High School, sekolah elit ternama yang hanya menerima anak-anak dar...