9- A: Uranus

1.4K 284 104
                                    

Jangan lupa Vote dan Komen

Berjumpa lagi dengan story Accismus

Vote 100 + komen 100 kita next part yaaa

Okee

Happy Reading

"La, kamu ada masalah?" tanya Raven pada Shaula.

Bahkan Raven memanggil Shaula dengan kata kamu bukan lo seperti biasanya. Sebab, laki-laki itu sedari tadi melihat pacarnya itu hanya diam dan tidak ceria seperti biasanya.

Shaula menggeleng, dia merasa tidak mungkin mengatakan tentang masalah keluarganya, kepada Raven. Walaupun sudah berpacaran, dia sangat susah untuk bercerita tentang masalahnya.

"Hei La, kamu kenapa? Ada masalah?"

Shaula kembali menggeleng dan memberikan senyuman tipis. "Aku nggak apa-apa kok. Cuma... lagi bad mood aja."

Raven mengangguk-angguk kecil. Walaupun dia masih penasaran. Tapi, dia tidak ingin memaksa Shaula untuk bercerita tentang masalahnya lagi.

"La!"

"Hm?"

"Aku... boleh nanya?"

"Nanya apa?"

Raven berdehem kecil. "Kenapa... kamu, nggak mau ngenalin aku sama orang tua kamu? Maksud aku, kenapa kamu nggak mau, mereka tahu kita pacaran?"

Shaula menatap Raven. Cukup tidak percaya, mengapa Raven bertanya kepadanya perihal ini.

"Kamu... kan tahu siapa orang tua aku, Ven."

"Iya aku tahu. Aku pernah bertemu juga dengan mereka. Saat itu aku diajak Papa ke acara pesta kantor temannya. Kebetulan di sana ada papa dan mama kamu juga

"Bukan mama aku, dia cuma istri papa aku," ujar Shaula dengan sangat tenang.

Tapi dapat membuat kerutan halus di dahi Raven. Ya Raven tahu, Shaula sangat tertutup tentang keluarganya. Tapi, dari cara bicaranya, seperti ada masalah dalam keluarga Shaula, pikir Raven.

"Gini Raven, ini masalah keluarga aku. Dan akan aku ceritain ke kamu. Yang kamu lihat itu, adalah ibu tiri aku. Papa menikah dengan wanita itu, sekitar tiga tahun yang lalu. Wanita itu juga membawa satu anak. Mama kandung aku meninggal ketika aku berumur 12 tahun. Em... karena kanker rahim. Dan kenapa aku nggak bisa kenalin kamu sebagai pacar aku? Karena... Papa nggak suka aku pacaran. Papa... selalu membatasi pergerakan aku. Daripada hubungan aku dan kamu bermasalah. Akan lebih baik, sementara kita seperti ini dulu. Kamu... nggak masalah kan sama ini?"

Raven terdiam mendengar penjelasan dari Shaula. Selama berpacaran dengan Shaula, dia sama sekali tidak pernah mendengar Shaula menceritakan tentang keluarganya. Raven melihat Shaula adalah gadis yang ceria dan seperti tidak memiliki masalah dalam hidupnya.

Tapi, setelah mendengar kata wanita daripada menyebut kata ibu atau mama pada istri ayahnya sendiri. Raven yakin, ada luka tersendiri yang sedang ditutupi oleh kekasihnya ini.

"Kamu.... marah ya?" tanya Shaula dengan matanya yang terlihat berkaca-kaca dan bibir ranumnya yang bagian bawahnya maju beberapa centi.

Melihat ekspresi Shaula. Membuat Raven gemas dengan Shaula.

"Aku nggak marah sama sekali, La. Terima kasih udah mau cerita ke aku. Terima kasih udah percaya sama aku juga," ujar Raven.

Shaula tersenyum. "Sama-sama sayangku."

"Sekarang supaya bisa balikin mood kamu, lagi. Kamu mau apa dari aku?"

"Beneran boleh?"

Raven mengangguk.

ACCISMUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang