Halo Accismus kembali.
Jangan lupa Vote dan Komen ya guys
Free loh
Okee, selamat membaca semua
Happy Reading
Hanya dentingan garpu dan sendok yang terdengar di meja makan yang sebenarnya cukup menampung lima sampai dengan tujuh orang. Tapi, hanya ada satu orang yang memakan sarapan paginya.
"Di minum susunya Non Neo, mumpung masih hangat," ucap seorang pria tua paruh baya itu.
"Iya Pak," jawab Neoma.
Rata-rata pekerja di rumah itu memang pria dan sangat jarang wanita. Kedua orang tua Neoma percaya jika pekerjaan pria lebih cepat dan bersih.
Neoma juga menikmati sarapan pagi itu dalam diam. Tapi, suara langkah sepatu membuatnya segera menoleh.
Senyuman di wajah Neoma seketika terlihat, seketika dia ceria. "Mama sama Papa nggak sarapan dulu?" tanya Neoma kepada orang tuanya.
Wanita yang telah rapi dengan setelan kantornya, layaknya wanita karir. Lalu seorang pria dengan setelan jas rapinya. Pria itu adalah Daniel dan wanita itu adalah Aruna.
Aruna mengecek jam tangannya. Lalu menoleh ke arah Neoma. "Kita lagi sibuk, kamu sarapan duluan aja ya Sayang," ujar Aruna.
Neoma menghela napas pelan pelan dan mengangguk.
"Papa nanti malam, bisa temanin aku nonton film terbaru nggak?" tanya Neoma menatap Daniel.
Daniel diam sejenak, lalu menggeleng. "Papa ada urusan ke luar kota hari ini. Kita nontonnya besok aja, ya?" ujar Daniel.
Neoma mengangguk dengan malas. Mencoba untuk memahami. "Tapi... Papa janji 'kan?"
Daniel menggumam dan mengangguk. Dia memberi usapan kecil di rambut putri semata wayangnya, lalu kemudian pergi disusul oleh Aruna.
Setelah kedua orang tuanya pergi. Neoma kembali menatap makanan-makanan itu. Lalu, saat dia ingin menyentuh sendoknya kembali. Neoma mengurungkan niatnya.
"Aku udah selesai Pak. Bilang sama sopir, siap-siap. Mau ambil tas dulu," ujar Neoma yang kemudian melangkah pergi.
Joko, nama pria tua itu. Pria itu hanya bisa menghela napas berat melihat keluarga yang tidak memiliki kehangatan ini, lagi.
"Kasihan Non Neo," ujar Joko dengan hembusan napas.
-A-
Zeno menoleh ke samping, ketika sudah sampai di depan lobi gedung belajar MHS. Ada seorang laki-laki yang berpakaian seragam berbeda, tengah menatapnya.
Draco Alfian Frederic, panggil saja Draco. Dia adalah kekasihnya Zeno, tapi mereka berbeda sekolah.
"Nanti pulang sekolah aku jemput kamu," ujar Draco.
Zeno hanya menggumam. Lalu keluar dari mobil Draco, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Draco hanya menghela napas berat melihat sikap pacarnya itu. Lagi pula, laki-laki itu sudah terbiasa.
Ketika Zeno sudah mulai menaiki anak tangga mengarah ke gedung. Draco menurunkan kaca mobilnya.
"Belajarnya yang semangat, Bia!" ujar Draco cukup keras dan dapat di dengar oleh beberapa murid lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACCISMUS
Novela Juvenil"Katanya, kematian adalah akhir yang indah dari segalanya!" - Kedatangannya, bukan tanpa alasan. Dia harus menginjakkan kakinya di sebuah sekolah bernama Meteor High School. Meteor High School, sekolah elit ternama yang hanya menerima anak-anak dar...