Halo kembali lagi dengan lapaknya aku!
Jangan lupa untuk Vote yeeee
Jangan lupa untuk komen yang banyak, biar cepat lanjut. Hahahha
Happy Reading
Meteor High School memiliki beberapa ruangan khusus yang digunakan untuk ruang belajar. Tapi itu hanya sebuah alasan belaka. Karena nyatanya, ruangan ini digunakan untuk beberapa anak yang mana orangtuanya sangat berpengaruh di sekolah.
Kini, di ruangan yang di pintunya berpapan nama A01. Ruangan ini cukup besar, di mana di dalamnya terdapat satu buah piano dan beberapa rak buku, ada beberapa set sofa yang bisa digunakan untuk istirahat. Iya, bukan seperti untuk ruang belajar biasa.
Ruang A01 adalah ruangan khusus milik Zeno dan Shaula. Tapi Bhita juga bisa masuk ke dalamnya. Bhita bisa berada di sini karena Zeno dan Shaula. Sebenarnya, mereka jarang ada di ruang A01 dan lebih suka berada di kantin.
Tapi, kali ini berbeda bagi Zeno.
"Shit!" umpat Zeno ketika sebuah bantal menimpuk wajahnya saat lagi berbaring.
Zeno langsung bangun dari posisi berbaringnya. Dia mendecak ketika melihat wajah bahagianya Shaula. Shaula duduk di sebelah Zeno dan Bhita duduk di depan piano.
"Ze!"
"Hm?"
"Lo nggak kasihan sama Neoma?" tanya Shaula secara tiba-tiba.
Mata Zeno yang tadinya tertutup, mulai terbuka. Tidak hanya Zeno, Bhita yang sedang memainkan piano tersebut. Menghentikan pergerakan jarinya. Dia langsung beranjak dari kursinya dan duduk di sofa single.
Mata Zeno menyipit. "Kasihan?"
Shaula mengangguk.
Seketika Zeno terkekeh kecil ketika mendengar itu. "Seorang Shaula punya rasa kasihan?" Zeno tersenyum sinis.
Kerutan halus terlihat di dahi Shaula. "Salah?"
Zeno menggeleng. "Nggak salah, tapi aneh. Apa lagi, ini seorang Neoma yang baru lo kenal. Gue jadi curiga, kenapa lo bisa sepeduli itu sama dia."
Shaula diam, ekspresi wajahnya terlihat jauh lebih serius.
"Lo... nyembunyiin, sesuatu dari kita?"
Shaula menatap Zeno beberapa saat. Lalu, memilih untuk menyandarkan dirinya di badan sofa dan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Lo jangan lupa sama rules kita Zeno, yaitu jangan pernah cari tahu tentang urusan pribadi masing-masing."
"Iya, gue nggak akan pernah lupa. Tapi, lo terlalu mikirin dia dan lo maksa gue buat nerima dia. Lo harus ingat, kita bisa bertiga ini sampai sekarang itu karena sebuah alasan, Shaula. Kalau bukan karena itu, kita nggak akan sama-sama. Dan lo harus ingat, kalau seorang Shaula yang memulai ini semua!"
Shaula menoleh. Tatapannya berubah lebih tajam. Tanggannya tidak lagi mendekap.
"Zeno, Bhita, mungkin lo berdua harus tahu tentang ini. Gue tahu alasan kenapa kita bisa sama-sama sampai saat ini. Seolah-olah kita ini sahabat baik di depan semua orang-orang. Padahal pertemanan kita ini nggak nyata. Fake friends! Ini demi semua demi menyelamatkan diri kita masing-masing."
Pernyataan dari Shaula, membuat Zeno dan Bhita lebih fokus mendengarkan.
"Karena kita terlalu takut saling menghancurkan dan menyerang satu sama lain," ujar Bhita yang akhirnya bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACCISMUS
Teen Fiction"Katanya, kematian adalah akhir yang indah dari segalanya!" - Kedatangannya, bukan tanpa alasan. Dia harus menginjakkan kakinya di sebuah sekolah bernama Meteor High School. Meteor High School, sekolah elit ternama yang hanya menerima anak-anak dar...