Hidup memang selalu memiliki rintangan, akan ada lika-liku yang menjadi penghalang. Dan juga kehidupan akan selalu seperti tanda tanya, tak ada yang tahu dengan selanjutnya yang terjadi. Maka dari itu, tetaplah hidup untuk menemukan jawaban di balik semuanya yang sudah terjadi. Meskipun menyakitkan, mereka seakan-akan di tuntut untuk melakukannya.
Begitulah yang ke-empat cowok itu jalani. Sejak perceraian kedua orangtuanya, mereka memilih hidup dengan mandiri. Orang dewasa selalu mencari ketenangan sendiri setelah mereka mengakhiri hubungan, jika mereka masih punya kewajiban pasti mereka akan memilihnya. Ketimbang menghabiskan waktu untuk kebahagiaan sendiri. Orangtua biasanya juga egois, mereka tidak bisa terhindar akan sifat buruk itu.
Oleh karena itu, orangtua mereka tak memikirkan kewajiban sebagai sosok yang menghadirkan. Mereka memang tak menyuruh Yoshi untuk melakukannya. Namun, seolah-olah membiarkan si sulung melakukan apa saja.
Padahalkan, dia punya kehidupannya sendiri, menghabiskan waktu dengan bercinta. Sekarang ia justru tidak sempat memikirkan hal itu. Percintaannya tidak penting, dan lebih utama untuk peduli pada adiknya saja. Mereka sangat membutuhkan Yoshi, dia tidak mungkin mengabaikannya.
"Udah ditebus belum obatnya?" Mashiho bertanya setelah ia baru saja pulang dari tempat kuliahnya.
"Tapikan--"
"Jangan bilang kalo uangnya nggak ada? Haruto kamu tuh bilang aja nggak usah diem. Kakak punya kewajiban buat kamu, jadi tolong jangan sungkan buat minta apa aja," jelas Mashiho, dia tahu Haruto akhir-akhir ini banyak berbohong. Mungkin Haruto berbohong, karena dia merasa menyusahkan kakak-kakaknya sendiri.
Setelah membeli obat-obatan yang mahal guna membantu tahap penyembuhannya. Haruto jadi merasa tak enak hati, dia banyak memberikan beban bagi kakak-kakaknya juga. Karena dia sakit, maka Haruto hanya akan merepotkan saja.
"Tapi kakak udah banyak ngeluarin uang cuma buat beli obat. Lagian, Haruto gak ngerasain sakit. Cuma pusing dikit," ucap Haruto meyakinkan akan hal itu. Meskipun dia sendiri tidak benar-benar yakin.
"Tetap aja, dek. Mana resep obatnya? Biar kakak tebus hari ini."
Dengan ragu-ragu Haruto memberikan resep obat beberapa hari yang lalu, dia benar-benar merasa ini salahnya. Seharusnya kan dia tidak sakit agar kakaknya tak kesusahan. Lagi-lagi Haruto justru menyalahkan dirinya sendiri.
Dia teringat akan banyak hal tentang kepedulian yang di lakukan oleh Mashiho. Sebelumnya sang mama yang memperdulikannya lebih dari apapun. Haruto berpikir jika hal itu tidak akan pernah hilang. Namun, dia salah menduganya. Sebab semuanya bisa terjadi dalam sewaktu-waktu.
Di saat Haruto merindukan mamanya, dia tidak bisa mengatakan apapun. Haruto berusaha menghilangkan kerinduannya, sebab dia tidak perlu melakukan hal seperti itu. Karena perceraian kedua orang, Haruto menjadi lebih hancur. Dia tidak pantas mengharapkan cinta, serta kehadiran orang-orang dewasa yang menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulang[✓]
Hayran Kurgu𝗡𝗶𝗮𝘁𝗻𝘆𝗮 𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗺𝗮𝘁𝗶 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗰𝗲𝗽𝗮𝘁. 𝗣𝘂𝗹𝗮𝗻𝗴𝗻𝘆𝗮 𝗷𝘂𝗴𝗮 𝗯𝘂𝗸𝗮𝗻 𝗸𝗲𝗺𝗮𝘂𝗮𝗻, 𝘀𝗲𝗺𝘂𝗮𝗻𝘆𝗮 𝘁𝗲𝗿𝗷𝗮𝗱𝗶 𝗮𝘁𝗮𝘀 𝘁𝗮𝗸𝗱𝗶𝗿 𝗧𝘂𝗵𝗮𝗻 𝗮𝗴𝗮𝗿 𝗱𝗶𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗵𝗲𝗻𝘁𝗶 𝗸𝗲𝘀𝗮𝗸𝗶𝘁𝗮𝗻. 𝖲𝗍𝖺𝗋𝗍-02-𝖩...