-4-

1.2K 169 20
                                    

Sudah hampir 1 bulan Sean mengurung Jennie diapartment miliknya bahkan dia sama sekali tidak membiarkan Jennie keluar. Jennie bahkan sudah dikeluarkan dari kampus karena dia bolos tanpa kabar. Orang tua Jennie bahkan tidak tahu kalau selama sebulan itu Jennie tidak pulang kemansion karena mereka lagi berada di Italy atas urusan pekerjaan mereka.

"Aku beliin chicken sama dumpling buat kamu. Dihabisin ya"ujar Sean

Jennie menatap Sean dengan datar"Sampai kapan elo mau menculik gue hah?!"marahnya.

"Aku tidak menculik kamu. Kamu milik aku jadi sudah seharusnya kita tinggal bersama bukan?"sahut Sean

Jennie menatap Sean. Tatapannya penuh benci"Ck,kamu psycho!"

Sean menghela nafasnya dengan kasar"Maaf Jen,aku hanya mau bahagia bersama kamu"

Jennie memutar bola matanya dengan malas dan beralih memakan makanan yang dibeli oleh Sean. Melihat itu,Sean sontak tersenyum. Dia senang karena Jennie tidak pernah menolak makanan yang dibeli olehnya.

"Aku juga sudah membeli tas serta baju baru buat kamu"lanjut Sean

"Gue bukan jalang elo"sahut Jennie singkat

"Aku bahkan tidak pernah menganggap kamu jalang aku. Kamu special Jen. Kamu pemilik hati aku. Aku sanggup memberikan segalanya untuk kamu"

"Percuma elo membeli baju baru untuk gue kalau nyatanya elo tidak membiarkan gue keluar"

"Kamu mau keluar? Nanti sore kita keluar bareng ya. Aku bisa bawa kamu jalan jalan"

"Gue hanya mau bebas Sean! Gue tidak mau bersama elo! Apa elo budeg hah?!"habis sudah kesabaran Jennie. Dia sudah tidak mampu menahan emosinya lagi.

Sean menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia tidak boleh terpancing emosi"Habisin makanan kamu. Aku mau mandi duluan"dengan segera dia berganjak pergi dari sana.

Kenapa Jennie tidak berusaha kabur? Itu karena Sean sudah mengunci pintu apartment dan tidak ada cara untuk Jennie kabur. Jendela? Ck,Sean bahkan sudah mengunci pintu jendela.













Sean sudah selesai mandi dan dengan handuk yang ada dipundaknya itu,dia berjalan keruang tamu"J?"panggilnya ketika tidak melihat Jennie.

Rasa panik mula menyerangnya. Dengan segera Sean berlari mencari Jennie disekitar apartmentnya itu.

Deg

"Jennie!"Sean berseru kaget ketika melihat Jennie tidak sadarkan diri dilantai dingin dapur. Wajah Jennie yang pucat itu membuatkan Sean menjadi semakin panik.

Akhirnya dia menggendong Jennie ala bridal style dan membawa Jennie memasuki kamar.












:
:

"Kamu suami Mrs Jennie?"tanya Dokter Seojoon

Sean menelan ludahnya dengan kasar"Iya Dok. Ada apa sama istri saya?"

Dokter Seojoon tersenyum"Selamat,kalian bakalan menjadi orang tua. Istri kamu hamil"

"H-hamil?"ulang Sean kaget.

"Iya. Usia kandungannya sudah 3 minggu"sahut Dokter Seojoon"Sepertinya kalian pasangan muda ya. Saya harap kamu bisa menjaga Mrs Jennie dengan baik. Jangan biarin dia melakukan pekerjaan yang berat karena itu bisa membahayakan kandungannya"lanjutnya.

Sean tersenyum kaku"Ah,iya Dok. Terima kasih"

Setelah menjelaskan semuanya,Dokter Seojoon akhirnya pamit pulang. Suasana apartment itu kembali menjadi hening dengan Sean yang hanya menatap wajah pucat Jennie.

Sejujurnya Sean bingung dengan perasaannya saat ini. Dia bahagia karena Jennie lagi hamil anaknya namun disatu sisi yang lain dia semakin merasa bersalah sama Jennie.

"Eungh"lenguhan Jennie menyandarkan Sean dari lamunannya.

"J"Sean membantu Jennie bangkit dan menyandarkan Jennie diheadboard kasur.

"Shh,pusing"ringis Jennie

"Ini minum"Sean membantu Jennie meminum air yang sudah tersedia dinakas.

"Apa yang terjadi sama gue? Apa elo memasukkan sesuatu dalam makanan gue tadi!?"tanya Jennie menatap Sean dengan tajam.

Sean langsung menggeleng"Aniyo! Aku tidak memasukkan apa apapun kedalam makanan kamu. Tadi kamu tiba tiba saja pingsan"sahut Sean"Dokter bahkan sudah memeriksa kondisi kamu"lanjutnya

"Gue kenapa? Apa gue sudah mau mati?"tanya Jennie datar

Sean memegang kedua pundak Jennie"Kamu hamil"

Deg

Dada Jennie seakan ditusuk oleh sesuatu yang tajam"H-hamil?"ulangnya dengan mata berkaca kaca.

"Kita bakalan punya anak. Kamu pasti bahagia bukan?"ujar Sean

"Bahagia? Untuk apa gue bahagia hah?! Gue tidak mau anak ini! Gue tidak mau bersama elo!"teriak Jennie histeris

Secara tiba tiba dia memukul perutnya berkali kali namun dengan sigapnya Sean menahan kedua tangannya"Jangan Jen! Anak itu tidak bersalah!"halang Sean.

"Hiks semuanya salah elo brengsek! Gue tidak mau anak ini? Hiks gue mau kehidupan gue yang dulu!"isak Jennie

Sean memilik untuk membawa Jennie kedalam dakapannya walaupun Jennie terus saja memukulnya"Anak ini tidak bersalah J. Semuanya salah aku. Kita jagain anak ini bersama ya. Aku janji akan berusaha membahagiakan kamu sama anak ini"bisik Sean berusaha menenangkan Jennie.









Sean sudah seperti psycho ya😣

Tekan
👇

Rumit✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang