-19-

1.1K 167 7
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi dan sedari tadi Jennie bolak balik ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.

"Sayang, kamu kenapa si?" tanya Limario khawatir.

"Kepala aku pusing,aku juga merasa mual Hon. Mungkin saja perut aku masuk angin" sahut Jennie dengan wajah pucatnya.

"Kita kerumah sakit saja ya. Aku pikir kamu pasti hamil" ujar Limario

"Hamil?" ulang Jennie

Limario mengangguk antuasis "Ayo kerumah sakit"

Jennie pasrah dan mereka akhirnya pergi kerumah sakit untuk memeriksa kondisi Jennie.










"Tidak perlu khawatir,Nona Jennie hanya masuk angin" ujar Dokter Sowon.

"Masuk angin? Jadi istri saya tidak hamil Dok?" tanya Limario sedikit kecewa.

Dokter Sowon mengernyit dan beralih menatap Jennie. Dia memicingkan matanya "Sepertinya kita pernah ketemu. Kamu pernah menjadi pasien dirumah sakit ini bukan?"

"Maksud Dokter?" tanya Jennie.

Dokter Sowon terdiam dan sedetik kemudian raut wajahnya berubah menjadi kaget "Nona Jennie, kamu pernah menjadi pasien dirumah sakit ini dan saya Dokter yang menangani persalinan Nona Jennie!"

Deg

Dunia Jennie seakan berhenti berputar. Tolong, dia belum siap untuk menjelaskan semuanya kepada sang suami.

"Maaf Dok, tapi sepertinya Dokter salah orang deh. Istri saya tidak pernah melahirkan" ujar Limario.

"Sepertinya saya tidak salah orang deh tapi waktu itu suaminya Nona Jennie itu Tuan Sean" sahut Dokter Sowon.

"Sean?" ulang Limario

Dokter Sowon mengangguk dan beralih menatap Jennie "Apa Nona tidak tahu, setelah Nona melahirkan anak Nona waktu itu, rahim Nona terpaksa diangkat karena itu bisa mengancam nyawa Nona?"

Limario menatap Jennie dengan tatapan yang sulit diartikan "H-Hon"panggil Jennie dengan lirih.

"Maaf Dok,sepertinya ada salah paham disini. Kita permisi duluan" pamit Limario menarik Jennie pergi dari sana.

Disepenjang perjalanan pulang, Limario hanya diam dengan wajah datarnya. Jennie yang duduk disampingnya itu hanya mampu berharap agar sesuatu yang buruk tidak terjadi.















Dengan kasarnya Limario menarik pergelangan tangan Jennie untuk memasuki rumah mereka "Jelaskan!" dinginnya.

"T-tidak ada yang perlu dijelaskan Hon. Dokter itu pasti salah orang" bohong Jennie

Limario menghembuskan nafasnya dengan kasar "Mendingan kamu jujur sama aku sekarang sebelum aku kehilangan kesabaran aku" suaranya bahkan bergetar saat ini.

Secara tiba tiba Jennie berlutut didepan Limario dan dia mula terisak "Hiks maafin aku Hon. Tolong maafin aku. Hiks aku tidak bermaksud untuk berbohong sama kamu" isaknya.

"Jelaskan!" tuntut Limario.

Dengan air mata yang terus membasahi pipinya, Jennie akhirnya menjelaskan semua yang terjadi kepada dirinya itu termasuklah kebohongan yang sudah dia lakukan kepada sang suami.

Reaksi Limario? Sudah pasti cowok itu merasa benar benar hancur. Ternyata cewek yang dinikahi olehnya itu sudah pernah hamil bahkan melahirkan dan selama ini dia telah dibohongi sama cewek itu.

"K-kenapa? "lirih Limario dengan suara bergetarnya "Kenapa kamu tega bohongi aku Jen. Selama ini aku percaya banget sama kamu tapi kenapa kamu mengkhianati kepercayaan aku? Aku tidak masalah kalau kamu menjelaskan dari awal sebelum kita menikah tapi kenapa setelah hampir 4 tahun usia pernikahan kita, kamu baru menjelaskan semua ini? Ck,aku bahkan tidak yakin kamu mau menjelaskan semua ini kepada aku. Kamu tega Jennie-ah"

"Hiks maafin aku Lim. Aku cinta banget sama kamu makanya aku terpaksa bohong sama kamu. Aku bahkan tidak tahu kalau rahim aku diangkat. Semua itu salah Sean" isak Jennie.

"Dimana anak kamu?" tanya Limario dengan sendu.

"Hiks aku tidak tahu. Aku bahkan berharap agar anak itu tidak wujud"

Limario menatap Jennie dengan kaget "Apa maksud kamu Jen?! Apa pun yang terjadi,dia tetap anak kamu! Semua yang terjadi memang salah Sean dan anak kamu tidak bersalah!"

"Aku tidak mau sama anak itu Lim! Aku hanya mau hidup bahagia bersama kamu dan anak anak kita!"

Limario menghela nafasnya dengan kasar "Tapi kamu sudah tidak bisa hamil Jen. Kita tidak bakalan punya anak" lirihnya "Ternyata kamu sosok yang egois juga ya. Kamu bahkan membuang anak kandung kamu sendiri gara gara sikap egois kamu itu. Mianhe,sepertinya kita tidak bisa melanjutkan semua ini lagi. Kita akhiri saja semuanya ya. Aku sudah terlalu kecewa sama kamu"

Limario memejamkan matanya bagi menahan air matanya. Sedetik kemudian,dia membuka matanya dan beralih menatap Jennie "Kita cerai"

Deg

"Andwae! Aku tidak mau ceria sama kamu Lim! Hiks maafin aku Hon. Tolong jangan menceraikan aku. Aku mohon Hon. Hiks aku cinta sama kamu" teriak Jennie memohon.

Sejujurnya Limario merasa iba namun setelah mengingati semua kebohongan yang sudah Jennie lakukan, hati Limario seakan mati dan rasa kecewa memenuhi hatinya.










*
*

"Daddy" Rosie berjalan menghampiri sang Daddy yang lagi menikmati secangkir kopi ditaman belakang.

"Ada apa anak imutnya Daddy?" tanya Sean

"Apa hari ini Daddy sibuk?" tanya Rosie

"Memangnya kenapa?"

"Rosie mau jalan jalan sama Daddy. Sudah lama kita tidak jalan jalan bersama"

Sean tersenyum dengan tangannya yang mengelus rambut sang anak "Hari ini Daddy akan menghabiskan waktu Daddy bersama kamu jadi kamu mau kemana hurm?"

"Rosie mau ketaman!" sahut Rosie dengan antuasis.

"Ketaman? Ya sudah,kita ketaman nanti sore ya"

"Okay Daddy. Gomawo"

"Kiss me"

Cup

Dengan gemoynya Rosie mengecup pipi sang Daddy dan hanya tersenyum tipis.





  Tekan
   👇

Rumit✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang