-5-

1.2K 169 20
                                    

Kandungan Jennie sudah memasuki usia 8 bulan dan selama itu jugalah Sean masih mengurung Jennie di apartment miliknya.

Sean benar benar menjaga Jennie dengan baik bahkan dia menjadi sosok yang terlalu posesif. Semua kerja dilakukan oleh Sean dan dia tidak akan membiarkan Jennie capek.

Sekarang Jennie lagi berada disofa diruang tamu bersama Sean yang duduk disampingnya. Suasana hening menyelimuti mereka karena Sean fokus menonton tv.

Tanpa Sean sedari,Jennie terus saja melirik kearahnya dengan gelisah. Ada sesuatu yang ingin Jennie katakan namun dia kelihatan ragu.

"Ada apa hurm?"Sean yang memang peka itu sontak menatap kearah Jennie. Dia mengelus kepala Jennie dengan lembut.

Jennie menatap Sean dengan ragu. Dia benci sama sosok itu namun saat ini dia membutuhkan bantuan dari Sean"G-gue-"

"Ngomong saja Sayang"ujar Sean ketika Jennie menggantungkan kalimatnya.

"G-gue mau mangga muda"cicit Jennie dengan pelan.

Namun Sean tetap bisa mendengarkan kata katanya. Senyuman Sean sontak muncul karena ini pertama kalinya Jennie meminta sesuatu yang diinginkan olehnya dan Sean yakin itu semua juga gara gara bayi yang dikandung oleh Jennie"Aku pesan sekarang ya"dia bergegas bangkit dan memesan mangga muda yang diinginkan oleh si bumil itu.








Dengan antuasisnya Jennie memakan mangga muda yang sudah terhidang didepannya.

Sean tersenyum ketika melihat pipi mandu Jennie yang menggembung lucu itu"Kiyowo"pujinya

Jennie sontak tersadar. Dia merutuki dirinya sendiri yang malah bersikap baik sama sosok yang sudah menghancurkan hidupnya"Sampai kapan lo mau menculik gue?"tanya Jennie datar.

"Aku tidak menculik kamu Sayang. Ini apartment kita,sudah seharusnya kita tinggal bersama"sahut Sean

"Gue sudah capek Sean! Lo bukan Sean yang gue kenal! Lo berubah dan gue benci sosok elo yang sekarang!"teriak Jennie yang sudah tersulut emosi.

"Memangnya apa yang aku lakukan selama ini itu kurang? Aku sadar aku salah dan aku mau menebus kesalahan aku! Aku mau membahagiakan kamu sama anak kita Jen!"sahut Sean

"Tapi gue tidak mencintai elo Sean! Gue tidak bisa hidup bersama elo! Gue bahkan tidak mau sama anak ini!"

"Anak ini anak kamu juga Jen. Dia bayi kecil yang tidak bersalah. Kamu bisa membenci aku tapi tolong jangan membenci anak ini ya"mohon Sean.

"Kalau ini anak Limario aku pasti bisa terima!"sahut Jennie yang memancing emosi Sean.

Nafas Sean memburu. Dia menatap Jennie dengan tajam"Sampai kapan kamu mau berharap sama Limario hah?! Dia bahkan tidak peduli sama kamu Jen!"

"Dia tidak tahu kalau gue diculik sama sosok gila seperti elo! Andai saja dia tahu,gue yakin dia pasti tidak akan membiarkan elo hidup!"sahut Jennie

"Gimana kalau aku saja yang tidak membiarkan dia hidup?"smirk Sean.

Plakkkk

Jennie yang memang sudah emosi langsung saja memberi tamparan dipipi Sean. Dia menatap Sean dengan tatapan benci"Kalau dia mati,gue akan menyusul dia dan elo akan kehilangan gue untuk selama lamanya!"ancamnya. Dengan mata yang memerah,dia berganjak kekamar.

Sean mengusap wajahnya dengan kasar. Tidak! Dia tidak boleh kehilangan Jennie. Jennie sudah menjadi sebahagian dari hidupnya dan dia tidak yakin bisa bertahan hidup tanpa Jennie"Lim,lo beruntung karena bisa dicintai oleh Jennie"gumamnya lirih.

Selama ini,Limario sering menghubungi Jennie namun Sean langsung saja menghancurkan ponsel Jennie itu agar Limario tidak bisa mengetahui dimana keberadaan Jennie. Apa pun yang terjadi,Sean tidak akan membiarkan Limario datang untuk menemui Jennie.

Drtt drtt

Bunyi deringan ponselnya itu membuatkan Sean menatap ponselnya. Terlihatlah panggilan dari orang suruhannya yang selama ini diminta untuk memantau orang tua Jennie dari jauh"Ada apa Ash?"tanya Sean tanpa basa basi.

Matanya melotot ketika mendengar penjelasan Ash diseberang sana. Setelah mengucapkan terima kasih,dia bergegas menuju kekamar Jennie.

Tok tok tok

"J,buka pintunya!"teriak Sean

Namun Jennie sama sekali tidak mempedulikan dirinya.

"J,kita harus ngomong. Ini soal orang tua kamu"

Ceklekk

Tidak butuh waktu yang lama,pintu kamar Jennie terbuka dan keluarlah Jennie dengan wajah paniknya"Ada apa sama mereka!?"

Sean memegang kedua pundak Jennie"Orang tua kamu bakalan berangkat ke Aussie tapi pesawat yang dinaiki oleh mereka kecelakaan"dengan hati hati Sean menjelaskannya.

Deg

Jennie menatap Sean dengan mata berkaca kaca"M-mereka baik baik saja bukan?"

Sean menggeleng lemah. Dibawanya Jennie kedalam dakapannya"Mereka sudah pergi"bisik Sean mengelus kepala Jennie.

Sedetik kemudian,terdengarlah isak tangis Jennie. Walaupun orang tuanya tidak mempedulikan dirinya,dia tetap menyayangi kedua orang tuanya itu. Sekarang dunianya seakan benar benar hancur.






Makin lama makin kesal ya sama Sean🤧

  Tekan
   👇

Rumit✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang