-22-

1.4K 186 13
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Rosie juga sudah selesai memakan makan malamnya ditemani oleh Sean yang menyuapinya itu.

"Makan obat terus tidur ya" ujar Sean membereskan peralatan makan Rosie.

Bocah itu menggeleng "Aku mau Daddy menunaikan janji Daddy sama aku"

Sean mengernyit "Janji yang mana?"

"Daddy pernah berjanji kalau Daddy bakalan membawa aku menaiki bianglala"

"Nanti pas kamu keluar dari rumah sakit, kita pergi ya" ujar Sean.

"Aku maunya pergi sekarang. Ayo pergi Daddy"

"Tidak bisa sayang. Kamu masih sakit. Kamu juga harus menginap dirumah sakit" tolak Sean.

"Jebal Daddy" pinta Rosie "Ini permintaan terakhir dari aku. Aku mohon Dad" pinta Rosie dengan lirih.

Hati Sean meringis mendengar kalimat yang dilontarkan oleh sang anak "Ya sudah. Daddy bakalan ngomong sama Dokter Haein dulu ya. Kamu jangan kemana mana" akhirnya Sean memutuskan untuk berlalu keruangan Dokter Haein.

Tidak butuh waktu yang lama, Sean kembali "Dokter Haein memberi izin kita keluar tapi kita harus kembali sebelum jam 10"

"Arreosso Daddy" sahut Rosie patuh.

Ceklekk

Pintu ruang inap itu dibuka dan masuklah seorang suster "Tahan dikit ya" ujarnya melepaskan infus yang dipakai oleh Rosie.

Rosie mengernyit bahkan matanya sudah berkaca kaca. Tangannya terasa sedikit ngilu "Selesai" suster itu akhirnya berpamitan keliar.

Sean mengambil jaket milik Rosie dan memakaikannya kepada sang anak. Udara malam lagi dingin makanya dia tidak ingin anaknya itu kedinginan.

"Ayo berangkat" Sean menggendong Rosie. Bocah itu langsung saja meletakkan kepalanya dipundak Sean dengan lemes.

:
:

Kata kata Joy terus saja muncul dibenak Jennie. Sekarang Jennie hanya mampu berdiam diri diatas kasurnya sambil ditemani oleh perasaan gelisahnya.

"A-apa gue sudah keterlaluan" gumamnya menggigit kukunya. Bola matanya terus saja bergerak dengan gelisah. Dia kelihatan kacau saat ini.

"Kamu bisa memanggil Tante,Mommy"

"Benaran?"tanya Rosie.

Jennie menghapus air mata Rosie"Benaran sayang"sahutnya membuatkan sang bocah tersenyum"Mulai sekarang,kamu anak angkat Mommy"ujarnya.

"Aku tidak tahu apa itu anak angkat tapi aku tetap senang karena menjadi anak Mommy"ujar Rosie dengan lugu.

*

"Malam ini Rosie menginap disini ya. Mommy sudah menelfon Daddy Rosie dan dia mengizinkan Rosie bersama Mommy. Tadi saja Wannie Eonnie sudah menghantar baju sama kelengkapan Rosie kesini"

Mata Rosie langsung berbinar binar"Benaran?!"

"Benaran dong. Nanti malam Rosie bobo sama Mommy"

"Asyik!!"teriak Rosie kesenangan.

*

"Ayo dong Mommy. Aku mau tinggal sama Daddy dan juga Mommy. Aku mau seperti anak anak yang lain" rengek Rosie.

"Maaf sayang, Mommy tidak bisa. Mommy masih ada kerja" tolak Jennie.

"Jadi kerja Mommy lebih penting dari aku?"

"Aniyo. Kamu bahkan lebih penting" sambar Jennie dengan cepat "Tapi sekarang Mommy benaran sibuk. Rosie anak yang baik dan penurut bukan? Ikutin kata kata Mommy ya"

Rosie menghela nafasnya dengan kasar "Ya sudah deh. Maafin aku karena sudah memaksa Mommy"

"Tidak apa apa sayang, Mommy mengerti. Mendingan sekarang kamu masuk. Daddy kamu pasti sudah kangen sama kamu"

"Tapi,apa nanti kita masih bisa ketemu?"

"Pasti bisa dong"

Rosie tersenyum dan beralih mengecup pipi Jennie "Mommy, apa pun yang terjadi, Mommy harus ingat kalau aku sayang banget sama Mommy dan aku akan terus ada disamping Mommy disaat Mommy membutuhkan aku"

"Mommy juga sayang kamu dan Mommy akan sentiasa membutuhkan kamu"

*

"Mommy" panggil Rosie khawatir.

"Diam!" sentak Jennie dengan nafas yang memburu "Gue bukan Mommy elo!" teriaknya marah.

"Mommy" lirih Rosie takut.

"Asal lo tahu, elo itu terlahir dari kesalahan Daddy elo! Gue tidak pernah menginginkan elo dihidup gue! Gue benci elo sama Daddy elo!" teriak Jennie dengan emosi.

"Cukup Jen!" halang Sean "Semuanya salah aku! Rosie tidak bersalah! Dia juga anak kamu!"

"Dia bukan anak aku!" sambar Jennie dengan cepat "Aku tidak pernah menginginkan dia! Gara gara dia hidup aku hancur! Sekarang Lim sudah pergi tinggalin aku dan semuanya gara gara kalian!"

"Aku tahu aku salah Jen. Tapi tolong jangan salahin Rosie" pinta Sean lirih

Jennie menatap Rosie dengan tatapan benci. Tidak ada lagi tatapan hangat yang sering tersenyum ketika melihat bocah kecil itu "Gue tidak pernah menginginkan elo dihidup gue! Lo sama Daddy elo hanya beban buat gue! Gue benci elo dan jangan pernah elo memanggil gue Mommy lagi!"

"Jennie!" Sean berteriak marah. Ditatapnya Jennie dengan mata yang memerah "Cukup Jen! Kata kata kamu sudah keterlaluan! Rosie masih kecil, tidak seharusnya kamu mengeluarkan kata kata kejam itu!" marahnya.

"Hiks Mommy" isak Rosie sedih.

"Jangan panggil gue Mommy, sialan!" marah Jennie.

Jennie mengusap wajahnya dengan frustasi "Apa yang sudah gue lakukan Ya Tuhan" gumamnya

Tidak butuh waktu yang lama, isakannya mula kedengaran. Dia mula merasa bersalah sama Rosie. Apa yang dikatakan oleh Joy itu ada benarnya. Semua itu bukan salah Rosie dan tidak seharusnya dia menyalahkan Rosie.

"Rosie, maafin Mommy" gumamnya. Gara gara capek menangis, dia akhirnya tertidur dengan ditemani oleh perasaan bersalahnya.





  Tekan
   👇

Rumit✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang