SEPATU TEPLEK LUSUH

606 89 7
                                    

Selamat membaca guys :D


Irene melihat gawainya dan papan reklame 'Coffee with Us' di sebuah bangunan minimalis bergantian menyesuaikan tempat yang seseorang janjikan padanya. Tangannya mendorong pintu kaca hingga bunyi bel berdenting, langkah kecil itu ragu-ragu masuk. Meneliti satu per satu wajah pengunjung, mencari wajah pria asing yang pernah dia temui di halte bus siang tadi. Pria yang menjadi tontonan saat tiba-tiba mendapat tamparan seorang gadis di halte bus. Irene bisa melihat, bekas tamparan memerah sempurna di wajah putih pria itu, bukan hanya pada pipi kiri, tetapi pipi kanannya mendapatkan hal serupa. Irene merasa iba dalam ketidaktahuannya tentang sebab sebuah tamparan mendarat di wajah rupawan pria itu dalam diam berdiri memandang.

Siapa sangka jika pria itu menghampiri Irene mengulurkan tangan untuk sekedar berjabat. Perkenalan, percakapan basa basi hingga pada penawaran yang cukup kurang sopan, membuat Irene paham alasan pria itu mendapat tamparan di kedua sisi wajahnya. Gadis mana yang mau di bayar untuk suatu hal atau pekerjaan yang belum di ketahui secara rinci kendati bayaran yang ditawarkan sangat fantastis, kecuali gadis seperti Irene yang sedang berada dalam kubangan masalah dan tidak memiliki jalan keluar. Pria itu tepat sekali melangkah pada Irene, seperti orang tidak waras yang kelaparan. Irene menerima tanpa bertanya lebih dalam sistem kesepakatan dan risikonya di masa yang akan datang, berpikir bahwa dia mungkin saja sedang berbicara dengan penipu tidak terlintas. Siang itu yang ada dalam benak dan pikiran Irene adalah, uang. Kemudian, malam ini pria itu memintanya datang ke Cafe untuk membicarakan lebih lanjut kesepakatan di halte bus.


Irene mencengkeram tali tas selempang kecil berwarna hitam di pangkuannya, meredam gugup. Pandangan Irene tertunduk, tidak berani memandang dua pria di hadapannya. Rasa takut mulai hinggap, rasa takut bagaimana jika dia gegabah mengambil keputusan?

"Irene-ssi, kau mau terus menunduk?" Jimin membuka suara, sementara Taehyung menatap lekat Irene.

"Ma-maaf, aku sedikit gugup"


Irene memaksakan senyumnya yang kentara kepada Taehyung dan Jimin.

"Tenang saja, kami bukan sindikat perdagangan orang. Bukan aku yang akan bicara tentang kesepakatannya, tapi temanku ini, Kim Taehyung" Jimin memperkenalkan Taehyung. Dokter muda itu berdeham sebelum akhirnya memulai pembicaraan. Ekspresi datar selalu menghiasi wajah tampannya, mata yang menyalang tajam, rahang tegas yang sempurna, hidung mancung dan bibir dengan proposisi yang sempurna.

"Siapa namamu tadi?"

"Irene, Bae Irene"

"Baiklah Irene-ssi, secara garis besarnya kau mungkin sudah paham maksud dan tujuan pertemuan ini, aku akan sedikit memperjelasnya saja..."


Taehyung berhenti sejenak memberi isyarat pada Jimin untuk meninggalkan mereka berdua saja. Jimin pergi dengan rasa kesal, tidak terima saat temannya berlagak seperti bos dan terus memerintahnya, jika saja Taehyung tidak sedang patah hati dan terluka dia tidak akan pernah maklum.

"Aku membutuhkan jasamu menjadi kekasih bayaran, sampai mantan kekasihku kembali lagi padaku maka kesepakatan kita selesai. Untuk pembayaran, aku menawarkan 30 juta Won, kau keberatan?" Irene membelalak sempurna, uang itu lebih dari cukup untuk membiayai pengobatan Jeno, bahkan bersisa untuk dimasukkan dalam tabungan orang tuanya. Pria di halte bus tidak berbohong soal uang bayaran batinnya. Pekerjaan yang tidak cukup sulit dan menghasilkan uang, Irene pikir dia mampu menjalani kesepakatan itu.

"Tidak, aku setuju"

"Bagus, kau bekerja?"

"Iya tuan"

"Jika aku membutuhkanmu di hari kerja, bisakah kau cuti?"

"Aku penjual bunga tuan, tetapi aku bisa membuka dan menutupnya kapan saja, jika kau minta kapan pun aku siap" Taehyung mengangguk, dalam hatinya sedikit memuji Jimin yang telah memilih gadis ini, menurutnya Irene cantik meski masih kalah jauh dari mantan kekasih yang sangat amat dia cintai. Penampilan Irene yang sedikit lusuh, terutama sepatu teplek hitam yang terkelupas di bagian belakang menjadi perhatian Taehyung saat Irene muncul di hadapannya untuk pertama kali. Taehyung sempat memprotes Jimin perkara sepatu teplek itu, wajah masam dan tatapan lekat sejak awal mengintimidasi Irene perlahan hilang saat Taehyung menyadari wajah gadis itu cantik dan soal penampilannya bisa di benahi, terlebih lagi gadis itu juga tidak memiliki pekerjaan yang membuat rumit jika terjadi sesuatu yang mendesak.

"Baiklah, artinya waktumu selalu senggang. Apa kau asli Daegu?"

"Iya tuan, tetapi aku tinggal di Seoul, aku kemari karena ada urusan keluarga"

"Itu bagus, aku juga sering melakukan perjalanan Seoul-Daegu dua minggu sekali. Jadi, aku tidak perlu mengeluarkan biaya lebih untuk menyewakanmu tempat tinggal"

IF IT IS YOU ♡VRENE♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang