SUAR MALA

479 62 3
                                    

Terimakasih untuk vomment kalian guys 🥰😘
Selamat membaca dan menikmati alur ceritanya yaaaaaa ♥️💜♥️💜♥️💜♥️

Besok, aku akan mulai kembali menarik jarak sejauh mungkin denganmu” Ucap Taehyung sambil memandang danau tenang di hadapan mereka. Irene diam, bungkam tidak tahu harus menjawab pernyataan itu bagaimana. Harapan hati tentu saja ingin hari ini berhenti, tetapi waktu adalah bagian dari takdir yang Tuhan beri tanpa bisa di jeda.

“Menjauhlah Irene, menjauh dari kehidupanku. Aku merasa sesuatu yang buruk sedang berjalan mendekat padamu.” Lanjut Taehyung.

“Oppa, aku akan baik-baik saja selama kau bahagia. Buruk atau bahaya yang datang padaku, bukan salah mu juga bukan salah kehidupanmu. Itu semua adalah jalan yang memang harus kau dan aku lalui dalam kehidupan ini. Takdir, orang menyebutnya takdir. Sejauh apapun kita pergi menghindar, atau seberapa lama kita bersembunyi takdir akan mendapatkan kita. Takdir itu seperti air yang mengalir dari hulu menuju hilir, meski terhalang oleh berbatuan, gunung, atau segala sesuatu yang menutupi alirannya,  air selalu menemukan celah untuk mencapai hilir sebagai tujuannya...” Irene memberi jeda kalimat panjangnya dan beralih memandang  Taehyung yang juga memandangnya. Dua mata memandang penuh cinta  bersamaan dengan harapan dan putus asa yang terlukis dalam sepasang jendela hati.

“Untuk itu, kita harus ikuti aliran takdir membawa kita? Apa setiap takdir tidak bisa di ubah? Orang miskin mampu mengubah dirinya menjadi kaya, orang bodoh menjadi pintar” tanya Taehyung di sela jeda.

“Apa kita pernah tau takdir apa yang tertulis? Kita menyadari itu takdir saat sesuatu itu terjadi dan menimpa kita. Orang miskin yang menjadi kaya, mungkin takdirnya memang akan menjalani kemiskinan untuk menjadi kaya”

“Ada usaha di sana Irene, tidak semata-mata kita menunggu takdir itu sampai begitu saja bukan? Apa kau akan menunggu takdir tanpa mempersiapkan apa yang terjadi saat waktu dari takdir itu sampai padamu, entah bahagia atau justru terluka?”

“Hm, kau benar oppa. Aku menyiapkan hati, menguatkannya setiap hari untuk segala sesuatu yang akan aku jumpai ke depan. Aku menguatkan hati dengan takdir dan ketentuan yang Tuhan beri sebagai jalan terbaik yang harus aku lalui. Termasuk, jatuh cinta padamu dan segala kesulitan yang melilit perasaan itu” Irene menahan air mata di pelupuk matanya.

“Haruskah aku bersama denganmu?” Taehyung mengunci mata Irene yang berkaca-kaca.

“Jika kau bertanya padaku, aku akan mengatakan iya. Pertanyaan itu hanya kau yang bisa menjawabnya” Air mata itu menetes juga akhirnya. Taehyung menghapus aliran bening di pipi Irene.

“Aku mencintai kalian berdua. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu sampai hari pernikahanku datang. Namun, di ambang kematian aku melihatmu Irene, memanggilku yang selangkah lagi memasuki kegelapan. Dalam rasa tak berdaya di hadapan kematian kau menemaniku, membawaku dalam kehidupan baru dan menyadari jawaban atas keraguan yang selama ini membebani. Aku telah jatuh jauh lebih dalam mencintaimu, dan perasaanku yang aku miliki untuk Tzuyu hanya sisa dari cerita lama. Tinggal menunggu sedikit lagi untuknya habis tidak tersisa, cinta yang aku perjuangkan hingga aku menyakitimu hanya sebuah ambisi dan rasa sakit atas apa yang telah Tzuyu berikan padaku. Dia pergi bersama pria lain, berselingkuh dan mencampakkanku seperti sampah yang dia cabik-cabik lebih dulu.” Ucap Taehyung yang sudah kembali menatap jauh ke depan, pada danau yang di kelilingi pegunungan. Tidak mau menatap mata Irene lebih lama, atau dia akan semakin merasakan sakit karena tidak bisa memiliki Irene. Di lain sisi, gadis itu masih terpaku memandang Taehyung, terutama pada bekas jahitan di leher Taehyung.

“Aku memilih bersama denganmu, tetapi melihat appa dan eomma bertengkar sangat hebat karena permasalahan cinta ini, selain itu kilatan tekad di mata eomma untuk menikahkan aku dan Tzuyu. Dua hal itu membuatku takut Irene, jika aku egois dan memilihmu, kau akan menjadi sasaran kemarahan eomma ku dan Tzuyu. Aku takut pilihan yang aku ambil akan melukaimu. Maafkan aku, selalu menjadi pecundang dan menyakitimu” Taehyung menoleh pada Irene dan tersenyum, tidak ada kebahagiaan sama sekali dari senyum itu. Dua sudut yang hanya terangkat tanpa makna, hampa.

Irene memeluk Taehyung, mengusak punggung pria yang diam-diam menangis di atas pucuk kepalanya.

“Sudah aku bilang jangan meminta maaf oppa, apapun yang menjadi pilihanmu aku menerimanya.”

“Terima kasih, dan aku harap di kehidupan selanjutnya kita bisa bersama Irene”

“Aku mengharapkan hal yang sama oppa”

Taehyung mengeratkan dekapannya, menciumi pucuk kepala Irene. Harum orange blossome dan buah peach menyatu menyeruak dalam indera penciuman Taehyung.

Taehyung tidak sengaja menangkap Di jarak 10 meter dari posisinya dan Irene saat ini, Taehyung melihat mobil dan kaca film hitam yang sama pekat.

🍃🍃🍃

Taehyung menjalani aktivitasnya sebagai dokter resmi yang bekerja di rumah sakit kakeknya sendiri. Sudah satu minggu setelah pertemuan terakhirnya dengan Irene, rasa hati Taehyung tidak pernah benar, selalu gamang dan merasa rindu.

“Oppa” Tzuyu tiba-tiba muncul dan mengagetkan Taehyung yang sedang berjalan menuju ruangan Seokjin. Tangan gadis itu melingkar di lengan kokoh Taehyung.

“Hm?”

“Aku rindu, sejak appa dan eomma mu datang ke rumah, kita tidak lagi bertemu. Inilah waktunya kita bertemu, sudah satu minggu kau mengabaikanku”

“Ini di tempat kerja Tzu, kau pergilah ke pos jaga”

Tzuyu menghentikan langkahnya, membuat Taehyung melakukan hal serupa karena posisi tangan Tzuyu yang mengait lengannya.

“Kau mengabaikanku lagi sekarang?”

“Aku mau menemui Jin hyung, nanti aku menemuimu di pos”

“Ok, aku juga malas melihat Jin oppa, dia kasar kepadaku”

“Dia hyung ku, jaga ucapanmu. Aku tersinggung” Taehyung menghempas tangan Tzuyu dan mempercepat langkahnya menggapai gagang pintu ruangan Seokjin.

Tzuyu memandang tidak suka punggung Taehyung, terlebih pada tatapan Taehyung yang berbeda padanya, tidak memiliki makna. Tzuyu meraih gawainya menghubungi Min Ah dan mengadu perihal sikap Taehyung yang acuh tak acuh padanya. Sesuai harapan Tzuyu, wanita paruh baya di ujung panggilannya sedang menahan amarah dengan nafas yang memburu.

🍃🍃🍃

Range Rover kembali di pacu oleh Seokjin menuju Seoul. Tadi siang Min Ah mengirim pesan pada Seokjin dan Taehyung untuk makan malam di rumah, Min ah tidak meminta tetapi sedang memaksa karena dia tidak menerima penolakan dari Seokjin. Akhirnya setelah menyelesaikan praktik, dua putra keluarga Kim itu bergegas pulang menuju rumah keluarga mereka.

“Aku rasa appa dan eomma sudah berbaikan” Ucap Taehyung sembari memilik lagi di playlist mobil Seokjin.

“Mungkin saja” Seokjin sebenarnya ragu, sebab tatapan Woo Bin sangat serius dan mengintimidasi Min Ah hari itu.

45 menit waktu yang mereka perlukan untuk akhirnya sampai di pekarangan rumah megah tempat mereka menghabiskan masa kecil. Waktu sudah menunjukkan pukul 19.02, masih ada waktu untuk keduanya membersihkan diri dan berganti pakaian karena para pelayan masih belum menghidangkan makanan. Makan malam di keluarga Kim selalu dilaksanakan pukul 20.00 malam dan itu selalu tepat waktu.

Seokjin, Taehyung, dan Namjoon menuruni anak tangga bersama-sama setelah pelayan memberi tahu bahwa makan malam sudah siap.

“Selamat malam appa” Ucap Seokjin saat melihat Woo Bin sudah duduk di kursi menghadap meja makan yang telah selesai di siapkan. Hal serupa di ikuti oleh dua adiknya.

“Malam, bagaimana pekerjaan kalian nak?” Tanya Woo Bin sambil melipat majalah yang dia baca.

“Berjalan lancar appa, dinamika rumah sakit seperti biasanya” Cerita Seokjin.

“Aku juga cukup lancar apa, hanya saja ada masalah perjanjian dengan pihak yang memproduksi obat. Gugatannya sudah di proses oleh pengadilan, tinggal pembacaan putusan” Namjoon menyambung cerita Seokjin.

“Jika butuh pengacara tambahan, pengacara appa bisa membantu nak?” Tawar Woo Bin pada putra keduanya.

“Tidak perlu appa, sejauh ini gugatan yang kami buat kuat dan meyakinkan untuk di terima” Jelas Namjoon, Woo Bin mengangguk lalu menoleh pada putra bungsunya yang duduk di sebelah Seokjin.

“Taehyung, kau bagaimana nak? Apa ada kendala dengan pekerjaanmu  pasca kecelakaan itu?” Taehyung yang di tanya tidak merespon, diam melamun. Seokjin mengambil inisiatif untuk menyikut pelan lengan Taehyung.

“Hm?” Taehyung menoleh pada Seokjin.

“Appa bertanya padamu, bagaimana pekerjaanmu, apakah ada kendala pasca kecelakaan?” Seokjin mengulang pertanyaan Woo Bin.

Taehyung beralih pada Woo Bin.

“Semua baik-baik saja appa, tidak ada kendala” Jawab Taehyung.

Selagi keempat pria di meja makan berbincang-bincang, pintu lift yang menghadap ruang keluarga terbuka. Min Ah mengenakan gaun tidur sutera merah muda dengan motif bunga sakura, beberapa kali dia meraba saku gaun tidurnya, seolah tidak ingin sesuatu di dalam sana tampak menonjol.

Anggun Min Ah berjalan melewati ruang keluarga, menuju pada meja makan marmer putih dengan kaca setebal 5 Cm menutupi permukaan yang panjangnya mencapai 7 meter itu. Min Ah duduk pada posisinya setiap kali makan malam, di samping Namjoon dan berhadapan dengan Seokjin, posisi terdekat dengan Woo Bin.

“Eomma rindu kalian, lihat eomma banyak memasak makanan untuk malam ini” Sapa Min Ah setelah dia duduk dan menampilkan senyum hangat. Wanita itu pandai bermain drama dan bersilat lidah, keadaan kacau yang terjadi padanya seakan tertutup oleh tipu muslihat.

Woo Bin membalikkan piringnya yang telungkup, diikuti oleh empat anggota keluarganya. Min Ah menyendokkan nasi dengan centong beling berwarna hitam dan membawanya menuju piring Woo Bin. Baru separuh jalan Min Ah membawa nasi Woo Bin mendorong pelan tangan Min Ah.

“Aku bisa sendiri, berikan pada Namjoon” Tolak Woo Bin, tangannya terjulur mengambil dua sendok tumis daging. Min Ah menahan rasa kesal dalam hati, kemudian mengalihkan nasi itu pada piring Namjoon. Ketiga putra mereka saling melempar tanya lewat pandangan.

“Eomma memasak tumis daging kesukaan Taehyung dan Oppa, ada banyak bawang bombainya. Lalu samgyetang kesukaan Seokjin dan japchae serta tangsuyuk kesukaan Namjoon”  ucap Min Ah sambil menaruh tangsuyuk dan japchae di piring Namjoon. Mengingat Seokjin dan Taehyung yang duduk berseberangan dengannya, Min Ah tidak bisa memberi lauk pauk di piring kedua putranya.

Selanjutnya, hanya ada suara denting sendok dan garpu yang beradu dengan piring. 30 menit kegiatan makan malam itu usai, Woo Bin mengelap sudut-sudut bibirnya dengan lap kecil yang di sediakan. Pria bertubuh proporsional di usia yang tidak muda lagi itu beranjak bangun.

“Aku ingin bicara, bisakah kau duduk sebentar saja oppa” Ucap Min Ah dibuat selembut mungkin. Woo Bin tidak banyak bicara dan kembali duduk.

“Taehyung, ini tentangmu nak” Min Ah menarik nafas panjang, di lihat dari cara menarik nafasnya mereka yakin bila Min Ah akan bicara panjang lebar.

“Eomma tanya sekali lagi, meski eomma tau jawabanmu akan selalu sama. Apa kau mencintai Tzuyu?”

“Eomma, aku mencintainya”
Min Ah tersenyum.

“Menikahlah dengannya dua pekan lagi, eomma sudah menyiapkan pernikahan sederhana di gereja. Terpenting saat ini adalah mengikatnya lebih dulu”

“Eomma itu terlalu cepat, aku butuh menenangkan pikiran lebih dulu...”

“Sampai kapan? Sampai kau jatuh cinta semakin dalam dengan jalang bernama Bae Irene itu!” Air muka Min Ah mengeras.

“Jangan membawa dia dalam masalah ini eomma...”

“Dia yang menyebabkan semua ini, jangan membawanya katamu? Wanita bajingan itu menjual tubuhnya pada putraku, tcih murahan sepertinya ingin menjadi menantu keluarga ini. Tidak cukup satu, dia meraup dua putraku sekaligus, apa kalian pikir eomma melepas kalian begitu saja di Daegu”
Woo Bin mencengkeram lap kecil tadi menyalurkan emosi yang di tahan, sementara Namjoon menatap gusar anggota keluarganya. Sinyal perang seperti menabuh-nabuh gendang perpecahan.

Seokjin memandang tidak percaya, pribadi Min Ah yang  lembut dan bijaksana hilang satu persatu, seperti topeng seumur hidup yang mengelupas di gerus oleh waktu dan keadaan.

“Eomma hentikan, jangan memaksakan keadaan seperti ini dan membawa orang yang tidak bersalah” Bela Seokjin.

“Seokjin, bisa kau ceritakan pada eomma, apa kelebihan gadis itu hingga kau pulang dan pergi ke rumahnya. Hey kalian kakak beradik tidak bisa menikahi satu wanita jalang untuk kalian tiduri bersama. Atau jangan-jangan, kalian sudah mencicipi wanita itu bersama? Kalian tidak mau bercerita pada eomma sensasinya, Ah! Benar, atau eomma berikan dia sepuluh orang pria untuk menidurinya dan menyuruh mereka bercerita seberapa jalang dan longgarnya dia setelah bermain...”

“EOMMA! SALAHKAN SEMUA INI PADAKU JANGAN PERNAH MENYENTUHNYA. AKU YANG SALAH, AKU.” Teriak Taehyung keluar dari batas kemampuannya menahan kemarahan.

“Min Ah hentikan” Gemeletuk gigi Woo Bin bisa terdengar di sela ucapannya.

“Aku akan berhenti jika putraku menikahi Tzuyu”

“Aku muak seperti ini eomma. AKU MUAK! AKU MUAK DENGAN PERNIKAHAN INI, LEBIH BAIK AKU TIDAK PERNAH MENIKAH, TIDAK DENGAN SIAPAPUN. BIARKAN AKU MELAJANG SEUMUR HIDUP!”

Min Ah tersenyum sebelum dia mengeluarkan pistol Glock 26 perak dan hitam di bagian pelatuknya. Min Ah meletakkan ujung berlubang di pelipis kanannya. Semua menatap kaget dan khawatir kecuali Woo Bin saat melihat benda berbahaya itu ada di tangan Min Ah. Namjoon yang ada di samping kanan hendak merebut benda itu, tetapi Min Ah mengancam akan menarik pelatuknya bila mereka bergerak mendekati Min Ah.

“Nikahi Tzuyu dua pekan lagi atau menghadiri pemakamanku” Min Ah tajam menatap Taehyung.

Taehyung tercekat, dia marah dan kecewa, tetapi masih menyayangi Min Ah sebagai ibu yang melahirkan dan membesarkan dengan cinta kasih. Situasi genting mengesampingkan dilema yang kemelut di batinnya. Taehyung buntu, memandang Woo Bin meminta bantuan pendapat tentang pilihannya yang sedang Min Ah paksa. Woo Bin mengerti tatapan putranya yang takut dan bingung setengah mati, wajah Taehyung yang paling pucat diantara tiga putranya.

“Jangan bertanya pada appa. Dia eomma kalian, pilihlah pilihanmu sendiri Taehyung, yang menurutmu tepat”

“Cepat Taehyung, tiga...” Min Ah menuntut jawaban Taehyung dan  berhitung mundur.

Taehyung memejamkan matanya, seolah memberi salam terakhir pada Irene melalui bayang-bayang gadis itu yang hadir.

“Dua” Min Ah terus menghitung.

“Baik eomma, aku akan menikah” Jawaban Taehyung membuat Min Ah setengah puas, tetapi dia belum menurunkan pistol itu dari posisinya.
Seokjin dan Namjoon memandang Iba Taehyung.

Woo Bin mendorong mundur kursinya dan bangkit berniat meninggalkan meja makan secepat mungkin.

“Oppa! Pernikahan itu akan terjadi tanpa perceraian kita” kalimat Min Ah lagi-lagi menghentikan langkah kelima Woo Bin.

“Aku pantang menarik ucapanku”

“Aku akan menembak kepalaku saat ini juga!”

“Lakukan, aku tidak pernah peduli”

“Appa?!” Namjoon teriak saat Min Ah mulai menekan pelatuk.

“Biarkan dia melakukannya, dia membuat Taehyung berjanji tapi tidak padaku. Jika dia meledakkan kepalanya mudah saja, tidak ada pernikahan dan perceraian.” Woo Bin memandang lurus Min Ah, menantang sejauh mana Min Ah bertindak.

Min Ah menarik turun senjata api itu, drama yang dia buat belum mampu meluluhkan Woo Bin apalagi menggoyahkan keputusannya. Min Ah terdiam, yang paling penting sekarang pernikahan itu harus terjadi, perceraian itu pasti akan memiliki jalan keluar pikirnya.

Woo Bin tersenyum mencibir, perasaan benci berubah menjadi jijik melihat istrinya sendiri. Woo Bin berbalik dan melangkah pergi menaiki anak tangga dan menuju ruang kerjanya yang ada di lantai dua.

Seokjin menggeser kursinya ke belakang dan mengikuti jejak Woo Bin meninggalkan meja makan, begitu pula Namjoon menyusul Seokjin.

“Aku tidak pernah berpikir eomma bisa bersikap sejahat ini. Aku putramu bukan Tzuyu. Kau tega mengancam dan memaksakan kehendak, tidak memikirkan sedikit pun kebahagiaanku. Eomma, aku memang akan menikahinya, tetapi dengar ini baik-baik...”

“Cintaku untuknya sudah mati, hilang, lenyap, hapus dan tidak tersisa setitik pun. Sama seperti rasa hormatku padamu, hilang saat kau lebih mementingkan orang lain daripada anak kandungmu” Lanjut Taehyung dan meninggalkan Min Ah sendiri di meja makan.

🍃🍃🍃

Min Ah berdiri pada sebuah gundukan tanah yang permukaannya di tanami rumput hijau tua. Sepanjang mata memandang, warna damai itu yang memanjakan indera penglihatan. Min Ah membenarkan posisi topi hitam yang dia pakai dengan satu tangannya, sementara tangan yang lain memegang tongkat golf  yang di gagangnya tertulis nama wanita paruh baya itu.

Baru saja Min Ah akan mengayunkan tongkat golf itu, seorang gadis yang dia pekerjaan sebagai asisten pribadi yang selalu siaga dalam jarak 5 meter darinya berlari mendekat dengan membawa gawai yang berdering.

“Nyonya, ada panggilan masuk dari Tuan Im” Ucapnya setelah benar-benar dekat.



“Nyonya, apa perintahmu?”

“ Delapan hari lagi hari pernikahan putraku. Tepat hari pernikahan itu aku ingin memberi kado terindah berupa kabar kematian seorang gadis yang kau tau benar siapa orangnya. Lenyapkan dia, lalu datang bersama berita kematian itu”

“Apa perlu keluarganya juga nyonya?”

“Ah kau ini selalu bernafsu dalam tugas. Tidak sia-sia menjadikanmu partner, tetapi kau tidak perlu melakukan itu. Cukup jalang itu saja yang kau lenyapkan, aku tidak tertarik sama sekali dengan keluarganya yang melarat.”

“Baiklah, aku selalu siap menjalankan tugas darimu”

“Aku akan menghubungimu lagi, aku sedang mencari tempat indah untuk gadis itu mengakhiri hidupnya”

“Siap nyonya!”



Min Ah memutuskan sambungan telepon, lalu memanggil asisten pribadi yang baru dia perkerjakan satu minggu yang lalu.

“Kau cari tempat di Seoul yang sunyi dan indah. Ingat ya tempatnya harus sepi”

Gadis bernama Hye Sun itu segera mencari referensi tempat yang Min Ah Min Ah tanpa bergeser dari tempatnya berdiri. Piawai jemari lentik itu mengoperasikan gawai pribadi miliknya.  Dia mulai mencari beberapa tempat yang mungkin cocok, menunjukkannya pada Min Ah baru survei dengan keadaan yang sebenarnya di tempat tersebut. 

“Maaf nyonya, aku merekomendasikan sebuah tempat yang cocok dengan keinginan nyonya. Taman belakang Gereja Heaven yang menjadi tempat pemberkatan Tuan Taehyung dan nona Tzuyu adalah yang paling cocok dengan kriteria nyonya. Sepi, sunyi dan indah”

Min Ah melirik sadis, merutuki betapa bodoh asisten pribadinya itu. Gereja itu akan menjadi ramai karena acara pemberkatan.

“Kau bosan bekerja?”

“Maaf nyonya?”

“Tempat itu akan ramai karena acara putraku, bodoh”

“Maafkan atas kebodohan saya yang kurang menjelaskan secara detail nyonya. Keseluruhan Gereja itu memiliki luas 3,5 hektar. Satu setengah hektar diperuntukkan untuk gereja dan segala kegiatan yang berkaitan dengan gereja. Di batasi oleh sungai buatan yang dirancang sangat alami, dua hektar di belakang gereja adalah taman dengan hutan buatan termasuk di dalamnya danau yang di rancang oleh arsitektur terkemuka. Mereka terlihat alami dan indah, terutama pada bukit-bukit kecil hijau seperti yang nyonya pijak saat ini mengelilingi danau dan di tanami sakura di atasnya. Bagian terbelakang Gereja Heaven tidak untuk umum, bahkan batas penggunaan gereja hanya di perbolehkan sebatas 1,5 hektar. Dapat saya katakan itu adalah tempat privat yang di buat oleh pemiliknya untuk merelaksasikan pikiran serta bermeditasi mendekatkan diri pada Tuhan. Pemilik dari gereja adalah pengusaha besar yang mengepakkan sayapnya di Dubai, tuan Choi Siwon. Semenjak kesibukannya di Dubai, tuan Choi Siwon membuka sewa untuk tempat yang dia namakan Miniatur Surga, harga yang cukup fantastis 24 jam dia mematok harga seratus juta Won. Jika penyewa sudah membayar sewa untuk tempat itu, penyewa tidak perlu lagi membayar sewa gereja, apabila bersamaan dengan itu penyewa memiliki acara di gereja”
Min Ah tersenyum senang, menemukan tempat untuk Irene meregang nyawa. Tempat yang tidak perlu jauh-jauh memakan waktu untuk memberikan langsung kepada dua putranya. Mayat gadis bernama Bae Irene.

“CCTV bagaimana?” Min Ah tentu harus memastikan TKP.

“Seperti yang saya katakan, ini tempat privat, tanpa CCTV di area Miniatur Surga. CCTV yang mengarah pada seluruh sisi ada di Gereja Heaven, sementara CCTV  pada Miniatur Surga hanya mengarah pada sisi-sisi luar”
Min Ah mengangguk-anggukan kepalanya.

“Kedalaman danau?”

“10 Meter nyonya, sangat jernih dengan warna biru kehijauan”

“Baiklah, kerja bagus. Kau sekarang pergi ke gereja, tambah biaya sewa. Aku ingin tempat itu 2×24 jam. Aku akan mengemudi sendiri” Min Ah memerintah. Hye Sun patuh dan bergegas pergi meninggalkan Min Ah menggunakan buggy car menuju Lobi.

🍃🍃🍃

Irene duduk di sebuah meja informasi bersama dua gadis yang senior di sisinya. Hari ini merupakan hari kesepuluh Irene bekerja di perusahaan milik orang tua Jimin yang bergerak di bidang jasa transportasi. Irene tidak pernah menyangka menggunakan seragam, duduk santai di bagian terdepan sebuah kantor, tersenyum dan beramah-tamah. Selain itu jarak dari rumahnya menuju kantor itu hanya memerlukan waktu 25 menit saja.

“Irene, mau ikut makan siang bersama kami, eomma ku memberi kotak makan siang yang cukup untuk tiga orang”

Tanya seorang gadis bermata sipit dan melengkung saat dia tersenyum, Irene memanggilnya Sunny, setiap kali seniornya itu tersenyum dapat membuat hangat siapa pun yang melihatnya.

“Benarkah eonnie?” Jawab Irene canggung.

“Aku selalu menumpang padanya, tidak usah canggung Irene” Wanita beranak satu yang di kenal dengan nama Yuri itu menepuk pundak kiri Irene.

Sunny beberapa kali melihat pada kursi yang berjejer di Lobi. Menyembulkan satu perempat kepalanya dari meja informasi. Posisi duduk menenggelamkan tubuh mereka, hingga membuat lehernya terpaksa menjenjang sementara dia mengintip.

Yuri menyadari teman sejawatnya seperti sedang memperhatikan sesuatu untuk dia awasi pergerakannya. Karena gadis yang lebih muda satu tahun darinya itu kerap kali melakukan tindakan demikian semenjak Irene mulai bekerja. Yuri tak lagi bisa memendam penasarannya kali ini.

“Kau melihat apa Sunny?”

Sunny membenarkan posisi duduknya dan menoleh pada Yuri. Irene yang berada di tengah sebenarnya juga penasaran melihat Sunny yang terlihat seperti penguntit.

“Tidak ada, eonnie” Jawabnya cepat.

“Aku tidak percaya” Yuri hendak berdiri tetapi Sunny lebih cepat untuk menahannya.

“Jangan di buat kentara bodoh, ish!” Desis Sunny kesal.

“Beri tau kami!” Paksa Yuri.

“Sadar tidak kalian, pria berkacamata hitam, kadang memakai warna biru dan coklat itu selalu datang. Jangan di lihat langsung!” Sunny kembali menarik tangan Yuri, sementara gadis itu cengengesan meminta maaf atas sikap refleksnya.

“Kau jeli sekali Sunny, aku hanya sibuk melayani pengguna jasa tidak menyadarinya” Puji Yuri.

“Sepuluh hari yang lalu dia datang dengan pakaian serba hitam, formal. Hari kedua dia memakai kaos merah dan jeans, sneakers, dan seterusnya dia berganti gaya berpakaian, tapi tidak pada rambutnya” Sunny tidak peduli dengan pujian Yuri, rasa penasarannya yang mendominasi saat ini.

“Pria itu, mengikutiku eonnie” Jawab Irene membuat kedua rekannya langsung fokus menatapnya.

“Kekasihmu?” Kompak Sunny dan Yuri bersuara.

“Bukan eonnie, aku tidak mengenal dan paham tujuannya mengikutiku sejauh ini” Jawab Irene apa adanya. Menyembunyikan rasa takut dan waswas setiap kali dia keluar dari rumah, apakah dia akan pulang dengan atau tanpa nyawa. Antara rasa takut itu, dia sedikit menghibur hati saat menyadari Min Ah hanya mengawasinya bukan keluarganya.

Irene tidak bodoh untuk menyimpulkan siapa dan mengapa dia diawasi. Min Ah sudah memberinya ancaman yang terang dan jelas, hidup atau mati Irene ada di tangannya jika masih berhubungan dengan Taehyung. Lalu, keadaannya semakin rumit saat Seokjin masuk juga dalam hidup Irene, ikut serta bersama kemelut hubungan abu-abu tanpa kejelasan. Apalagi yang akan di lakukan oleh Min Ah saat kedua putranya berada di dekat Irene. Bayangan kematian sudah Irene terka di dalam pikirannya, membuat gadis itu hanya pasrah, jika dia berontak kembali dan lari dari masalah ini keluarganya yang akan membayar permasalahan yang dia buat.

“Bodoh! Lapor polisi, dia menguntitmu” Maki Yuri dalam bisikan, dan Sunny mencubit-cubit lengan Irene kesal.

“Dia tidak melakukan apapun sejauh ini”

“Tapi nanti” Sunny melotot dengan mata sipitnya.

“Apa kau berpacaran dengan Park Jimin, anak dari pemilik perusahaan. Orang tuanya tidak setuju dan Jimin memberontak lalu membawamu bekerja di sini. Dan orang tuanya membayar orang untuk menguntit dan mengancammu” Tukas Yuri dengan skenario drama yang klasik dari kisah cinta miskin dan kaya. Sayangnya itu tidak lagi sebuah drama belaka, Irene mengalaminya dalam kehidupan nyata.

TUK

Sunny memukul kepala Yuri dengan pena.

“Hahaha bukan seperti itu eonnie” Irene menjawab sambil terkekeh melihat wajah Yuri yang siap bertempur dengan Sunny.

🍃🍃🍃

Taehyung memandang danau dari kaca depan Maserati Lavante miliknya. Danau yang dia datangi bersama Irene beberapa waktu lalu. Rindu menggencat kebahagiaannya, lebih parah dari patah hati yang dia alami karena Tzuyu. Mencintai tanpa bisa memeluk perasaan itu lebih dekat dan erat adalah jenis rasa sakit baru yang menyiksa Taehyung saat ini.

Setiap hari, di sela-sela rutinitas hariannya. Taehyung berkeliling Daegu untuk bisa melihat pujaan hatinya, permata cinta yang menerangi seluruh hatinya. Menyusuri jalan yang mungkin di lalui Irene, mendatangi tempat yang mungkin Irene kunjungi, demi mendapatkan pertemuan yang seolah tidak di sengaja. Nihil. Semuanya berakhir dengan kecewa  dan rindu yang menjadi parah.
Semua orang tertawa dan bahagia di sekelilingnya, tanpa peduli dengan luka hati Taehyung yang mungkin membusuk, termasuk seseorang yang dia kenal sebagai ibunya. Dia pikir seorang Ibu adalah nyawa kedua bagi putra mereka, tanpa berbagi kata seorang ibu memahami rasa buah hati. Namun, mengapa tidak pada ibunya?Ada banyak luka dan sakit di hari pernikahan Taehyung yang akan berlangsung lusa. Tanpa Taehyung tahu bahwa kado yang Min Ah persiapkan mungkin akan menyiram air keras di atas lukanya saat ini.

Sama seperti Taehyung, Irene tidak pernah tahu bagaimana Min Ah merancang kematiannya. Tempat menyakitkan di sebuah danau dengan kedalaman 10 meter, tali tambang berdiameter 5cm siap melilit leher jenjangnya, batu besar hitam siap menenggelamkannya semalaman hingga pagi hari pemberkatan Taehyung dan Tzuyu dilaksanakan. Suar mala menghitung hari, melenyapkan satu nyawa dan dua hati yang bertaut dalam satu kata ajaib bernama cinta.

○○○○○
TBC








IF IT IS YOU ♡VRENE♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang