URGENSI DAMA

467 68 9
                                    

Selalu dan selalu aku ucapin terimakasih untuk vote dan komen kalian guys 🥰🥰😭

Selamat membaca dan menikmati ceritanya 💜💜💜💜💜🥰

Taehyung mengetuk-ngetuk meja kayu mahoni pekat berwarna coklat. Di depan pintu lift ruang jaga yang sungguh bukan ruangan pada umumnya. Hanya sebuah meja resepsionis setengah lingkaran tidak benar-benar menyatu dengan tembok di belakangnya, memberi ruang untuk keluar dan masuk. Hari ini tugas dia untuk berjaga hingga malam nanti, berganti giliran kerja dengan Jimin. Bosan, tentu saja, seharusnya dia memiliki seorang teman, paling tidak perawat mendampinginya. Namun, tidak ada perawat untuk jadwal hari ini. Ingin Taehyung pergi menuju gedung utama menemui Seokjin sekedar membuat percakapan untuk mengusir bosan akut yang sudah sejak lama menderanya.

Suasana lantai 3 gedung B sangat sepi kendati hampir seluruh ruang rawat inap di lantai itu terisi semua oleh pasien.  Terkadang denting lift hadir memecah sunyi yang hampir menyerupai kuburan. Taehyung jadi rindu dengan perawat senior favoritnya, Shindong dan Kwangsoo. Hari-hari berjaga seperti menonton komedi melihat tingkah dua orang konyol yang berlaku tidak sopan pada pewaris rumah sakit ini. Mereka berdua tidak segan membuat lelucon untuk Seokjin dan Taehyung, lidah mereka terbiasa membuat celoteh guyon yang mengundang tawa. Apalagi perawat bernama Kwangsoo, tanpa bicara, cukup hanya dengan pola tingkahnya yang abstrak berujung pada kesialan, mampu membuat pria batu seperti Taehyung terbahak-bahak.

Taehyung tersenyum, mengingat bagaimana Kwangsoo terjepit di lift serta heboh mengucap wasiat kematian saat keadaan genting, bahkan pasien usus buntu yang darurat sempat tertawa-tawa sambil meringis menahan sakit di perutnya.

Ada getar dalam saku jas dokternya, sebuah pesan dari Tzuyu membuyarkan memori lucu yang Taehyung bangun.

Oppa, aku rindu sekali, aku ingin kembali coast minggu ini, tetapi eomma marah. Aku baru bisa kembali ke sana minggu depan

Sial! Teriak Taehyung dalam hati. Bagaimana mungkin dia melupakan fakta Tzuyu masih coast dan akan kembali cepat atau lambat ke rumah sakit ini. Seharusnya Taehyung berpikir lebih awal untuk meminta Seokjin memindahkan Tzuyu ke Seoul saja, selain itu Tzuyu bisa bersama orang tua yang akan mengurus pemulihan Tzuyu pasca operasi besar di tempurung kepalanya. Apa jadinya Tzuyu bertemu Irene di sini? Taehyung pening seketika. Tidak mungkin juga menyuruh Seokjin memecat Irene, setelah melihat secuil rutinitas hidup Irene selama dia berada di rumah sederhana itu kurang lebih 18 jam.

Kau yakin? Apa perlu aku meminta hyung untuk memindahkanmu ke Seoul

Taehyung membalas tidak berharap lebih, mencoba peruntungan saja, siapa tahu Tzuyu setuju. Satu mebit saja yang di perlukan sampai pesan itu terbalas.

Yakin! Jalang itu bekerja di sana, aku tidak mau ada cinta bersemi kembali●

Taehyung mendesah berat, tentu Tzuyu akan tahu lima teman angkatannya ada di rumah sakit ini.

Fokus pada coast mu saja ya  Tzu. Oppa menunggumu.

Hal terbaik tidak melanjutkan pembicaraan, sebelum emosi Tzuyu memuncak saat membahas Irene. Taehyung memasukkan kembali gawainya, meski bergetar dia enggan untuk membuka.

🍃🍃🍃

Ceklek! Krieeet

Daun pintu terbuka perlahan membuat Irene dan seorang temannya di dalam ruangan penasaran siapa yang ada di balik sana.

“Irene” Panggil Seokjin senang. Sontak Irene dan teman sesama petugas kebersihan membungkuk hormat. Teman Irene terlihat gugup, takut ada kesalahan yang tidak dia atau Irene sadari sehingga wakil direktur rumah sakit repot-repot masuk di ruang petugas kebersihan.

“Tuan, ada yang bisa aku bantu” Sopan Irene bertanya. Sempat Seokjin ingin protes mendengar kata ‘Tuan’, tetapi kemudian paham kalau Irene tidak sendiri di ruangan kecil itu.

“Ikut ke ruanganku sekarang ya, aku perlu bantuan. Tidak perlu bawa peralatan” Ucap Seokjin.

“Baik, tuan” Irene memberi senyum permisi kemudian pada temannya.
Irene menatap bingung Seokjin saat mereka tiba di ruangan hanya duduk bersantai di atas sofa.

“Jangan menatapku begitu, aku bosan di ruangan tidak ada teman bicara” Ucap Seokjin separuh jujur setelah dia merebahkan punggung di sandaran sofa. Sedangkan Irene masih seperti posisi awal saat Seokjin memaksa dia untuk duduk, posisi tegak yang sopan.

“Apa aku mengganggu?” Seokjin bersuara lagi.

“Tidak, Jin oppa, hanya saja aku sedikit canggung”

“Tidak perlu merasa canggung Irene, duduklah yang benar”

Seokjin mendekatkan amplop putih diatas meja tepat di hadapannya mendekat pada Irene.

“Apa ini oppa?”

“Oppa pikir kau mengenalnya, karena itu sebelumnya milikmu”

Irene mengamati dan menelan kasar liurnya. Amplop itu yang dia serahkan tiga hari lalu pada bagian administrasi rumah sakit. Irene tidak bisa makan dan tidur dengan benar saat memikirkan dia pulang tanpa harus membayar biaya perawatan selama dia di rawat, maka untuk itu gaji yang dia terima langsung di berikan sebagai pembayaran. Meski bagian administrasi menolak Irene tetap memaksa dan pergi begitu saja. Dia tidak mau melanggar perintah wakil direktur yang sudah mewanti-wanti pengobatan Irene gratis. Bodoh memang pegawai itu memberitahu Irene nominal pengobatan hanya karena Irene memohon dan bertanya, konsekuensinya dia harus menghadap wakil direktur dengan telinga yang berusaha ditebalkan.

“Itu karena aku merasa tidak enak oppa, biaya itu cukup banyak untuk di gratiskan”

“Aku sebenarnya kecewa sekali, kau selalu menolak tawaranku”

“Buka begitu oppa, aku harus bagaimana menjelaskannya ya, aku selalu merasa tidak enak. Terkesan seperti merepotkanmu” Irene takut Seokjin salah paham dan menganggap dia tidak tahu terima kasih, tentu dia sangat berterima kasih untuk semua yang Seokjin tawarkan padanya.

“Aku simpan penjelasanmu, kau simpan kembali gajimu” Irene enggan mengambil amplop itu. Seokjin mulai paham satu hal tentang Irene, gadis itu tidak mau menerima yang bukan hak nya, meski dia butuh.

“Simpan uang itu sebagai pembayaran kalau begitu. aku membeli kimchi buatan ibumu yang lezat itu. Lebih satu minggu yang lalu cukup membuatku rindu”

“Sebanyak ini?” Irene melihat Amplop yang menggembung itu, dia yakin ada penambahan jumlah. Seokjin mengangguk.

“Besok pagi akan aku bawa oppa”
“Baru dibuat malam ya?”

“Ibu membuat sekitar 14 hari sebelum akhirnya di jual oppa, kebetulan hari ini adalah hari ke 14, jadi besok aku sudah bisa membawanya” Jelas Irene menghadap ke arah Seokjin.

“Tidak bisa hari ini?”

“Hari ini ya?” Irene terlihat menimbang, sebenarnya saat itu juga bisa, akan tetapi siapa yang akan mengantar ke rumah sakit. Irene melihat jam dinding pada sisi tembok yang berhadapan dengan posisinya duduk 14.00, Jisung sudah kembali dari sekolah pikir Irene dia akan mengirim pesan pada adiknya untuk membawa kimchi ke perkotaan Daegu.

“Bisa oppa, aku harap kau bisa menunggu 2-3 jam lagi ya”

“Tidak! Tidak perlu di antar, kau mau menyuruh siapa? Sudah nanti saja saat mengantarmu pulang aku mengambil kimchi nya”

“Me mengantar?” Irene tergagap. Seokjin mengangguk dan meletakkan amplop yang sudah lama Irene abaikan ke pangkuan gadis itu.

“Nanti lupa” Ucap Seokjin.

🍃🍃🍃

Irene duduk di ruang tunggu lobi, Seokjin memintanya menunggu di sana. Selang 15 menit Seokjin keluar dari lift, wajah datar itu seketika menyunggingkan senyum saat menangkap Irene dari kejauhan.

“Sudah lama menunggu?” Tanya Seokjin setelah sampai.

“Tidak lama oppa, aku baru saja duduk di sini” Seokjin mengangguk dan mengulurkan tangannya pada Irene, gerakan yang tidak di sengaja tapi malu untuk di ralat, sudah terlanjur pikir Seokjin. Irene seperti biasa terlalu mudah terkejut, lalu terdiam membuat situasi menjadi canggung hingga Seokjin menarik kembali tangannya kikuk.

“Aku terlalu semangat” Ucap Seokjin terkekeh, sementara Irene menyunggingkan senyum kikuk. Kemudian, keduanya berlalu seiring menuju pintu keluar.

“HYUNG”

Seokjin dan Irene menoleh, mendapati Taehyung setengah berlari dari pintu lift.

“Ada apa?”

“Hyung, hosh hosh...”

“Pelan-pelan, atur dulu nafasmu” Seokjin mengusak pelan punggung Taehyung.

“Ponselmu tidak aktif?”

“Sengaja aku matikan” Seokjin menggeleng.

“Eomma dan Appa ada di apartemen! Eomma baru menghubungiku, katanya dia menghubungimu tetapi tidak aktif”

“Mereka berkunjung, mengapa sepanik itu kau Tae”

“Ish! ‘Bilang pada hyung mu untuk menjelaskan permasalahannya dengan Ji Soo, sekarang temui kami di apartemen’” Taehyung meniru cara Min Ah bicara dengan nada marah yang di tahan.

“APA?!”

“Kau terlalu menunda hyung, lihat mereka sudah tau dari orang lain bukan darimu. Pulang cepat” Taehyung melihat Irene dan Seokjin bergantian, jujur dia bingung sejak kapan kakaknya dan Irene dekat hingga gadis itu memanggil Seokjin dengan sebutan ‘Jin Oppa’ saat mereka menginap di rumah Irene.

“Hyung mau mengantar Irene dulu, baru akan pulang”

“Oppa, aku bisa naik bus, tidak apa-apa” Ucap Irene setelah lama terdiam.

“Hyung, orang tua kita sedang marah besar, kau ini bagaimana!”

“Ah baiklah, baiklah. Tae kau masih giliran jaga?”

“Tidak, sudah selesai”

“mau ikut ke apartemen?”

“Tidak, terima kasih, aku tidak mau dengar omelan eomma dan amarah appa. Banyak tanya sekali, cepat hyung”

“Antar Irene pulang”

“APA?!” Irene dan Taehyung setengah berteriak dalam waktu bersamaan. Seokjin berlari menuju lahan parkir setelah membuat dua orang kebingungan di depan pintu lobi.

“Oppa, aku pulang lebih dulu” Irene membungkuk hormat dan segera pergi dari hadapan Taehyung.

“Bae Irene” Irene berhenti mendengar nama lengkapnya dipanggil oleh Taehyung.

“I-iya” Irene menoleh dan mendapati pria itu di hadapannya, cukup dekat, hanya ada ruang tersisa dua jengkal di antara mereka.

“Aku antar pulang, hyung memintaku melakukan itu, jika tidak besok aku harus mendengar satu album rap darinya” Taehyung mulai melangkah dan Irene mengekor di belakang, baru tiga langkah Taehyung sudah bersuara lagi.

“Tunggu saja di situ” Irene mengangguk, tidak mau membuat Taehyung kesal atau kembali marah padanya seperti waktu itu, karena kilatan tajam dari mata Taehyung saat marah mengerikan bagi Irene.

Sementara Taehyung, dia tidak mau Irene pulang sendiri naik bus. Wajah gadis itu masih sedikit pucat dan raut letih yang kontras, Taehyung tidak tega. Seokjin hanya sebuah alasan, dia bisa menolak Seokjin dan menelantarkan Irene di halte, tetapi Taehyung mana sanggup melihat gadis yang sedang sakit merasakan hawa dingin menunggu bus dan berada dalam perjalanan yang tidak dekat, apalagi gadis itu adalah Irene. Gadis yang dia sadari sudah membuatnya jatuh cinta. Awal dan mula yang tidak Taehyung tahu pasti, tetapi perasaannya yang mulai bersemi untuk Irene sudah dapat dia pastikan kebenarannya.
Melalui malam panjang menatap bintang di langit malam yang membentang luas tidak terhingga, Taehyung menimbang rasa bernama ambivalen. Saat semua orang terlelap dalam rumah sempit sederhana, Taehyung kembali duduk di balai-balai, tafakur dengan kesunyian malam dan bising hewan yang menuntunnya menuju titik hampa meditasi. Bising perlahan tertinggal seiring fokusnya tidak beralih.

Pria dengan rahang yang tegas itu masih diam tidak bergeming, jika dilihat-lihat dalam keadaan duduk bersila, mata tajam itu terpejam damai, terpaan cahaya bintang dan lampu redup teras rumah Irene membuatnya seperti pahatan dewa. Sempurna.
Taehyung menyusuri alam bawah sadar, mencari titik temu dari keraguan. Dia sedang mencoba dan mencoba lagi, meski gagal Taehyung terus mencoba. Seokjin selalu mengatakan Taehyung perlu mencari kebenaran dari kecelakaan Tzuyu untuk menemukan jawaban tentang perasaannya yang campur aduk saat ini. Namun, Taehyung memiliki pendapat oposisi bahwa jawaban itu bisa dia temukan jika dirinya mampu memahami hati. Bagaimana hati itu bereaksi saat berada dekat dengan Tzuyu atau Irene. Bagaimana hatinya merindukan Tzuyu ataupun Irene. Bagaimana hatinya khawatir untuk setiap bahaya yang ada di sekeliling Tzuyu atau Irene. Taehyung mengakui, semua yang dia bagi dengan Seokjin tidak sepenuhnya, ada bagian yang mungkin lebih baik dia simpan. Bagian bahwa Taehyung mencintai dan jatuh cinta dengan dua wanita sekaligus.

Entah Taehyung harus bersyukur atau bersedih atas kejadian Irene pingsan dengan darah yang mengalir dari hidungnya. Karena setelah hari itu Taehyung menyadari dia tidak pernah membenci Irene, perasaan bersembunyi dibalik kata ‘teman’  yang tidak bisa dia nafikan lagi. Taehyung tidak bisa menekan perasaan itu saat melihat tubuh pucat Irene lemah tanpa berdaya. Seokjin benar, Taehyung hanya tidak ingin Irene melangkah jauh dari sikap naifnya, sikap lembut dan penyayang yang rupanya Taehyung puja diam-diam. Hingga membuatnya tidak pernah siap dihadapkan pada kenyataan tentang kejadian naas itu, Taehyung tidak pernah siap dan tidak mau memeriksa kebenarannya. Membiarkan kejadian itu dalam ranah abu-abu yang tidak terpecahkan di antara perkembangan zaman yang di belenggu oleh teknologi canggih. Taehyung menarik dirinya menjadi bodoh dan gagap teknologi demi menghibur hati, hidup dalam kebencian yang dia buat seolah-olah semua adalah kesalahan Irene.

IF IT IS YOU ♡VRENE♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang