PAYUNG PINK ANYELIR

540 74 0
                                        

Selamat membaca guys,
Vommentnya ya 🥰🥰🥰

Tok Tok Tok

Seseorang mengetuk Pintu kamar dari kayu merbau. Pria tinggi dengan bahu bidang yang sempurna itu sudah berdiri di depan pintu selama dua menit dan belum mendapat tanggapan apapun dari penghuninya.

“Taehyung? Kau tidur apa mati hah?” Merasa kesal Seokjin sedikit menggedor.

Ceklek!

Pintu terbuka menampilkan Taehyung memakai kaos oblong hitam dan celana pendek yang juga berwarna hitam, kain yang membalut tubuhnya itu penuh dengan warna warni abstrak cat lukis, tangan kanannya memegang palet dan sebuah kuas jenis rigger ada di antara giginya.

“Apa-apaan kau ini?” Seokjin terkejut melihat penampilan abstrak adik bungsunya. Taehyung melepas gigitannya pada kuas tadi, memegang kuas itu sambil berjalan menuju sebuah kanvas berukuran 1×1 meter.

“Hey tutup lagi pintunya hyung” Protes Taehyung saat melihat Seokjin masuk kamarnya tanpa menutup kembali pintu.

“Kau melukis?” Tanya Seokjin setelah menutup pintu kamar adiknya.
“Sudah lihat masih tanya” Sungut Taehyung yang jengkel karena kakaknya menjadi penyebab konsentrasinya pecah. Seokjin terkekeh, setuju dengan kalimat Taehyung.

“Wah Taehyung, kau adalah representasi dari budak cinta” Seokjin memandang lukisan Tzuyu yang hampir rampung, mengagumi bakat terpendam Taehyung.

“Ada apa kemari?” tanya Taehyung.
“Sudah berbicara pada eomma?”

“Sudah, tapi eomma masih marah”

“Tck, sudah 10 hari kalian diam-diaman begini. Turuti saja kemauan eomma, berhenti berteman dengan gadis itu, siapa namanya? Hyung lupa”

“Irene”

“Iya, berhenti menemuinya, kalau kau egois dia juga yang kena batunya kan?” Seokjin membujuk Taehyung.

Ceklek!

Pintu kamar Taehyung kembali terbuka, Namjoon masuk dan langsung merebahkan tubuhnya di ranjang Taehyung.

“Bagaimana kau dan eomma?” Namjoon mengulang topik yang sama.
“masih buruk seperti 10 hari lalu” Seokjin yang menjawab.

“Aku setuju pada appa, eomma memang keterlaluan, aku baru melihat eomma marah besar. Kita terbiasa dengan eomma yang penuh kasih sayang” Namjoon mengubah posisinya menjadi duduk.

“Eomma hanya khawatir pada kita, dia terlalu menyayangi kita Namjoon, hanya saja caranya agak salah” Sanggah Seokjin. Taehyung melihat kedua kakaknya bergantian. Ada rasa kesal dalam hatinya, dia harus melukis dalam keadaan tenang, tetapi semuanya buyar saat dua pengacau yang tiba-tiba datang.

“Kalian berdua ini bisa keluar saja tidak? Ada angin apa pula kalian ini? Biasanya super sibuk bahkan makan malam bersama di rumah mesti  membuat jadwal”

“Anak nakal ini” Seokjin mengetuk kepala Taehyung dengan palet.

“Keluar sana hyung, Aishhh” Usir Taehyung pada Namjoon dan Seokjin yang pura-pura tidak mendengar.

“Jauhi Irene, eomma tidak main-main membencinya” Namjoon memasang mimik serius kali ini.

“Hyung, ja...”

“Eomma memintaku mencari tau gadis itu, kau tau benar hyung akan mematuhi eomma kan? Hyung menyayangimu, tidak mau kau merasa bersalah atas apapun yang akan eomma lakukan pada gadis itu. Maka tolong Taehyung, tolong jangan keras kepala, kau hanya perlu meninggalkan temanmu itu” Namjoon melemparkan gawainya, menunjukkan hasil pencarian orang suruhannya tentang Irene selama 10 hari.

Taehyung melihat satu persatu foto dari gawai itu. Foto seorang pria berumur seperti ayahnya, pria itu duduk pada kursi roda dan remaja tanggung berdiri di sisinya menyuapkan makan. Foto pria yang menjadi kasir di sebuah minimarket dan foto seorang wanita paruh baya menjual kimchi di pasar tradisional Daegu. Taehyung terus menggeser foto-foto dari gawai Namjoon dan menemukan foto terakhir yang menampilkan anak laki-laki remaja sedang masa pemulihan pada ruang rumah sakit terbaring.

“Apa ini keluarga Irene?” Ucap Taehyung kemudian. Seokjin meraih gawai Namjoon penasaran ingin melihat sesuatu di dalam sana yang membuat wajah Taehyung berubah menjadi khawatir. 

“Hm, lihat kan? Hidup gadis itu sudah susah, jangan kau tambah lagi” Ucap Namjoon sembari tangannya merebut gawai dari tangan Seokjin.

“Aku belum selesai” Protes Seokjin.

“melihat yang Taehyung lihat, atau melihat foto pribadiku, Ish”

“Kedua adikku budak cinta, astaga” Seokjin terkekeh geli. 

“Aku jadi semakin ingin berteman dan membantunya hyung”

“APA?” Seokjin dan Namjoon teriak bersama.

“Kau mencintainya?” Namjoon curiga.
Pletak!  Taehyung menyambar palet tadi dan memukulkan benda itu pada Namjoon.

“Adik kurang ajar” Namjoon mengelus kepalanya.

“mulutmu asal bicara hyung, cintaku hanya buat Tzuyu. Berapa kali aku bilang aku berteman dengannya karena rasa bersalahku”  Namjoon mengernyit tidak paham, begitu juga Seokjin. Rasa bersalah apa yang Taehyung maksud.

“Apa maksudmu?”

“Aku dan Tzuyu putus satu tahun lalu...”

“APA” Kali ini Seokjin tidak terkejut, hanya Namjoon.

“Hyung kau tau?” tanya Namjoon kemudian saat melihat Seokjin tidak menunjukkan ekspresi bingung atau terkejut. Seokjin mengangguk.

“Aku membayar Irene untuk menjadi kekasih bayaran agar membuat Tzuyu cemburu. Tzuyu bilang tidak lagi mencintaiku lalu dia berkencan dengan pria lain, dan lihat dalam dua bulan upayaku membuatnya menyadari bahwa dia masih mencintaiku berhasil. Tzuyu kembali padaku” Namjoon dan Seokjin mendengarkan secara saksama. 

“Lalu, aku merasa bersalah padanya, perlakuanku selama dua bulan itu buruk. Aku memperlakukannya sebagai budak, dan...”

“dan?” Kompak Namjoon dan Seokjin.
“Dan aku melecehkannya, mencium, dan menyentuh tubuhnya...”

“YAK KIM TAEHYUNG!” Namjoon kaget mendengar Seokjin berteriak.

“kau?! Bagaimana dia hamil nanti, kau benar-benar Taehyung, kau membuat semakin kacau saja...”

“Ish! Aku tidak menidurinya, menyentuh saja paham tidak sih! M-e-n-y-e-n-t-u-h, sekali lagi menyentuh, bagaimana bisa aku menidurinya? Aku bahkan tidak melakukan itu pada Tzuyu”

“Apa yang kau sentuh?” Namjoon turut serta bertanya.

“Pinggangnya, mencium, memeluknya, dan membuat tanda merah di lehernya hanya itu”

“ya tuhan! Hanya kata anak ini? Ah terserah aku tidak mau lagi masuk dalam masalah ini, Namjoon kau urus saja berandal ini, kekacauan besar di depan mata sampai eomma tau semua ini apalagi appa” Seokjin meninggalkan kamar Taehyung.

“Tae, hentikan, kau membayarnya itu sudah cukup, kau hanya kasihan padanya oke”

“benarkah hyung?”

“hm, berpikirlah logis dia mendapat bayaran karena memang butuh uang itu mungkin untuk pengobatan adiknya yang di foto tadi. Dia tentu tau apa yg akan dilakukan sepasang kekasih dan dia menerima tawaranmu, jadi itu hal yang dia setuju. Berapa kau membayarnya?”

“30 juta won”

“30 juta won, bayaran yang besar, kau tidak perlu merasa bersalah, sudah  ya, kau sudah membantunya itu lebih dari cukup” Namjoon menepuk pundak Taehyung dan pergi dari kamar itu sebelum Taehyung banyak protes dan menyanggah.

Taehyung memandang lukisan yang 80% selesai, melihat kanvas yang terlukis pujaan hatinya.

“Aku mencintaimu, tapi mengapa semua orang seperti meragukan perasaanku padamu saat aku bersama Irene? Apa aku menyukai Irene, ah tidak! Berteman dengan Irene adalah bentuk rasa bersalah dan kasihan saja” Taehyung bermonolog.

🍃🍃🍃

Irene memberi sebotol minuman dingin pada Taehyung yang sedang duduk. Peluh memenuhi kening Taehyung.

“Oppa, kau bilang akan pergi ke Daegu sore nanti, tetapi mengapa repot-repot kemari dan membantuku” Taehyung menegak minumnya, belum sempat menjawab. Irene mengambil beberapa lembar tisu dari tasnya dan memberikannya pada Taehyung.

“Terima kasih” Taehyung menyambut tisu dan mulai menghapus jejak keringat di wajah tampannya.

“Aku malas di rumah, eomma masih diam padaku, Tzuyu juga di Daegu menyelesaikan ujian stase coast nya”

“Ahjumma masih marah? Oppa ini sudah mau tiga minggu dari kejadian itu. Apa sebaiknya oppa turuti saja kemauan ahjumma”

“dan berhenti berteman denganmu?” Pertanyaan Taehyung membuat Irene terdiam. Jika mengikuti kata hatinya Irene ingin egois dan terus berteman dengan Taehyung, tetapi tidak mungkin Irene membuat hubungan ibu dan anak menjadi buruk.

“Bagaimanapun dia eomma mu oppa, wanita yang kau kenal seumur hidupmu, sedangkan aku baru kau temui tiga bulan lalu. Orang tua tetaplah orang tua, mereka ingin yang terbaik untuk oppa, dan itu tidak salah”  Taehyung menatap Irene dalam, otak dan hatinya bekerja keras. Mencoba paham dengan jalan pikiran Irene, dan mencoba memahami hati yang mulai berdesir hangat berada di dekat Irene.

Awan hitam mengarak, gulita memayungi kota Seoul, padahal beberapa waktu lalu matahari masih bersinar terik. Angin berembus sedikit kencang, beberapa sampah daun beterbangan menyusuri trotoar. Rintik hujan mulai jatuh, setetes demi setetes. Irene yang tadi duduk, kini bangkit dan mulai mencari plastik andalannya untuk menutup bunga-bunga dari hujaman hujan yang Irene tahu akan deras disertai angin. Taehyung melihat kesibukan Irene datang membantu. Irene memberi jas hujan yang biasa dia pakai kepada Taehyung sebelum hujan semakin deras.

“kau saja, itu kan milikmu” Tolak Taehyung.

“Oppa saja pakai, nanti kau sakit”

“Memang kau tidak bisa sakit?”

“Aku ada ini oppa” Irene menunjukkan payung berwarna pink anyelir yang tersandar pada kaca jendela toko buku milik Sora. Taehyung mengambil payung itu.

“Aku pakai payung, kau pakai jas hujan, cepat. Hujannya semakin deras”

“Oppa yakin?”

“Cepat pakai Irene” Irene memakai jas hujan itu. Taehyung membentang payung dan meletakkan di depan tubuhnya, melindungi diri dari hujan angin yang membasahi teras pertokoan. Irene bisa saja membawa Taehyung masuk dalam toko Sora, akan tetapi itu akan sangat lancang saat pemilik toko sedang berada di Belanda sejak dua minggu yang lalu. Sora dan Yeri berangkat ke Amsterdam, Belanda dan belum tahu kapan akan kembali, toko buku mereka di olah oleh pegawai Sora yang merupakan keponakannya sendiri.  Sora menyerahkan tanggung jawab itu pada Irene, akan tetapi Irene menolaknya, karena dia tidak bisa memastikan akan berada di Seoul terus. Selain itu, dia takut apabila tanggung jawab yang diberikan tidak bisa dia penuhi dengan maksimal.

“Oppa kau basah kuyup, kau bisa sakit jika begitu” Irene hendak melepas jas hujannya.

“Tidak, kau pakailah itu, aku tidak apa-apa”

“kau menggigil oppa” Irene melihat getar tangan Taehyung menggenggam gagang payung.

“mobil mu parkir dimana?”

“mengapa?”

“Ayo aku antar kau ke mobilmu oppa, kau akan sakit besok, lihat saja tubuhmu basah semua” Irene mengambil alih payung Taehyung. Irene membantu Taehyung berdiri dan berjalan menuju mobil yang Taehyung parkir 500 meter dari tempat mereka saat ini.

Air hujan jatuh enggan berhenti, tetes air mengalir di permukaan payung merah muda. Dingin yang hadir tidak bisa menepis rasa hangat kala dua tubuh adam dan hawa saling berdekatan, kulit saling menyentuh kala tangan bertaut memacu jantung untuk berdetak dua kali lebih cepat.
Taehyung membawa Irene dalam satu payung bersama menembus hujan Sabtu di bulan Juni. Langkah cepat memburu dan mulai berlari-lari kecil mengimbangi gadis yang langkahnya rapuh gemetar. Taehyung tidak melepas indra penglihatannya dari cantik wajah Irene, wajah naif yang di penuhi tetes hujan. Senyum tulus hadir tanpa dia minta, alam sadar yang tidak lagi bisa Taehyung kendalikan.

‘Cantik’

IF IT IS YOU ♡VRENE♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang