HIRAP DI ANTARA HIMA

515 72 9
                                    

Terima kasih untuk vomment kalian, dan waktu yang udah kalian sempatkan buat baca cerita ini 🥰🥰😘
Selamat membaca guys 💜♥️💜♥️💜♥️

Jemari Seokjin hinggap di bahu Woo Bin, sedikit meremas di sana untuk membawa kembali sadar dari pandangan terpaku pada sosok lemah tanpa pergerakan di balik kaca besar.

“Appa, minumlah dulu”

“Mengapa adikmu belum sadar juga Seokjin?” Woo Bin bicara tanpa mengalihkan wajahnya.

“Appa ingin ke dalam? Bicara dengannya agar cepat membuka mata?” Tanya Seokjin yang mendapatkan wajah Woo Bin menoleh padanya dengan raut harapan.

“Hyung Sik hyung sudah mengizinkannya”

Woo Bin mengikuti Seokjin sambil melihat Min Ah yang tertidur dalam pelukan Namjoon. Lalu tubuhnya menghilang di balik dua daun pintu kayu. Keduanya menemui perawat yang berjaga, salah satu dari perawat memberi dua gaun luar berwarna hijau dan penutup kepala serta penutup kaki dengan warna yang senada. Seokjin dan Woo Bin memakai perlengkapan itu, kemudian perawat mengantar mereka dalam ruangan perawatan Taehyung.

Woo Bin berdiri di sisi ranjang Taehyung, memandang pucat wajah putranya dan jahitan basah yang menggelikan untuk di lihat.

“Bangun Taehyung, jangan lemah! Dokter bilang kau akan segera sadar, ini sudah 10 jam. Kau selalu membangkang dari aturan! Apa yang kau lakukan di dalam mimpi itu, tidak ada apapun di dalam sana” Woo Bin meraih tangan dingin Taehyung.

“Irene, Irene” Suara Taehyung berbisik hampir tidak terdengar. Woo Bin menoleh pada Seokjin, wajahnya penuh tanya apa yang terjadi sehingga membuat Taehyung berbicara tetapi tidak kunjung membuka mata.

“Appa, ini belum 24 jam. Taehyung kuat, bahkan benturan di kepalanya tidak mengalami pendarahan di dalam. Dia akan sadar sebentar lagi, dia sedang mengigau” Woo Bin mengangguk paham.

“Irene, kau mau pergi ke mana? Kau marah padaku? Kenapa kau pergi, temani aku di sini, Irene, Irene, Irene tidak bisakah aku bersamamu saja? Apa maksudmu kembali, aku tidak mau, Irene! Aku bilang berhenti!” Mata Taehyung terpejam tetapi mulutnya terus meracau, bahkan tubuhnya memberontak dari ranjang tidur, Woo Bin dan Seokjin menahannya,  membuat tubuh itu  mengentak-entak kosong.

“Seokjin ada apa ini?”

“Ini hanya efek bius appa, tidak bisa di beri obat penenang, hanya perlu membuatnya tenang saja, Aku akan memanggil Hyung Si hyung, dia yang berwenang melakukan tindakan” Seokjin berjalan meninggalkan Woo Bin yang masih memeluk Taehyung.

“Tenang nak, tenanglah”

“Appa, itu suara appa? Appa, hentikan dia, mengapa dia menyuruhku kembali.”

“Dia siapa nak? Jangan memberontak begini Taehyung”

“ Dia Irene, appa tidak melihatnya, lihat dia akan menghilang di ujung jalan. Appa kaki ku tidak bisa bergerak, appa tolong kejar dia untukku” Woo Bin menjauhkan tubuhnya dari Taehyung memeriksa keadaan putranya. Mata Taehyung sudah terbuka sempurna, tetapi kesadaran masih belum sepenuhnya dia dapatkan. Woo Bin kembali memeluknya anaknya.

“Terima kasih Tuhan”

“Appa, dia hilang. Gadis itu hilang appa. Aku mencintainya dan terus berbohong dengan perasaanku sendiri. Irene kembali, aku juga ingin memutar waktu dan tidak akan menyakitimu lagi...” Woo Bin menyimak pembicaraan alam bawah sadar Taehyung.

“Aku membeli harga dirimu 30 juta won, aku menyesal menjadikanmu kekasih bayaran untuk membuat Tzuyu kembali melihatku, kembali mencintaiku. Seharusnya aku berhenti membuat Tzuyu mencintaiku lagi, aku terlalu mencintai wanita yang sudah berselingkuh dan mencampakkan ku...”

Taehyung tidak menunjukkan sedikit pun tanda akan berhenti bicara, dia melakukan senandika  tiada henti. Seokjin datang membawa Hyung Sik, namun langkah dua dokter itu berhenti saat melihat tangan Woo Bin terangkat, memberi telapak tangannya pada mereka. Woo Bin ingin mendengar cerita asing yang sedang Taehyung kisahkan.

“Aku mabuk dengan cintanya, menyiksamu, lalu menyesal dan menjadikanmu teman. Aku bodoh! Harusnya berhenti sampai hari itu, bodoh, Taehyung bodoh dan dungu. Aku membuatmu terlibat dengan eomma, membawamu dalam masalah, ancaman dan ancaman. Kembali Irene, aku mencintaimu, maaf aku terus bersembunyi. Irene kembali padaku, seseorang tolong kembalikan dia” Suara Taehyung melemah dan jatuh tertidur. Hyung Sik mengambil alih dan meminta Seokjin beserta Woo Bin untuk keluar dan menunggu.
Woo Bin menahan lengan Seokjin saat akan berjalan menuju bangku di mana Namjoon dan Min Ah duduk. Kedua orang di sana tampak sangat lelah hingga tertidur pulas.

“Apa maksud adikmu tadi? Kalian selalu menyimpan rahasia dariku, berhenti melindungi orang yang bahkan tidak tulus dengan kalian”

“Appa tau sendiri bukan bagaimana eomma membenci Irene...”

“Bukan bagian itu”

“Aku mendengar bagian itu saja appa”
Woo Bin menghela nafas berat.

“Tzuyu selingkuh dan mencampakkan adikmu? Dia menyewa seorang gadis untuk mengembalikan cinta Tzuyu, untuk apa? Membuat Tzuyu cemburu”

“Seokjin mengangguk”
“Pantas Tuhan terus membuatnya gagal dan gagal, pernikahan ini memang tidak akan pernah terjadi. Gadis itu tidak tulus pada putraku, sampai Taehyung hampir mati dia masih memikirkan relasi dan tamu undangan. Dia tidak lagi baik untuk Taehyung” Woo Bin menutup erat matanya.

“Irene, gadis yang Min Ah tampar di hari pertunangan?” Lanjut Woo Bin.

“Benar appa”

“Apalagi yang eomma mu lakukan pada gadis itu?”

Seokjin ragu sebenarnya, takut membuat pertengkaran antara kedua orang tuanya karena hal yang akan dia katakan sangat bertentangan dengan Woo Bin.

“Kau diam? Jawab, jangan lagi main rahasia Seokjin”

“Itu, appa, eum...”

“Apa perlu bertanya langsung dan membangunkan eomma mu?”

“Tidak, aku akan bicara. Eomma menyuruh Namjoon untuk mencari tau seluruh seluk beluk Irene, kelemahannya terutama. Lalu...”

“Lalu?”

“Lalu mengancam gadis itu untuk menjauhi Taehyung, pergi dari kehidupannya”

“Sudah?”

“Hanya itu pengetahuan ku appa”
Woo Bin melangkah pergi, entah ke mana, pria itu hanya berjalan menyusuri koridor dan menghilang di ujung kanan. Seokjin pikir Woo Bin butuh waktu sendiri, niat untuk menyusul dia urungkan dan memilih kembali dekat Namjoon.

“Hyung” Namjoon sudah terbangun rupanya.

“Dia sudah sadar”

“Syukurlah”

“Eomma?” Panggil Seokjin pada Min Ah yang menggeliat pelan.

“Taehyung?”

“Dia sudah sadar, tunggu sampai ruangannya di pindahkan”
Min Ah mengangguk, air matanya menetes haru.

🍃🍃🍃

“Aku?! Yak!! Matamu yang segaris itu saja yang tidak melihat ada mobil masuk!” Seulgi berteriak keras saat seorang pria memaksanya mengganti rugi.

“Mobilku penuh baret dan menabrak pot bunga, kau lihat kan itu dari semen bukan dari kapas!” Pria itu tidak mau mengalah.

“Aku tidak menabrakmu, ulah dirimu sendiri bodoh! Kau mengarahkan mobilmu sendiri ke sana!” Seulgi bersedekap sambil memandang rendah pria itu.

“Ya itu karena kau tiba-tiba berbelok saat aku mau keluar, dasar gadis bodoh!”

“Kau itu yang bodoh, dasar pendek!"

“Yak! Kau mengejekku hah?!"

“Ya memang kau pendek”

“Apa maksudmu menghinaku hah!, sudah salah malah keras kepala”

“Terima saja pendek, Aku lebih tinggi darimu, kasihan sekali”

“Tinggi karena sepatu hak saja bangga, perempuan kasar!”

Seulgi tidak terima, gadis itu melepas sepatu haknya yang berwarna ungu gelap. Senyum percaya diri dan kemenangan tersungging di bibir tipis ranumnya.

“Lihat, bahkan tinggi kita masih sama saat aku melepas sepatu. Eh tidak-tidak, aku lebih tinggi satu atau dua senti darimu HAHAHA” Seulgi terbahak-bahak di depan wajah pria dengan jas putih itu.

“Brengsek, jika kau bukan wanita sudah aku ajak berkelahi”

“Tidak usah menunggu aku menjadi pria! Aku juga bisa berkelahi” Sisi pria Seulgi memang sudah terbentuk sejak sekolah dasar, gadis itu sangat menyukai hapkido, bahkan menjuarai tingkat nasional. Bisa saja menjadi internasional kalau dia tidak berhenti dan memilih kuliah dalam bidang ekonomi dan bisnis.

“Tcih, perempuan gila, minggir kau aku mau lewat, singkirkan mobil mu”
“Pendek, penakut pula ckckck” Seulgi berdecak sambil masuk ke dalam mobil dan menyingkirkan mobilnya. Sebelum melewati pria itu, Seulgi sedikit teriak dari balik kemudinya.

“Yang lebih tinggi mengalah dengan yang pendek”

Segera Seulgi tancap gas sambil tertawa keras mengejek. Jimin benar-benar jengkel, jika dia tidak ada buru-buru pergi ke Seoul untuk menjenguk Taehyung, mungkin rambut Seulgi sudah dia jambak sejak awal.
Beruntung suasana parkir rumah sakit sudah sepi, jadinya pertengkaran Seulgi dengan seorang pria yang dia katai pendek dan bermata segaris tadi tidak mendapat atensi oleh banyak orang. Meski beberapa orang yang lewat menertawai mereka, paling tidak kan bukan menjadi tontonan. Seulgi sengaja datang ke rumah sakit tempat Irene bekerja untuk menjemput sahabatnya, mengajak berkeliling Daegu mengenang masa kecil di kota itu, meski dia harus menunggu dua jam lagi di tempat parkir. Seulgi keras kepala saat Irene bilang menyuruhnya untuk datang petang.

🍃🍃🍃

Tzuyu duduk diam di sofa, tidak satu pun keluarga Kim mengajak dirinya bicara, sekedar berbasa-basi, mereka hanya menyapa dan tersenyum saja. Khususnya Woo Bin dan Seokjin yang sudah hilang simpatik melihat gadis yang hampir mengganti marganya menjadi Kim. Min Ah sedang pulang ke rumah, untuk memasakkan bubur kacang merah kesukaan Taehyung. Sejak dia benar-benar sadar dari bius pria itu terus meminta bubur kacang merah, meski Min Ah membujuknya untuk menunda sementara keinginan putranya itu.  Taehyung mengancam tidak akan mau makan apapun, makanan rumah sakit terlalu tawar, apalagi sup ikan yang bau amisnya menusuk hidung. Taehyung yakin sup itu hanya di bumbui oleh garam dan lada saja.

Taehyung sedang tertidur pulas sekarang, waktu tidak tepat bagi Tzuyu datang mengunjungi sebenarnya. Namun, bisa saja Woo Bin dan kakak beradik kim itu membangunkan Taehyung, tetapi mereka lebih memilih untuk melanjutkan perbincangan tidak menggubris keberadaan Tzuyu setelah mempersilahkan hadis itu masuk dan duduk menunggu Taehyung terbangun.

“Seokjin, kau sudah hubungi pihak hotel dan dekorasi untuk melunasi pembayaran? Namjoon juga sudah menghubungi desainer dan katering?” Woo Bin baru berhenti bicara dan akan mencoba tidur dalam posisi duduk bersandar di sofa yang sama diduduki oleh Tzuyu, pria itu membuka kembali percakapan dengan dua putranya.

“Sudah appa, dan mereka siap untuk membuat jadwal ulang acara Taehyung” Jawab Seokjin.

“Tidak perlu, nanti kita pikirkan lagi. Bereskan saja urusan pembayaran” Ucap Woo Bin yang di sambut terkejut oleh Namjoon dan juga Tzuyu. Seokjin? Dia tidak kaget lagi, hatinya merasa senang dan menang saat ini.

“Desainer dan katering juga appa?” Namjoon memastikan, lalu dia mengerti setelah ayahnya mengangguk.

“Paman, bukankah lebih baik melakukan penjadwalan ulang? Pemulihan Taehyung oppa paling lama dua bulan. Jika kita putuskan sekarang, artinya memulai prosedur dari awal, bukankah itu merepotkan?” Tzuyu menimpali. Seokjin memandang jengah gadis 24 tahun itu. Namjoon yang tidak mengetahui apapun hanya menatap satu persatu bergantian.

“Ekhm!...” Woo Bin berdeham.

“Appa dan Eomma mu ada di rumah malam ini?” Lanjut Woo Bin kemudian. Tzuyu mengangguk mengiyakan.

“Ahjussi dan ahjumma akan datang pukul 20.00 malam ini, katakan pada mereka” Tzuyu kembali mengangguk dengan keraguan dalam ruang hatinya dan seluruh tanya yang menumpuk di ujung lidahnya. Apa yang membuat Woo Bin menatap dingin dan enggan menyapa dirinya membuat Tzuyu merasa bingung dan sedikit sakit hati.

Ceklek!

Pintu berdaun satu itu terbuka, menampilkan sosok jelita Min Ah yang masuk dengan senyum merekah.

“Halo Tzuyu sayang, kau sudah datang” Wanita paruh baya itu memeluk Tzuyu sekilas dan menoleh pada ranjang Taehyung.

“Dia sedang tidur, eomma akan bangunkan”

“Tidak eomma, jangan. Aku sudah mau kembali, lagi pula aku akan mengabari appa dan eomma kalau ahjussi dan ahjumma akan datang malam ini” Min Ah mengernyit.

“Kami? Siapa yang bilang”

“Aku, ada yang harus kita bicarakan ulang” Min Ah mengangguk, berpikir suaminya akan membahas jadwal ulang pernikahan Taehyung dan Tzuyu.

“Aku permisi, selamat sore” Tzuyu membungkuk hormat dua kali, menuju pada Mon Ah dan Woo Bin. Kemudian melangkah keluar ruangan dengan hati yang mencelus.

“Ada apa sayang? Bisa menjadwalkannya nanti” Min Ah meletakkan kotak makan di atas nakas sisi kiri ranjang Taehyung.

“Aku mau membatalkan pernikahan ini” Tegas dan lugas Woo Bin mengucapkannya.

“Apa?!” Min Ah mendekat dan duduk di samping suaminya. Pekikan Min Ah tadi membuat Taehyung pelan-pelan menyentuh kesadarannya.

“Kau gila membatalkan pernikahan?! Taehyung sangat mencintai gadis itu, dia menginginkan Tzuyu menjadi istrinya. Apa-apaan kau ini?!” Min Ah heran memandang putra dan suaminya bergantian.

“Putraku pantas mendapat yang lebih baik Min Ah”

“Tzuyu kurang baik? Dia lahir dari keluarga terpandang, pintar, pendidikannya tinggi, cantik, kepribadiannya sangat lembut dan santun. Jangan lupa, kalau Taehyung bisa berubah karena gadis baik itu” Min Ah tidak habis pikir memandang pada Woo Bin.

“Apa yang kalian bicarakan? Batal? Apa yang di batalkan?” tanya Taehyung membuat semua mata memandang padanya.

“Kondisi adikmu baik untuk bicara masalah ini?” Tanya Woo Bin pada Seokjin sambil berjalan menuju ranjang Taehyung, mengatur ranjang untuk mengganti posisi duduk Taehyung.

“Cukup baik appa”

“Kau mencintai Tzuyu” Tanya Woo Bin setelah duduk di kursi kayu dekat diranjang Taehyung.

“Tentu saja appa” Taehyung merasa bingung.

“Gadis yang berselingkuh dan membuangmu, lalu kembali memungut cintamu yang dia campakkan?” Min Ah terkejut bukan main, sama halnya Taehyung terkejut.

“Appa kau tau? Hyung?” Seokjin dan Namjoon spontan menggelengkan kepalanya.

“Dirimu sendiri yang mengatakannya. Alam bawah sadar yang tidak akan pernah berbohong. Katakan pada appa berapa lama dia membuangmu?”

“appa”

“Jawab Taehyung!”

“Satu tahun”

“Itu wajar oppa, mereka merasa bosan dan sadar kemudian kembali” Mon Ah masih membela Tzuyu.

“Berselingkuh, artinya dia lebih dari satu tahun menjalin asmara dengan pria selain Taehyung. Kau paham itu Min Ah? Putramu di sakiti seseorang dan kau membela orang itu, apa kau tidak dengar kalimatnya semalam? Saat anakmu hampir meregang nyawa?” Woo Bin sesaat lagi akan hilang kendali dari amarahnya, gemeletuk giginya mulai terdengar.

“Dia kalut, dia tidak paham dengan pembicaraannya. Taehyung akan menikah dengannya oppa, anakku mencintainya” Min Ah tidak mau kalah.

“KIM MIN AH, JIKA AKU MASIH SUAMIMU IKUTI PERKATAANKU. PERNIKAHAN INI BATAL!” Seisi ruangan selain Woo Bin terperanjat. Namjoon yang sedang fokus sampai sedikit meloncat mendengar teriakan Woo Bin.

“Kau Taehyung. Jujur dan tegas pada perasaanmu, kau mencintai gadis bernama Bae Irene itu. Maka pergi bersamanya, jangan menyiksa diri dengan menikah dalam keraguan, itu akan menghancurkan dirimu sendiri”

“Jalang itu, yang benar saja oppa, Taehyung itu tidak benar kan?”

“Cukup Min Ah! Cukup menjadi angkuh dan bertindak seperti orang tidak bermoral, cukup aku mohon padamu. Aku masih bisa menahan amarah hari ini, tetapi tidak selanjutnya” Woo Bin meremas pinggiran ranjang tempat Taehyung tidur.

“Ini tidak adil oppa, kau selalu di puji karena kebijaksanaanmu. Tapi, sekarang kau memutuskan tanpa bertanya pada orang yang bersangkutan, kau tau benar bahwa anakmu mencintai Tzuyu?” Min Ah juga sama, menahan amarahnya
.
“Baiklah, jika itu keinginanmu” Woo Bin menatap ada Min Ah dan beralih pada Taehyung.

“Kau mencintai Tzuyu atau tidak?”

“A-Aku mencintainya appa” Min Ah tersenyum menang.

“Apa kau juga mencintai gadis bernama  Irene?”

Lama Taehyung diam, menimbang dalam hati yang gegap gempita oleh keraguan dan rasa yang menggebu, kerinduan yang dia tahan cukup lama. Haruskah dia terus bersembunyi dari perasaannya sendiri? Apakah perlu terus berlari lagi menjauh dari cinta yang sudah mulai tumbuh, tetapi dia lelah. Menekan dan menyembunyikan perasaan sangat melelahkan sekaligus menyakitkan.

“Maaf, karena aku juga mencintainya appa” Woo Bin mengangguk dan Min Ah bermuka masam atas jawaban putranya.

“Pilih keputusanmu sendiri Taehyung, ini pertanyaan terakhir dari appa. Apa kau yakin dengan pernikahanmu dan Tzuyu?”

“Tidak, aku, aku belum siap dengan pernikahan ini appa. Maaf, maafkan aku karena terus membuat masalah appa, eomma. Aku kini tidak lagi bisa menahan perasaan ini” Taehyung menangkap wajah Min Ah yang merah padam. Jujur, Taehyung takut bila Irene akan mendapat masalah setelah hari ini.

“Firasatku benar, jalang itu berhasil membuat putraku mencintainya. Eomma tidak akan mengampuni sialan itu!” Emosi Min Ah.

“Aku akan tetap menikahi Tzuyu, eomma hanya aku yang memiliki perasaan ini. Tolong, jangan berpikir Irene mempengaruhi atau apapun pikiran buruk yang saat ini ada dalam kepala eomma , aku mohon jangan salahkan dia. Ini hanya perasaan sepihak eomma, hanya aku sendiri. Dia bahkan tidak lagi dekat denganku, berbicara apalagi berteman, kami sama-sama menjauh. Aku mohon denganmu eomma jangan sakiti dia ataupun keluarganya” Mata Taehyung memerah saat mengucapkan kalimat itu. Kedua tangan pria itu saling menggenggam di atas pangkuannya sendiri.

“Maka menikahlah dengan Tzuyu saat kau sembuh” Pinta Min Ah dengan nada memaksa. Woo Bin masih menahan diri, menahan mulutnya untuk tidak bicara dengan nada tinggi lagi. Namjoon dan Seokjin diam mematung, menjadi penonton yang ikut dalam suasana tegang.

“Eomma, aku belum siap untuk itu, aku...”

“Kau mencintai Tzuyu juga! Dan tetap akan menikahinya. Berhenti berkata jika kau belum siap!”

“KIM MIN AH!” Min Ah menoleh dan menatap tajam pada suaminya.

“APA?! AKU AKAN TETAP MEMBELA TZUYU, PERNIKAHAN INI PASTI TERJADI!” Min Ah menyalang.

“LIHAT MATA ANAKMU, ADA LUKA DI DALAM SANA, TIDAKKAH KAU MERASA SEBAGAI SEORANG IBU! GADIS YANG ENTAH AKAN PEDULI PADAMU ATAU TIDAK ITU KAU BELA MATI-MATIAN. SADARLAH. “ Woo Bin menyeret Min Ah untuk lebih dekat memandang Taehyung. Sepasang orang tua itu berada dalam emosi yang memanas, mungkin sudah mendidihkan hati dan pikiran masing-masing. Min Ah menghempas tangan Woo Bin dari lengannya.

“TZUYU AKU ANGGAP SEBAGAI PUTRIKU. DIA DI SININYANG TERSAKITI, AKU AKAN TERUS MEMBELANYA, AKAN TERUS MEMBELANYA. KAU DENGAR! PUTRAKU AKAN MENIKAH DENGAN TZUYU SECEPAT MUNGKIN” Min Ah berteriak, rasa hormat dan sopan santu terhadap suaminya seperti yang selama ini dia lakukan telah lenyap. Hari ini dia menjadi pembangkang dan kurang ajar membuat hati Woo Bin merasa sakit dan gagal total membimbing istrinya.

“LAKUKANLAH, NIKAHKAN PUTRAMU DENGAN GADIS ITU. AKU PERSILAHKAN PADAMU” Min Ah tersenyum bangga penuh dengan kemenangan. Dia merasa yakin suaminya akan menuruti semua keinginannya, pria itu selalu mengalah.

“Dan konsekuensi dari pernikahan itu adalah perceraian, antara aku dan kau. Itu keputusanku”  Min Ah berhenti tersenyum, pergantian mimik wajahnya kurang dari satu detik. Pucat dan menegang. Woo Bin berbalik, berjalan menuju meja di depan sofa, mengambil kunci mobil yang terletak di atas sana.

“Taehyung, appa pulang dahulu, membersihkan badan lalu akan kembali kemari” Pamit Woo Bin di buntuti oleh Seokjin dan Namjoon, karena kunci itu adalah milik Range Rover Seokjin, sementara Namjoon memang sengaja tidak membawa mobil saat berangkat menuju Shilla Hotel.

Min Ah jatuh duduk lemas di kursi kayu, tempat Woo Bin duduk sebelumnya. Taehyung bungkam, tidak tahu harus berkata atau berbuat seperti apa, kepalanya agak pusing sejak pertengkaran terjadi apalagi mendengar kata cerai dari mulut Woo Bin. Bisa Taehyung pastikan ucapan itu akan ayahnya pertanggungjawabkan, mengingat Woo Bin tidak akan mengeluarkan satu kata pun bila itu tidak penting dan akan dia lakukan.

🍃🍃🍃

Seokjin hendak berangkat kembali ke rumah sakit tempat Taehyung di rawat bersama Woo Bin dan Namjoon, tetapi telepon dari rumah sakit kakeknya meminta Seokjin untuk segera datang ke Daegu. Pasien rawat jalan Seokjin kritis di UGD dan sedang mendapat pertolongan pertama dari dokter jaga.
Range Rover putih kesayangan Seokjin selalu menjadi teman setianya memburu waktu, memburu nafas untuk tetap berembus. Tidak mau mengambil risiko, Seokjin memacu roda empat itu dengan kecepatan standar.

Langkah cepat dan lebar adalah kebiasaan Seokjin semenjak menyandang sebagai dokter spesialis kardiologi. Namun, langkah itu mengecil dan kendur seiring seseorang yang mulai menarik perhatiannya berada hanya 200 meter di depannya tersenyum.

“Irene” Ucapnya saat sudah berdiri cukup dekat.

“Jin oppa, acaranya sudah selesai?” Tanya Irene. Seokjin diam, memikirkan perasaan gadis itu.

“Dokter Seokjin, pasien sudah sadar di UGD, menunggu diagnosismu sebagai ahli” Dokter jaga di UGD menyusul Seokjin setelah bagian informasi menyampaikan kedatangan Seokjin.
“Lima menit lagi aku ke sana” Dokter itu mengangguk dan kembali berlari ke UGD.

“Ah, ada pasien. Baiklah oppa maaf meginterupsimu” Irene membungkuk sopan dengan senyum yang masih menghiasi wajah cantiknya, meskipun ada raut lelah di sana tidak bisa melunturkan jelita Irene.

“Irene, apa kau bisa menungguku? Ada hal yang mau aku katakan, penting” Mendengar kata penting Irene mengangguk. Seokjin tersenyum dan segera pergi menuju UGD.

🍃🍃🍃

Air mata Irene mengalir deras, sekeras dia menahan cairan hangat itu tetap leleh. Matanya yang merah dan berair terus memandang Seokjin bercerita tentang kejadian sepanjang hari ini. Kecelakaan naas yang menimpa Taehyung. Seokjin ingin berlanjut pada perasaan Taehyung untuk Irene. Perasaan yang gadis itu anggap bertepuk pada udara hampa, tidak bersahut dan tidak bersambut pada kenyataannya berbanding terbalik dari prasangka pesimis Irene. Namun dia berhenti, fakta bahwa adiknya mengatakan akan terus melanjutkan pernikahan dengan Tzuyu membuatnya memangkas cerita. Meski pernikahan itu di tentang oleh Woo Bin, Seokjin buka anak lugu yang tidak mengerti maksud hati adiknya. Taehyung ingin menghapus Irene pelan-pelan, memberi gadis itu kebebasan dan hidup yang tenang tanpa gangguan dari ibunya.

Irene menghapus air matanya, gundah merenggut sedikit harsa yang dia punya hari ini. Gadis itu menoleh pada Seulgi yang duduk di bangku taman dengan jarak cukup jauh, sengaja memberi ruang untuk Irene dan Seokjin berbincang. Irene masih memandang Seulgi yang mengayun-ayunkan kaki, berpikir malam ini akan tertawa lepas bersama Seulgi mengitari separuh kota Daegu, tetapi justru harus merasakan sesak.

Irene merasa seperti dalam kabut yang pekat semenjak jatuh cinta dengan Taehyung. Hawa dingin yang menusuk-nusuk hatinya, serta putih  yang menyelimuti masa depan bagai tabir bagi penglihatan dan harapan Irene. Di titik buta dia terus berjalan, mencoba segala arah , Utara, Barat, Selatan, dan Timur. Irene tetap jatuh, tersandung oleh berbagai macam kenyataan pahit. Arah mana pun yang dia tuju, tetap tersesat hirap di antara hima.

○○○○○
TBC




IF IT IS YOU ♡VRENE♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang