*
*
*
Hari semakin siang, Mew kini sedang berada diperusahaan Papih tengah duduk didalam ruangan menunggu Papih Gulf kembali dari acara meetingnya.
Hingga 20 menit menunggu akhirnya Papih masuk kedalam ruangannya dan langsung disapa oleh Mew.
"Pih." sopan Mew yang langsung menjabat telapak tangan Papih bersalaman.
"Ada apa Mew?" tanya Papih dengan wajah seriusnya sambil berjalan kearah kursinya.
"Em anu Pih, em...."
"Cepat katakan, Papih ada rapat lagi setelah ini." tegas Papih menatap wajah Mew yang masih berdiri mematung didekat pintu masuk ruangan tersebut.
"Tentang Gulf." balas Mew ragu yang membuat Papih tersenyum sambil menatap wajahnya.
"Duduk." titah Papih yang diikuti oleh Mew.
"Ada apa dengan Gulf?" tanya Papih disaat Mew baru saja mendudukan bokongnya dikursi yang berhadapan dengannya.
"Maaf Pih, sebenarnya banyak yang ingin Mew pertanyakan tentang Gulf. Tapi yang pertama ingin Mew tau adalah, kenapa Papih mempertunangkan Mew dan Gulf? Padahal Papih tau kan kalau Mew ini umurnya jauh lebih tua dari Gulf, bahkan Gulf sendiri masih dibawah umur."
Mendengar pertanyaan Mew, Papih pun tersenyum sambil memajukan kursinya sampai perutnya menyentuh meja kerjanya.
"Sebenarnya pertunangan ini yang meminta adalah Gulf, bukan Papih."
"Apa?"
"Hmm.. Kamu pasti kaget, Papih juga awalnya kaget sama seperti kamu. Tapi untuk kebahagiaan Gulf, Papih akan melakukan apapun agar Gulf bisa bahagia. Entah kesalahan apa yang kamu perbuat sampai Gulf ingin sekali mengikat kamu seperti itu."
"Mew akui Pih, Mew memang membuat salah, beberapa minggu yang lalu disaat Ayah Mew masuk rumah sakit, Mew menuduh Gulf sebagai sakitnya Ayah. Maaf Pih, Mew seperti itu kar..."
"Karena yang kamu tau Gulf adalah biang onar dan musuh para guru, begitu?" tanya Papih dengan wajah seriusnya yang membuat Mew segan dan takut.
Mew pun mengangguk. Ia kembali meminta maaf kepada Papih karena telah menuduh Gulf bahkan sempat memukul Gulf sehingga membuat Gulf sangat membencinya.
"Sebenarnya, semua ini adalah kesalahan Papih dan juga Mamihnya dari 11 tahun yang lalu. Semuanya berubah disaat Mamihnya pergi meninggalkan Papih dan Gulf hanya untuk demi laki-laki lain. Papih dan Mamih itu dulunya dijodohkan oleh orang tua, makannya rumah tangga Papih dan Mamih tidak pernah bahagia." ucap Papih yang kini berubah ekspresi.
"Dari kecil hidup Gulf sudah sangat sulit. Setiap hari dia harus mendengar pertengkaran Papih dan Mamih. Pernah suatu hari disaat Gulf berumur 10 tahun, nyawanya hampir tak tertolong karena luka sayatan yang sangat dalam hingga urat nadinya hampir terputus. Dulu dia adalah anak yang pendiam, bahkan untuk mendengar suaranya pun tidak pernah. Gulf selalu mengurung diri dikamar dan tak pernah mau menemui Papih dan Mamih." Sambung Papih menarik nafasnya dalam sementara Mew menyimak setiap perkataan Papih dan hampir meneteskan air mata.
"Bukan hanya sekali Mew, sudah 5 kali Gulf terus mencoba mengakhiri hidupnya. Gulf pernah overdosis obat tidur, Gulf juga pernah menusuk perutnya. Bahkan hal yang paling gila, Gulf pernah turun dari mobil disaat Papih mengendarai mobil.dijalan tol sampai tertab..." bangkit Mew yang langsung memeluk Papih disaat Papih menangis tak kuasa menahan sesalnya.
"Gulf putera Papih satu-satunya Mew, satu-satunya yang Papih punya di dunia ini." tangis Papih yang semakin tak tertahankan.
"Gulf mulai berubah seperti saat ini disaat 4 tahun yang lalu setelah perceraian Papih dan Mamih. Gulf menjadi brutal, seolah dia kuat dan nggak punya hati. Kamu tau Mew, Gulf itu sebenarnya rapuh. Dia menutupi kesepian dan rasa sakitnya dengan amarahnya."