O3. Gara-gara Mochi

74 29 12
                                    

Malam ini Hikaru sedang ada disebuah caffe bukan sebagai pengunjung melainkan sebagai penjual. Hikaru ini anak tunggal, Ayahnya sudah lama meninggal dan kini yang dia punya hanyalah seorang Ibu yang merawatnya sendari ia berumur 3 tahun.

Hikaru juga sebenarnya tidak masalah tentang Ibunya jikalau ingin mencari pendamping hidup yang lain, bahkan ia sendiri yang meminta.

Karna jujur, selain untuk menemani ibunya Hikaru juga butuh figur seorang ayah dalam hidupnya. Tapi permintaan sosok ayah selalu ditolak halus oleh Ibunya dengan alasan bahwa ibunya hanya akan menikah satu kali dalam hidupnya.

Kalau sudah begitu Hikaru bisa apa?

"Hika, mending tidur aja udah malem ini. Besok sekolah," ucap Mina-Ibu Hikaru sambil mengusap lembut surai anaknya.

Ini yang Hikaru suka dari Ibunya, iya. Sifat lembut yang tidak diwarisi oleh dirinya. Bagai langit dan bumi, kadang Hikaru juga bertanya-tanya apa iya Mina adalah Ibu kandungnya, apa sifatnya yang abstrud ini turunan dari mendiang ayahnya, atau sebenarnya ia hanya anak pungut yang dibesarkan Ibunya, Hikaru tidak tau.

"Iya Bu, sebentar lagi deh Hika bantuin beresin meja ujung dulu, abis itu Hika bakal cus pergi tidur," balas Hikaru menunjuk meja di sudut ruangan yang sudah ditinggal oleh pelanggan.

Hika adalah panggilannya saat di rumah, panggilan yang hanya dipakai oleh Hikaru pada Ibunya seorang.

"Ya udah sana, tapi janji abis itu langsung tidur ya?"

Hikaru mengangguk dan bangkit menuju meja disudut ruangan, dari semua meja ini adalah meja yang paling nyaman menurut Hikaru, selain karna tempatnya yang berada di ujung ruangan. Terdapat kaca besar satu arah ke keluar caffe menjadikan kita bisa melihat ke arah luar tanpa takut orang di luar akan merasa risih.

Ia memandang ke arah luar jendela, di luar ternyata sedang hujan. Matanya sedikit sendu saat memandang ke arah luar, hujan bukanlah sesuatu yang Hikaru suka malah bisa dibilang ia sedikit membenci hujan. Bukan karna apa, ia hanya tak suka basah jika selain untuk mandi tentunya.

Matanya menangkap seorang anak kecil yang sedang membawa kucing sambil menunggu bus dihalte, kucing putih yang terlihat tertidur di kandangnya.

Pikirannya jadi teringat akan kejadian 1 tahun yang lalu, 1 tahun yang mempertemukan Hikaru dengan laki-laki jangkung yang paling menyebalkan dalam hidupnya.

Mochi namanya.

Flassback on

Hari minggu adalah hari paling sibuk saat di caffe, biasanya banyak pelanggan yang datang untuk sekedar mengobrol sambil menikmati hari liburnya.

Berbeda dengan hari minggu sebelumnya, hari ini caffe Hikaru sedang dipesan seharian full oleh satu keluarga besar.

Hikaru sudah siap menggunakan apron pelayan dengan senyum manis dibibirnya. Menghampiri keluarga besar yang tengah bersenda gurau, tak lupa dengan nampan yang berisikan minuman untuk para tamu.

"Silahkan diminum," ucap Hikaru ramah.

Namun, tak disangka satu gelas yang niatnya ia taruh di meja malah tumpah mengenai seseorang yang sendari tadi terlihat diam tanpa menyahuti pertanyaan dari keluarganya.

"Ah, saya mohon maaf. Ini benar-benar tidak disengaja." Hikaru panik, tadi kakinya seperti ada yang menghalang membuatnya hilang keseimbangan dan berakhir menumpahkan minuman itu.

Semua atensi melihat ke arahnya, seorang wanita cantik yang Hikaru yakini sebagai ibu dari anak yang ketumpahan minuman itu kemudian tersenyum sambil menggeleng. Tangannya mengelap kemeja anaknya menggunakan tisu.

Hikaharu [Hikaru x Haruto] END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang