Satu Bulan kemudian
"Apakah masih jauh Putri?" Tribuana menatap Cakra yang tampak mulai kecapean. Dalam hati dia merasa geli dengan Cakra. Ini baru satu jam perjalanan.
Sebelum masuk Hutan tadi, Cakra sesumbar mungkin bahwa dia nanti perlu menggendongnya jika Putri terlalu lelah. Karena berpetualang ditengah Hutan belantara itu tidak cocok untuk wanita berkulit halus seperti Putri."Nanti lecet loh kulit kamu!".
Cakra lupa, Putri Majapahit itu meskipun terlihat lemah gemulai dia adalah Putri Kerajaan Majapahit tanpa tanding. Putri sudah sejak belia belajar Kanuragan dan dilatih Ranggawuni. Kemudian secara khusus dia belajar dua tahun berguru kepada Bibik panglima Ranggawuni dihutan Weling.
Ranggawuni adalah istri Arya Wiguna, arya wiguna sendiri adalah Guru dari Gajah mada."Sebaiknya kita istirahat dulu" usul Tribuana.
"Kamu benar sekali" dengan cepat Cakra menyambar usul Tribuana.
Takut Putri Tribuana berubah pikiran.
Putri tampak tidak lelah sama sekali.***
Ini adalah hari dimana Tribuana bermaksud kembali ke Goa tempat terahir dia bersemedi. Entahlah! tapi dia berharap dapat petunjuk didalam Goa jalan untuk kembali ke dunianya. dunia Majapahit!.
Bisa saja Putri Tribuana melesat menggunakan ilmu meringankan tubuhnya. Namun itu hanya membuat Cakra ketakutan mengira dia adalah Hantu.***
Cakra menyederkan tubuhnya di bawah pohon. Sementara Putri Tribuana membuka botol minuman. Menikmati sensasi asam manis Orange Juice yang membasahi tenggorokanya. Sejak pertama kali minum Jus Orange, Tribuana menjadikan minuman itu jadi minuman favoritnya.Tribuana menatap Cakra yang memejamkan mata menikmati semilir angin Hutan. Sepertinya terlena dalam kantuk.
Tribuana tersenyum kecil. Dia baru sebulan tinggal dirumah Cakra.
Putri Merasa bersukur karena karena mengenal Cakra dan keluarganya. Terlebih lebih Cakra. Mereka orang yang sangat baik. Mengajarkan banyak hal. Ana selalu jadi teman yang lucu. Cakra selalu bersikap tenang, walaupun sering gugup jika bersamanya. Cakra termasuk orang yang lugu.Sayang sekali Cakra sedang memejamkan mata. Tribuana selalu menyukai tatapan mata Cakra yang teduh. Cakra selalu terlihat tenang dalam segala hal. Benar yang dikatan Ana adik Cakra. Cakra memang tampan, tapi jarang mandi. Cakra juga pemalas, tidurnya kaya kebo.
Satu hal yang menganggu Tribuana. Ana yang suka ngomong apa adanya itu bilang jika nama suaminya kelak bernama Cakradhara, persis nama Cakra.
Sebenarnya Tribuana sudah memancing Cakra untuk jujur soal itu. Namun Cakra terlalu pemalu untuk berkata jujur. Cakra memilih tidak mengatakannya.
Apa aku tidak terlalu menarik dimata Cakra?
Dan untuk pertama kalinya, Tribuana merasa tidak percaya diri dihadapan Cakra. Seorang pemuda masa depan yang tidak mempunyai kemampuan bertarung sama sekali.
Padahal banyak Pangeran Istana yang mempunyai kanuragan dan kemampuan bertarung mencoba melamarnya namun dia tolak.
Mungkin ini terlalu cepat. Namun dalam hati Putri tertarik dengan Cakra.Sejak Ana mengatakan nama suaminya kelak bernama Cakradhara, Tribuana sempat curiga jika Cakra juga orang yang datang dari masa Majapahit. Namun sepertinya tidak. Cakra memang lahir dan besar dimasa sekarang ini.
Apakah memang kedatangan di masa depan ini memang diatur sang hyang widi untuk bertemu Cakra calon suamiku?
Cakra mempunyai kepribadian mirip ibunya. Berpikiran terbuka, ramah dan pemalu. Dia bukan tipe lelaki yang menonjol. Tapi justru itu yang membuat Tribuana tertarik dengan Cakra. Tidak harus sok pinter, sok gagah, sok melindungi, sok cool dan sok sok'an lainya.
Cakra adalah orang yang apa adanya dan sedikit pemalas. Kerjaannya hanya didepan laptop.Sejauh ini Tribuana tidak tau bagaimana perasaan Cakra kepadanya. Tribuana menyadari dibalik Sikapnya yang seolah olah biasa saja ketika betatap muka, Cakra sering mencuri pandang dibalik layar Laptopnya. Namun yang menjadi pertanyaanya?.
Cakra memandangnya sebagai apa?. Sebagai seorang wanita yang menarik? atau sebaliknya sebagai seorang wanita yamg seharusnya menjadi leluhurnya. Mengingat Majapahit sudah tidak ada lebih 600 tahun. Dan mengingat dia masih hidup sampai saat ini.
Bukankah dia seharusnya menjadi nenek nenek renta berumur ratusan tahun?.Tribuana menjengit membayangkan dia berubah menjadi nenek tua renta.
Sebagai seorang wanita normal tentu saja dia suka melihat laki laki tampan. Tapi Tribuana tidak tau apakah kesukaannya kepada Cakra itu kesukaan cinta atau hanya sebatas menenyukai tanpa mencintai.
Entahlah.... waktu yang akan menjawab.
Angin berhembus semilir. Tribuana memutuskan untuk ikut duduk di samping Cakra.
Sinar matahari bersinar redup diantara dedaunan Hutan.
Burung burung bernyanyi bersautan.
![](https://img.wattpad.com/cover/315086445-288-k847741.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dyah Tribuana Tunggadewi (End)
Historical FictionTribuana terbangun, mengenakan kembali pakainya yang berserakan dibawah ranjang..... Tak henti hentinya mengagumi bentuk tubuh Cakradhara yang masih terlelap. Sewaktu di masa depan tubuh Cakradhara agak. kurus. Namun sekarang setelah menjadi suamin...