"Panglima Mada?sepertinya kamu mengenali Dayang Cempaka tadi?" Tanya Putri setelah Cempaka masuk kedalam.
"Iya Tuan Putri, dia dayang yang menyuguhkan hidangan kemarin".
"Sepertinya kamu memperhatikannya?" Tebak putri.
Putri mulai bersiasat.
Gajahmada jadi salah tingkah, tidak menyangka ternyata Gusti Putri memperhatikannya."Raden? apa Raden kenal Cempaka?." Tanya Putri pada Cakra. Tentu saja ini hanya pertanyaan basa basi.
Selama bersama Gajahmada Putri selalu manggil Raden kepada Cakra. Putri tetap menjaga status Raden didepan Gajahmada. Karena menyebut nama seseorang apalagi orang yang lebih tua itu sangat tidak hormat. Selama ini putri hanya memanggil Cakra karena kebiasaan mereka waktu dimasa depan. Mungkin panggilan njangkar (menyebut nama tanpa embel-embel) status hanya berlaku untuk Putri dan Cakra. Memang kesepakatan mereka dimasa ketika mereka sama sama hidup dimasa depan.
Lagian memangil dengan langsung nama itu terasa banget sayangnya. Menurut Putri sih begitu.Cakra mengangguk. Masih bingung dengan arah pembicaraan putri.
"Tentu saja Gusti Putri, dayang itu teman kecilku" jawab Cakra.
"Apa Raden tidak keberatan jika nanti....emmm .... _Putri sedikit malu untuk melanjutkan kata katanya ... kita menikah nanti Cempaka menjadi Dayang kita?" Lanjut Putri.
"Ah masak, kamu yakin?" Tanya Cakra yang belum ngerti arah pembicaraan Putri.
Heran kenapa Putri jadi baik begini dengan Cempaka. Demit apa lagi yang nempel di tubuh kekasihnya itu?
Mengingat perlakuan Putri tempo hari Cakra aga takut."Sepertinya tidak Tuan Putri" jawab Cakra singkat.
Putri merengut Sok kecewa, padahal ga sama sekali.
"Padahal aku sangat menyukainya" gumam Putri kecewa. Cakra tidak tertipu dengan akting Putri.
"Mungkin Panglima Mada tidak keberatan menambah beberapa Dayang?"
Panglima Mada kaget ditodong pertanyaan Putri. Sama seperti Cakra, Gajah Mada juga ga ngerti maksud pembicaraan putri."Sepertinya itu aga sulit Tuan Putri, mengingat Dayang Cempaka adalah Dayang Kanjeng Adipati." Jawab Mada.
"Kamu benar Panglima, kecuali dia datang Kemajapahit sebagai seorang pengantin, tapi siapa? dia hanyalah Dayang biasa, aku tahu tidak mungkin orang setinggi derajat Panglima menginginkan seorang Cempa.... "saya tidak keberatan!" Gajahmada menyela tanpa bisa mencegah ucapannya sendiri.
Jangankan Cakra, Gajahmada sendiri kaget dengan ucapannya sendiri. Wajahnya merah padam karena malu. Bisa bisanya dia berani menyela ucapan Gusti putri, lebih lebih mengaku tidak keberatan dengan cempaka.
"Ampun Gusti Putri, hamba lancang" Gajahmada menghatur sembah meminta maaf.Tribuana mengulas senyum. Nyaris bersorak penuh kemenangan. Gajahmada sudah masuk perangkap.
"Benarkah begitu Panglima? Kamu benar benar Panglima Agung!... Tidak memandang Pangkat dan derajat seseorang!" Putri terang terangan memuji Gajahmada, supaya Gajahmada tidak enak hati jika bermaksud menarik ucapannya.
"Lagian jika dilihat lihat cempaka cantik juga, hitam manis" putri jadi kaya tukang obat. Pinter promosi."Eh... anu...maksud saya...."
Gajahmada kesulitan meneruskan ucapannya. Udah kepalang basah, nyemplung sekalian dah.Mau meralat ucapannya tidak enak dengan Tuan Putri.
![](https://img.wattpad.com/cover/315086445-288-k847741.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dyah Tribuana Tunggadewi (End)
Historical FictionTribuana terbangun, mengenakan kembali pakainya yang berserakan dibawah ranjang..... Tak henti hentinya mengagumi bentuk tubuh Cakradhara yang masih terlelap. Sewaktu di masa depan tubuh Cakradhara agak. kurus. Namun sekarang setelah menjadi suamin...