Takdir Terakhir (TAMAT)

2.4K 134 7
                                    

Hai semua!!!
Sekarang cerita ini udah ada skuelnya ya..
Judulnya Singgasana Untuk Sang Putri.
Berkisah tentang kehidupan Cakra dan Putri yang romantis dan sama sama bucin. Kamu bisa membacanya di watpad dengan judul Singgasana untuk sang Putri

*******
Tribuana terbangun, mengenakan kembali pakainya yang berserakan dibawah ranjang yang empuk sementara guling tampak berserakan diatas ranjangnya. Seperti habis ada gempa dikamar pribadi Cakra dan Putri.
Putri menatap Cakra yang bertelanjang dada, Tak henti hentinya mengagumi bentuk tubuh Cakradhara yang masih terlelap. Sewaktu di masa depan tubuh Cakradhara agak kurus. Namun sekarang setelah menjadi suaminya Tubuhnya gagah berotot.
Putri tersenyum malu sendiri menatap tubuhnya yang penuh bercak merah seperti habis kerokan. suaminya  tertidur pulas setelah bekerja keras menaklukkan "gunung kembar."
Putri mengingat segala hal yang tidak masuk akal yang dia alami selama ini. Teringat bagaimana akhirnya semua jadi masuk akal.
Pria itu bernama Kertawardana.
Berlutut didepan Ibu suri Raja padmi, memohon doa restu. Meminta doa sebagai tanda resmi dan sah mereka menjadi suami istri.

"Bangunlah, aku merestuimu dan mendoakan mu, jagalah Dyah gitarja sampai mati. Jadilah pasangan yang saling menjaga dan mencintai sampai tua nanti" restu sang Ibunda. Memberkati perkawinan suci  mereka.

"Saya berjanji akan selalu menjaga dan melindungi Dyah Gitarja sampai maut memisahkan kami Ibunda suri" Jawab Cakra yang sudah resmi menjadi suaminya.

"Cakra..... sesuai dengan tradisi, aku mewakili Ayahanda Dyah Gitareja memberi nama resmi untukmu. Nama resmi anggota keluarga Istana. Mulai sekarang Nama kamu Kartawardhana" titah ibu suri.

"Terima kasih ibu suri"
Suatu anugrah bagi saya menyandang nama Agung Kartawardhana"

Sementara itu disamping Cakra, Tribuana yang mengenakan pakaian pengantin sangat cantik sekali. Kecantikan Dyah Tribuana Tunggadewi begitu sempurna, dia tersenyum lega. Ternyata sosok yang selalu menganggu pikirannya itu ternyata nama lain dari Cakra, Nama pemberian Ibundanya.
Putri yakin Cakra juga lega setelah mengetahui kenyataan tersebut. Dan Kertawardana begitu gagah mempesona.

Akhirnya setelah segala ritual perkawinan yang melelahkan kedua mempelai dipersilahkan untuk beristirahat. Walaupun mungkin setelah dikamar mereka tidak bisa langsung istirahat. Karena ada pekerjaan "menumpuk" yang harus Cakra laksanakan. Sebuah pekerjaan rumah tangga.
Sementara sang Prabu Jayanegara yang sedang sakit tetap hadir memberikan doa restu untuk adiknya tersebut. Meskipun tidak suka dengan perkawinan adiknya tetap saja dia harus merestui perkawinan Dyah Gitareja dan Cakra.
Seorang Tabib muda tampak sigap menjaganya.
Gajahmada tampak sumringah, sementara Cempaka bergelayut manja seolah tidak ingin lepas dari Panglima Gajahmada. Berdiri anggun menjadi salah satu dayang pendamping Putri selama menjalani prosesi pernikahan. Semua yang hadir bergembira dan berpesta. Rakyat juga berpesta atas perkawinan keluarga Kerajaan. Selama tiga bulan sebagai rasa syukur upeti ditiadakan, jadi rakyat Majapahit dibebaskan membayar pajak selama tiga bulan.

*****

Duduk ditepi Ranjang Kamar pribadinya dikaputren, Tribuana menyisir rambutnya yang kusut Masai. Mengambil cermin mematut dirinya. Menatap bercak-bercak merah dileher dan tempat tempat "strategis" lainya. Tersenyum malu sendiri. Bertanya tanya berapa lama bercak bercak merah itu akan hilang. Akan sangat memalukan jika para dayang melihatnya.
Sudah lumrah, jika putri keraton itu mandinya dimandikan para dayang. Sebelum mandi biasa para dayang menyiapkan air bunga dan aneka luluran untuk putri. Jadi setelah mandi tubuh putri begitu harum. Jadi bunga sangat penting bagi orang jaman dahulu terutama bagi wanita bangsawan.

Biasanya Dayang yang meriasnya, menyisir rambutnya menyiapkan keperluan mandinya dan segala alat kecantikan putri. Bagi Putri itu terasa membosankan. Tribuana merindukan hidup di dunia modern. Dimana hanya ada Cakra, mama, Ana dan dirinya.
Tapi saat ini, setelah Putri mengenal dunia masa depan, Putri Tribuana bisa bebas, dia bisa memilih dilayani atau tidak. Kehidupan masa depan yang mengajari itu.
Saat belum terlempar di dunia masa depan, Tribuana tidak tau bahwa seseorang Putri berhak menentukan hidupnya sendiri. Seorang putri istana seperti seorang hewan peliharaan. Tidak boleh ini tidak boleh itu. Harus begini harus begitu. Bahkan mandi pun harus dimandikan para dayang. Nyaris tidak ada ruang pribadi bagi Putri. Dan satu satunya tempat berlari adalah berguru di hutan.

Namun kehadiran Cakra merubah segala kehidupan Tribuana. Tribuana tidak harus terus terusan bersikap resmi, harus berjalan dan bertutur kata anggun. Kehadiran Cakra mengajarkan bahwa dia tidak harus bersikap layaknya robot. Kalau sedih sedih saja, kalau marah marah saja, Putri bisa jadi dirinya sendiri. Kalau mesra ya mesra saja.

***

"Sepertinya ini masih terlalu pagi untuk bangun"? Cakra alias kertawardhana melingkar tangan dipingganya menyusur hingga melingkar diperut. Entah kapan dia bangun. Memeluk dari belakang,  Mengendus dan mengusap lembut bibirnya dileher Putri dari belakang.
Putri sedikit menggelinjang, mendongak kecil.
"Kamu sendiri kenapa sudah bangun?!" Putri balik bertanya menoleh menatap mesra suaminya. Membiarkan tangan Cakra "bergerilya" sesuka hati.

"Aku lupa.... Aku tadi sedikit terburu buru, aku belum memeriksa bagian yang mana tubuh kamu yang ada panunya" suara Cakra rendah menggoda.
Putri mendesah kesal.
"Cakra, apa kamu bener bener percaya aku panuan"? kata putri gemes.
"Aku tidak panuan" lanjutnya.

"Tapi aku tetap akan memeriksanya, apakah kamu keberatan putriku" bisik Cakra.
Dengan lembut Cakra menarik kain yang mengikat baju ditubuh Putri. Hingga baju Putri menjadi lebih longgar.
Putri menyandarkan punggungnya didada bidang Cakra. Sedikit mendongak waktu Cakra mengendus lehernya.
"Padahal aku baru saja mengenakannya"  Putri nyaris mendesah, ketika Cakradhara menarik bajunya.
Putri menggeliat.
Dingin malam itupun terasa hangat.

Sementara dikamar Raja, Sang Prabu Jayanegara terbangun dari tidurnya. Badannya menggigil kedinginan. Tapi tubuhnya terasa panas. Seperti terkena gejala sakit tipes.
Tabib muda yang bernama Tanca sibuk menyiapkan Ramuan untuk sang prabu Jayanegara.
Tangannya sedikit gemetar waktu menyerahkan ramuan itu untuk diminum Sang Prabu.

"Minumlah Gusti Prabu, karena kesibukan pesta perkawinan Tuan Putri kesehatan Gusti jadi menurun. Ramuan ini akan menghilangkan rasa sakit Gusti Prabu."
Ada senyum misterius dalam diri Tanca.

Jayanegara bangkit, dibantu Panglima tertinggi kedua Gajahmada.
Menerima Cawan ramuan yang diracik Tanca.
Tanca menatap tegang cangkir dalam genggaman sang Raja. Tanca tau, ini malam terakhir sang raja dan kemungkinan malam terakhir baginya.
Malam ini takdir Majapahit akan berubah.
Tapi apapun yang terjadi kehidupan harus terus berjalan.
Senandung kebahagiaan dan kesedihan seringkali berjalan beriringan.
Ada yang datang ada yang pergi.
Dan saat ini Raja Jayanegara sudah mencapai takdirnya, dan Dyah Tribuana Tunggadewi sedang menjalani takdirnya yang baru bersama Cakradhara.

TAMAT

_________
Yeeee... Udah tamat..
Please di vote kalo ga author nangis nih😆😉

Ekstra Part Terungkap siapa yang membuat Putri terlempar ke masa depan.

Dyah Tribuana Tunggadewi  (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang