AD 3 - Dia Disekitarku

986 123 55
                                    

Renjun memanggil, "HEY!"

Pria itu menoleh dengan ekspresi ketakutan. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan tetangga yang selalu bertengkar dengan neneknya di sini.

"Tuan Huang?"

Renjun mengangguk dan berkata, "Apa yang kamu lakukan malam-malam di sini?"

"Itu..." dia terlihat gugup dan menghindari mata Renjun, "Aku baru pulang bermain."

"Dasar anak muda!" Renjun merangkulnya sambil berjalan, "Kalau begitu ayo kita pulang bersama."

"Ah! Ok."

Malam semakin larut dan mereka sudah berjalan sekitar sepuluh menit. Namun hingga saat ini belum ada satu pun taksi yang lewat, jadi Renjun memutuskan untuk berjalan kaki.

"Aigoo! Ada apa dengan malam ini? Kenapa tidak ada satu pun taksi!"

Cucu nenek sihir itu hanya tertawa kecil dan tidak mengatakan apa-apa. Dia terus menunduk memandangi kaki mereka yang beriringan. Rambut kecokelatan yang sedikit ikal terlihat lepek dan menutupi setengah matanya, tetapi dia sangat cuek.

Renjun melihatnya dan berkomentar, "Ah! Berapa lama kamu tidak memotong rambut?"

Pria itu menyentuh ujung rambutnya lalu menjawab, "Aku tidak ingat."

Dia belum sempat memotong rambutnya lagi karena terlalu sibuk. Dia selalu memotong rambut sendiri di rumah. Selama ini belum pernah ada orang yang mengomentari penampilannya sejelek apapun dia. Bahkan neneknya sendiri tidak berani. Mungkin, orang lain tidak peduli.

Dia melirik pria dewasa di sampingnya.

Ini adalah pertama kalinya dia berjalan dan mengobrol bebas dengan Renjun dari jarak dekat. Biasanya mereka hanya berpapasan di bawah apartemen saat neneknya berbuat ulah, tetapi hari ini mereka tidak sengaja bertemu di jalan. Dia merasa sangat gugup. Tuan tetangga yang selama ini dia lihat ternyata jauh lebih tampan jika dilihat dari dekat. Benar-benar sangat tampan hingga membuat jantungnya gelisah.

"Aku ingin mengecat rambut dan memotongnya sedikit. Bos baru memarahiku tadi," Renjun menyelipkan rambutnya yang menusuk mata, lalu menoleh, "Besok aku ingin memotongnya, kamu ingin pergi juga?"

Kepala Pria itu terangkat sedikit, untuk pertama kalinya dia berani menatap mata bulat Renjun dan menolak secara halus, "Terima kasih, tapi aku biasa memotongnya sendiri di rumah."

Mata Renjun berbinar, kemudian dia menunjuk ke rambutnya sendiri, "Kamu memotongnya sendiri? Apakah kamu bisa memotong rambut orang lain juga?"

"Tidak! Aku tidak bisa." Dia tidak bisa memotong rambut orang lain.

Renjun terlihat kecewa, "Sayang sekali. Awalnya aku ingin menghemat uang."

"Maaf."

Renjun mengucapkan "Tidak masalah" sambil mengibaskan tangannya, akibat terlalu lama merangkul orang tinggi sendi bahunya jadi sakit!

Mereka tidak berbicara lagi. Renjun terlalu fokus membalas pesan dari temannya di ujung sana. Kadang-kadang dia akan tertawa atau menggerutu, terlihat sangat asyik dengan dunianya sendiri. Pria itu tidak bermaksud mengintip aktifitas Renjun, tetapi karena tubuhnya jauh lebih tinggi dari orang lain, maka secara tidak sengaja dia bisa melihatnya sekilas.

Renjun sedang chating dengan seseorang yang bernama Sam.

'Apa itu kekasih prianya?'

Tetangganya adalah seorang homoseksual yang percaya diri. Tanpa perlu mencari tahu, Renjun sudah lebih dulu mengumumkannya pada semua orang kalau dirinya tidak menyukai perempuan.

[𝐁𝐋] 𝐀𝐒𝐈𝐒𝐓𝐄𝐍 𝐃𝐈𝐑𝐄𝐊𝐓𝐔𝐑🌱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang