AD 7 - Aku Di Tolak

785 119 23
                                    

"Apa yang akan kamu lakukan jika kamu benar-benar positif?" Renjun memandang pria muda yang sangat menyedihkan ini. "Kamu..." Tapi dia tidak bisa melanjutkan perkataannya.

Jaemin tersenyum kecil. Dia terlihat sangat pasrah dengan takdirnya.

"Aku akan meminum obat seumur hidupku... mungkin aku akan menangis dan menyesali semuanya, mungkin aku juga berpikir untuk mati. Tapi, aku tidak bisa meninggalkan Nenek sendirian, jadi aku harus tetap hidup dengan baik dan tentu saja... aku juga harus membayar kembali semua kebaikanmu, Hyung."

"... aku tidak boleh menyerah sebelum semua hal itu selesai."

Jaemin melebarkan senyumannya, terlihat sangat tegar. Renjun mengetuk sumpit di atas mangkuk, lalu menundukkan kepalanya untuk melanjutkan sarapan.

...

Jaemin duduk di bangku taman sendirian sambil mengawasi Nenek Na yang sedang olahraga pagi bersama para lansia di kompleks ini.

"Jaemin-ah!" Nenek Na melambaikan tangannya dengan gembira. Wajah keriputnya terlihat sangat cerah saat meneriakkan nama cucunya.

Jaemin langsung membalas lambaian tangan Neneknya dan menemukan bahwa para wanita tua itu sedang asyik bergosip. Mungkin mereka sedang melakukan pertandingan "cucu siapa yang paling tampan" di antara keluarga mereka sambil mencuri pandang ke arahnya, itu sebabnya Nenek Na begitu bersemangat hari ini.

Jaemin menangkupkan tangan di depan mulutnya, lalu berteriak, "Hati-hati dengan pinggang Nenek!"

"OKE! CUCUKU YANG BAIK!" Dia sangat puas. Nenek Na berbalik dan berkata pada teman-temannya dengan bangga, "Cucuku sangat berbakti!"

..

Renjun berencana untuk makan siang di sebuah restoran di depan perusahaan, sendirian. Namun takdir sedang memihaknya hari ini. Dia terlihat sangat bahagia dari ujung kepala sampai ujung kaki. Jika mata manusia bisa melihatnya, maka mereka akan melihat segerombolan bunga matahari yang bermekaran di sekitarnya.

Dia terlihat sangat konyol.

Jeno menghembuskan nafas yang entah sudah berapa kali dia lakukan hari ini. Itu semua gara-gara satu orang, Managernya- perusak hari baiknya- Huang Renjun.

Jeno meletakan sumpit di atas meja. Dia tiba-tiba tidak nafsu makan! Baru saja dia mendapat jawaban dari teman onlinenya bahwa mereka bisa bertemu minggu depan. Setelah dia pergi ke kota A dalam perjalanan bisnis, mereka akan bertemu.

Tentu saja Jeno sangat gembira, betapa antusiasnya dia hari ini.

Cuaca di musim hujan sangat dingin. Awalnya dia ingin makan siang di restoran China di depan perusahaan. Dia bahkan mengambil foto hotpot yang mendidih lalu mengirimnya pada Karen, berharap orang itu akan membalasnya dan mereka bisa mengobrol sepanjang jam makan siang.

Tetapi siapa yang mengira kalau penguntit kecil ini akan muncul di hadapannya secara tiba-tiba dan berkata, "Wah, kebetulan sekali! Aku juga sedang ingin makan hotpot kuah mala!" Renjun menyeringai lalu duduk. Dia benar-benar tidak tahu malu.

Jeno memijat pangkal hidungnya yang kesemutan. Dahinya mengerut.

"Direktur-nim..."

"...." Demi Tuhan. Aku sedang tidak ingin berbicara dengan orang ini.

Renjun mencondongkan tubuhnya ke depan, mereka bukan hanya di batasi oleh sebuah meja, tetapi juga di halangi oleh uap hotpot. Dia berkata, "Aku punya sesuatu untuk anda!"

Jeno menatap mata Renjun dengan tidak antusias di balik suara blubuk-blubuk dari dalam panci. Dia tetap diam tanpa bertanya atau penasaran, karena dia tahu bahwa apapun yang dia katakan, orang ini pasti akan terus mengoceh padanya.

[𝐁𝐋] 𝐀𝐒𝐈𝐒𝐓𝐄𝐍 𝐃𝐈𝐑𝐄𝐊𝐓𝐔𝐑🌱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang