AD 9 - Seperti Keluarga

608 88 12
                                    

..
Beberapa hari kemudian setelah dia pulang kerja, Renjun menemukan Jaemin yang sedang berjongkok di depan pintu masuk kompleks apartemen mereka, sepertinya pemuda itu sedang menunggu seseorang. Penampilannya sangat kusut dengan rambut yang menutupi wajahnya. Dia sudah beberapa kali memanggilnya, tetapi Jaemin seperti tidak mendengar.

Renjun berjalan sambil menenteng dua plastik makanan di tangannya. Dia masih merasa kedinginan walaupun sudah memakai jaket dan syal. Tadi saat di perjalanan dia melewati kios yang menjual mandu yang masih panas, mandu itu terlihat sangat enak, jadi dia ingin membeli tiga bungkus untuk di bawa pulang.

Hari ini hasil tes sudah keluar dan Renjun lebih merasa gugup karena masa depan Jaemin tergantung pada hasil ini.

"Hei, Nak. Apa yang kamu lakukan di luar?" Renjun menendang bokong Jaemin sambil bercanda, tapi pemuda itu tetap diam tanpa melihatnya. "Yak, Na Jaemin. Apa yang sedang kamu lakukan?"

Jaemin tidak menjawab. Dia masih terdiam sambil menatap kerikil di bawah kakinya.

Renjun menggigil kedinginan, suaranya bahkan bergetar saat berbicara. "Hei! Aku sedang bertanya! Apa yang kamu lakukan di sini?" Dia memindahkan plastik di tangan kanannya ke tangan kiri, kemudian menepuk-nepuk bahu Jaemin untuk menyadarkannya, "Yak! Di sini sangat dingin. Ayo masuk!"

Tapi Jaemin terus mengabaikannya hingga membuat Renjun heran. "Na Jaemin, jangan membuatku takut! Ada apa denganmu?!"

"......"

Menghela nafas. Renjun terpaksa meletakkan mandunya dan mengguncang tubuh dingin Jaemin, "HEI! NA JAEMIN!"

Ada apa dengan anak ini? Dia bertingkah seolah-olah jiwanya sudah di cabut dari tubuhnya. Benar-benar membuat frustrasi. Setelah mendengar teriakan Renjun, akhirnya bola mata Jaemin bergerak dan menatapnya. Dia bergumam, "Hyung." Dengan suara kecil, wajahnya sangat pucat.

"Ada apa dengamu? Kenapa kamu berjongkok di sini?" Renjun menyentuh pipi Jaemin untuk merasakan suhu tubuhnya, lalu berdecak kesal, "Apa kamu ingin demam?! Dasar anak kecil!"

"Hyung..."

Renjun langsung menariknya berdiri sambil terus mengomel seperti seorang Ibu, "Jangan terus membuat orang khawatir! Kamu harus menjaga tubuhmu dengan baik! Jika Nenek tua itu tahu, dia pasti akan sangat sedih!"

"Hyung..."

"Apa?" Dia membungkuk untuk mengambil plastik makanannya, sebelum menatap wajah Jaemin, "Kenapa?"

"....."

"Berhenti main-main, ayo masuk sebelum mandu ini mendingin!"

Sudut bibir Jaemin menipis, matanya sangat sayu dan tenggorokannya terasa sakit. Mungkin dia sudah terlalu lama terkena angin dingin, jadi tubuhnya mulai berkeringat tidak nyaman. Jaemin masih menatap mata Renjun dalam-dalam, berusaha untuk tetap terlihat kuat. Dia memuji dalam hati; Betapa indahnya mata bulat orang di depannya ini. Sangat cerah dan berkilau. Semua yang ada pada diri Renjun selalu terlihat luar biasa di matanya.

Tiba-tiba Jaemin tersenyum dan berkata, "Aku pikir aku sudah tidak bisa menerima kebaikanmu lagi, Hyung."

Renjun terkejut dan bergumam, "Ada apa denganmu? Tiba-tiba berkata begitu. Apakah hasilnya benar-benar buruk?!"

Jaemin menyembunyikan sebuah amplop berwarna putih di belakang tubuhnya. Dia meremas kertas itu hingga mengerut, sebelum berkata dengan jujur, "Ya. Hasilnya sangat buruk seperti yang kamu duga sejak awal, Hyung. Itulah sebabnya aku tidak ingin merepotkanmu lagi."

"Apa yang kamu katakan! Siapa yang di repotkan?!" Renjun merampas hasil tes medis dari tangan Jaemin dan membacanya sekilas sebelum memasukkannya ke dalam kantung jaketnya. Dia menarik nafas dalam-dalam, "Kita sudah menduga ini sejak awal, seharusnya kamu tidak perlu terkejut lagi. Sekarang yang harus kamu lakukan adalah menerapkan gaya hidup sehat dan menjauhi hal-hal buruk agar tubuhmu cepat pulih."

[𝐁𝐋] 𝐀𝐒𝐈𝐒𝐓𝐄𝐍 𝐃𝐈𝐑𝐄𝐊𝐓𝐔𝐑🌱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang