AD-S2 | 16 - Kita belum berpisah

558 62 24
                                    

Sudah dua minggu Renjun bekerja sebagai badut yang menjual balon di sebuah taman hiburan, pusat kota Seoul. Dia tidak membawa banyak uang di rekeningnya dan dia juga tidak membawa berkas formalnya untuk melamar pekerjaan yang layak. Hanya pekerjaan serabutan ini yang bisa dia temukan saat sedang kebingungan mencari uang.

Kebetulan jaraknya juga tidak terlalu jauh dari apartemen lamanya, jadi sangat memudahkannya dalam segala hal.

Walaupun gajinya tidak sebanding dengan pekerjaannya dulu, tetapi dia tidak ada waktu untuk mengeluh. Semua ini adalah kompensasi yang harus dia bayar atas kejahatannya karena telah menelantarkan Jeno dan Juno selama bertahun-tahun.

Renjun, di balik kostum badut yang kotor dan kusam tampak kelelahan saat duduk di undakkan jalan setapak menuju wahana tempat anak-anak bermain. Hanya tersisa beberapa balon yang mengapung di atas kepalanya. Setiap hari dia harus menjual seratus balon dari pagi hingga malam agar bisa mendapatkan bonus harian yang lumayan untuk sekedar membeli teh susu saat sarapan.

Kostum badut beruang besar ini sangat pengap di musim panas. Dia sudah bermandikan keringat dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kadang-kadang dia akan membuka sedikit kepala beruangnya hanya untuk menarik nafas sebentar sebelum kembali melanjutkan menjual balon sambil mengelilingi taman bermain, menghampiri anak-anak kecil dan membuat beberapa gerakan lucu untuk menarik perhatian mereka.

Saat ini dia sedang sibuk mengikat ujung balon-balon itu dengan batu kecil agar tidak terbang jauh sambil menunduk saat seorang anak laki-laki datang menghampirinya, membawa uang kertas pecahan Lima-puluh-ribu Won ditangannya.

"Aku ingin balon." Katanya, mengulurkan tangannya yang memegang uang. Suara anak itu sangat manis dan lembut.

Beruang coklat yang lusuh mengangkat kepalanya dan terdiam, membeku cukup lama seperti patung. Orang di balik kostum itu mungkin tercengang. Tidak ada yang tahu apa ekspresi yang dia buat karena penghalang di wajahnya.

"Beruang..." Anak yang bingung itu maju dan mengulangi perkataannya sekali lagi, dia pikir suaranya tidak terdengar, jadi dia berinisiatif untuk berjalan lebih dekat. "Aku ingin balon."

Akhirnya tidak lama kemudian beruang itu bergerak. Dia melambaikan tangannya dan mengucapkan "Hallo." Terlebih dahulu sebelum menjawab dari balik topengnya dengan suara tangisan, tapi anak itu tidak menyadari keanehannya.

"Kamu mau warna apa, sayang?"

Anak itu menjawab dengan cepat, "Hijau." Dia tersenyum sangat tampan hingga matanya menyipit tidak terlihat, mirip seseorang.

Namun, di tengah rasa rindu, batin yang terguncang dan rasa tidak berdaya, si beruang itu malah menyerahkan balon berwarna kuning. Tidak, dia sedang tidak melakukan kesalahan, dia memang ingin memberikan warna kuning favoritnya untuk seorang anak yang pernah dia besarkan, Lee Juno.

Senyuman Juno langsung menghilang, digantikan oleh ekspresi cemberut dan sedih. Dia bergumam kecewa, "Aku bilang ingin hijau." Katanya sambil mendongak, menatap balon berwarna hijau yang tertiup angin.

Si beruang itu bersikeras, bahkan sedikit memaksa pada akhirnya, "Tidak, kamu tidak suka warna hijau. Kamu sangat menyukai warna kuning."

"Tidak!" Anak itu membantah. "Aku suka hijau!" Jeritannya mengundang tatapan dari beberapa pasang mata di sekitar, namun beruang itu tidak takut.

Tangannya yang menggenggam tali balon sedikit gemetar tidak terkendali. Dadanya sangat sesak. Berapa banyak perubahan yang terjadi setelah dia pergi? Bahkan kini anaknya berbalik membenci warna kuning. Tetapi, Renjun tidak sanggup menerima kenyataan pahit ini. Dia bersikeras bahwa Juno sangat menyukai warna kuning.

[𝐁𝐋] 𝐀𝐒𝐈𝐒𝐓𝐄𝐍 𝐃𝐈𝐑𝐄𝐊𝐓𝐔𝐑🌱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang