03. Destiny

444 75 6
                                    

"Dembi, cepatlah, kita akan terlambat nanti!"

Gadis itu menoleh ke belakang, menghela napasnya lalu membuang benda kecil yang berada di tangannya ke tempat sampah. Sekali lagi, ia menghela napas, menatap pantulan dirinya lewat cermin.

"Semua akan baik-baik saja, hey Kim Dambi! Bersikap biasa saja, okay?!" ujar Dambi pada bayangan dirinya.

Diraihnya tas cokelat miliknya. "Aku datang, kelinci besar!" Dan ia melangkah keluar rumah, dengan senyuman terbaik yang ia punya.

"Kim Dambi, kau tahu—"

"Tidak tahu, dan berhenti bicara padaku, aku tidak suka bau mulutmu, Bunny!"

Langkah Jungkook terhenti dengan mulut yang menganga tidak percaya. "Hey! Aku sudah sikat gigi asal kau tahu?! Napasku wangi mint!" protes Jungkook.

Dambi abai, gadis itu terus melangkah tanpa menoleh ke belakang, di mana Jungkook sedang mengomel tidak jelas. Dan soal bau mulut, ia jujur, ia tidak suka bau mulut Jungkook, yang beraroma mint itu.

"Itu membuatku mual."

"Hey, Kim Dambi."

Langkahnya terhenti, ketika beberapa orang menghadang jalannya. Oh ghost, mereka lagi. Gadis itu membenarkan letak tasnya lalu kembali melangkah, melewati mereka, namun lengannya ditahan, dan tubuhnya di dorong kembali pada tempat tadi ia berhenti.

"Sombong sekali," ujar Hana, salah satu dari gadis yang menghadang jalannya. "Ah, sekarang sudah punya Sugar Daddy jadi kau bisa sombong?" lanjutnya.

Kening Dambi berkerut, ia tatap teman satu sekolahnya itu. "Apa maksudmu?" tanyanya.

Hana tertawa pelan, lalu seringainya muncul. "Pura-pura bodoh?" gadis itu berdecak. "Dua minggu lalu, ketika kau dan laki-laki itu pergi dan berakhir di Hotel, hey kau harus berterima kasih padaku."

Dambi memejamkan matanya, ia benar-benar benci jika harus diingatkan kembali pada kejadian dua minggu lalu. "Kau benar-benar iblis, menjebakku, dan apa yang kau katakan? Terima kasih? Aku tidak salah dengar, kan?" cerca Dambi kesal.

"Kau! Berani padaku?!" ujar Hana membentak.

"Hey, ada apa ini?" Mereka semua menoleh, menatap seseorang yang baru saja berbicara.

"O-oh, Yoonji Ssaem, selamat pagi," ucap Hana, gadis itu menarik tangan Dambi untuk di rangkulnya. "Aku sedang menyapa Dambi, Ssaem."

Yoonji Ssaem tersenyum dan mengangguk pelan, wanita tiga puluh tiga tahun itu menoleh ke belakang. "Yoongi-ya, ayo."

Deg!

Tanpa sadar, Dambi meremat kedua tangannya ketika nama itu di sebutkan. Tidak! Pasti bukan dia, nama Yoongi banyak di Korea, bukan hanya dia.

"Ya, Noona."

Dan kini gadis itu membulatkan matanya, ketika mata mereka beradu pandang. Desiran aneh itu menyapa-nya, tangannya yang bergetar ia sembunyikan di balik tubuh, dan ia memilih untuk menunduk.

"Ssaem, siapa yang ada di sebelahmu itu?" Hana kembali membuka suaranya, gadis itu tersenyum, namun ada makna di balik senyum itu. Jelas saja ia tidak lupa siapa pria itu.

"Ah, dia? Dia Ahn Yoongi, adikku. Dia datang karena sedang mencari sesuatu, dan sesuatu itu ada di sekolah ini, katanya."

"Begitu?" Hana kini menatap Yoongi, gadis itu tersenyum kembali. "Apa yang kau cari, Tuan? Siapa tahu, kami bisa membantu." Tanya Hana dengan senyuman liciknya.

ENDING SCENE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang