07. Wedding Day

335 61 4
                                    

Jungkook dan Dambi kini sudah keluar dari ruangan pribadi Seokjin, duduk di taman rumah sakit dengan keheningan yang menemani. Suara gemericik air mancur terdengar seolah mengusir kesunyian, kedua anak manusia itu belum juga membuka suara, bahkan sudah 30 menit lamanya.

Dambi masih memikirkan bagaimana ia ke depannya, dan Jeon Jungkook, masih memikirkan, bagaimana agar Dambi tetap baik-baik saja. Dan menurutnya, keputusan yang tadi ia jabarkan—menggugurkan janin itu—adalah keputusan yang sudah benar—menurutnya.

"Jungkook..." Dambi memanggil dengan lirih, gadis itu menoleh dengan hati-hati pada Jungkook. "Aku akan baik-baik saja?" ujarnya pelan.

Helaan napas Jungkook terdengar—sangat berat. Dambi sampai meremat kuat kedua tangannya, ia takut, Jungkook masih akan memaksa untuk menggugurkan janinnya. Padahal dulu, Jungkook yang paling bersikeras untuk menjaga ia dan janinnya. Ia tahu, fakta ini sangat berat bagi Jungkook, apalagi dirinya. Hanya saja ia punya alasan sendiri.

"Tapi Dambi, Seokjin Hyung sendiri yang bilang, kan? Jantungmu lemah, mengandung hanya akan membuatmu semakin lemah, mengertilah, aku takut kau kenapa-kenapa."

Dambi tersenyum, tangan kecilnya terulur untuk menyentuh punggung tangan besar itu lembut. "Aku akan baik-baik saja, kau hanya harus percaya, Jungkook, dia pasti akan menjagaku dengan baik, karena dia sangat menginginkan bayi ini, dia tidak akan membuatku dalam keadaan susah, biarakan aku kali ini, setidaknya aku bisa berguna untuk orang lain, Jung."

Dan Jungkook hanya bisa menghela napasnya panjang. Ia sebenarnya sangat tidak suka akan ucapan Dambi, namun wajah gadis itu—yang memohon dengan penuh binar pada matanya, ia jadi tidak tega. Apapun keinginan Dambi adalah kemustahilan seorang Jeon Jungkook untuk menolak.

"Kalau begitu, katakan padanya, agar ia ekstra menjagamu."

Dambi menggeleng ribut, sangat keberatan akan ujaran Jungkook. "Tidak! Jangan, ia pasti tidak akan membiarkannya, biar ini jadi rahasia kita, aku berjanji padamu, aku akan baik-baik saja. Maka dari itu, tetaplah di sisiku, aku egois, aku tahu, but i need you, Jeon. Just stay with me." Mohonnya.

Jungkook mengangguk pasti, laki-laki itu menarik napasnya sebelum membawa Dambi ke dalam dekap hangat, menghilangkan tubuh mungil itu, menciumi pucuk kepala—beraroma buah-buahan—itu berulang kali.

Oh ya Tuhan, lelaki remaja ini begitu menyayangi Dambi.


*** 

Dambi memasukki rumah dengan lesu, berpisah dengan Jeon Jungkook itu hal yang paling berat baginya. Jujur saja, ia masih merindukan Jungkook, masih ingin berada di dekat Jungkook-nya.

"Kim Dambi, kau dari mana?"

Gadis itu menghentikkan langkahnya, menoleh ke arah suara. Di sana, calon suaminya itu sudah berdiri—masih menggunakan baju formal yang biasa dipakai ke kantor.

"Bibi Kang meneleponku, dia bilang kau pergi bersama Jungkook ketika aku bertanya, apa kau sudah makan dan minum susu. Dan lagi, ini sudah empat jam sejak kau pergi, apa belajar kau menghabiskan waktu selama ini?" cerca Yoongi dengan tatapan tajam.

Dambi diam, menunduk sembari memainkan jemari kecilnya, bibir bawahnya mem-pout lucu. "Aku benar ke perpustakaan, kok." jawabnya dengan pelan.

Yoongi menghela napas, pria itu melangkah mendekati Dambi. "Apa perpustakaan sekarang menyimpan dokumen rumah sakit?" tanya Yoongi serkas.

"Ya?" Dambi mendongak, untuk menatap Yoongi yang lebih tinggi darinya itu, mengerjap pelan dengan ekspresi bingung.

ENDING SCENE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang