02. Beginning of Trouble

510 74 7
                                    

Setelah menyelesaikan urusan panggilan alam, Dambi segera keluar dari toilet, dan Dambi dikejutkan oleh seseorang yang hampir saja menubruknya. Tubuh orang itu seperti sulit berdiri, sempoyongan dan bau Alkohol?

Pria ini, Mabuk?

Tatapan bingung Dambi terus tertuju pada pria itu. Siapa? Tubuhnya terlihat seperti Jungkook, ah, tidak tidak, bahkan lebih kecil. Wajahnya tidak terlihat seumuran, pakaiannya pun terlalu formal untuk remaja seusianya. Yang ia lihat tadi kebanyakan anak seusia dirinya dan mereka memakai kemeja dan celana jeans dari pada jas formal ini.

Dambi tersentak dengan mengerjap pelan ketika mendengar umpatan kasar yang keluar dari mulut pria itu, merasa seperti tidak asing dengan suara itu, tapi di mana ia pernah mendengarnya?

Tepat ketika pria itu berbalik menghadap ke arahnya, netra Dambi langsung membulat gemes, ia ingat sekarang. Pria ini, adalah pria yang menyenggolnya di Cafe tadi siang.

"Ahjussi, kau baik-baik saja?" Sontak Dambi melangkah mendekat ketika tubuh itu terhuyung dan hampir tersungkur ke lantai. Sebenarnya ada apa dengan pria ini? Sepertinya mengumpat adalah makanan sehari-hari, karena tidak ada hentinya selalu berkata kasar.

"Aku bingung, apa kau bisa membantuku?" ujar pria itu dengan suara berat dan lemah.

Dambi semakin mengernyit bingung dibuatnya. Ada apa dengan pria ini? "Kau sudah sangat mabuk Ahjussi, sebaiknya kau pulang saja." Dambi mencoba membopong tubuh yang lebih besar itu. Tapi yang ia dapat malah tubuhnya yang terhempas ke tembok. Terlalu kuat sampai membuatnya meringis merasakan sakit di punggungnya.

"Bantu aku, ku mohon." Kepala pria itu terkulai lemas. Itu jadi kesempatan untuk Dambi kabur dari kukungan pria mabuk ini. Ia mendorong kasar pria itu lalu berlari pergi. Tidak ingin ambil resiko. Jelas Dambi tahu situasi ini sangat berbahaya untuk dirinya.

Belum sempat menginjakkan kakinya di anak tangga, seseorang kembali menarik lengannya kasar lalu menghempaskan tubuhnya ke tembok. Rasa sakit itu kembali menyerang punggungnya.

"Mana minumnya?" suara itu terdengar memerintah.

Dambi dengan cepat membuka mata, mengernyit setelahnya. Apa ini? Kenapa lagi mereka?

"Halo Dambi." Senyum menjijikkan itu terpatri. Itu membuatnya muak. "Mau coba hal yang menyenangkan?" ujar Hana dengan senyuman licik andalannya.

Masih dengan kening yang berkerut samar, Dambi membuka suara, "Apa maksudmu?"

Dibalas dengan tawa renyah dari mereka. "Berikan minuman itu padanya, dia harus mencoba hal yang belum pernah ia rasakan." Salah satu pengikut Hana pun melakukan perintah itu.

Dan selanjutnya yang terjadi, pipi Dambi di cengkeram kuat, mulutnya dibuka paksa lalu sebotol minuman itu dipaksa pula masuk ke tenggorokannya. Pahit, dan rasa panas mulai menjalar ketika setiap tetes cairan itu masuk ke lambung. Tubuhnya seperti terbakar. Sungguh menyiksa.

Menit berikutnya, kepalanya terasa kian berputar, perutnya mual seperti ingin muntah. Jatuh terduduk sembari meracau tidak jelas. Dambi mencoba bangkit berpegangan pada tembok. Ada yang salah pada tubuhnya, itu pikir Dambi.

"Panas, tolong aku, ini panas sekali." Ujarnya lemas, mengerang kesakitan.

Yang lain hanya tertawa puas, benar-benar menikmati tersiksanya gadis itu. "Karena aku sedang berbaik hati, maka aku akan membantumu menghilangkan rasa panasnya." Beberapa langkah diambilnya, menarik Dambi kasar, menyeretnya kembali ke lorong yang baru saja gadis itu lewati.

Dan bingo. Di sana apa yang di cari Hana masih ada. Seperti sudah kembali tersadar namun masih cukup lemas. Ini akan sangat menyenangkan—pikir Hana.

ENDING SCENE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang