Lima belas minggu, kini usia kandungan Ahn Dambi sudah memasuki usia lima belas minggu. Perutnya belum terlalu tampak membuncit, Dokter Seokjin bilang, jika kehamilan pertama, otot rahim dan perut masih dalam masa penyesuaian, dan lagi itu karena usia Dambi sendiri yang masih sangat muda, sehingga otot perutnya lebih kuat dan perkembangan perutnya terlihat lebih lambat. Dan juga, Dambi sering merasa nyeri pada dadanya, karena sudah mulai memproduksi ASI.
Yoongi semakin over protektif padanya. Dambi masih bersekolah, namun ia tidak diperbolehkan untuk olahraga, dan mengangkat apapun, walau itu hanya dua buah buku. Benar-benar over protektif bukan? Yoonji, sebagai pengawas Dambi di sekolah pun sangat dibuat repot oleh adiknya itu. Setiap jam pasti Yoonji akan menerima telepon dari Ahn Yoongi, sangat sesuatu.
Kini wanita itu sedang duduk diam di atas kasur kamarnya, menatap lurus pada cermin besar di depannya. "Perutku sudah terlihat," bisiknya pelan, seraya meraba perutnya. "Sudah lima belas minggu, beberapa minggu lagi, ya?"
Dambi turun dari kasurnya, melangkah mendekat menuju cermin besar di sana. Berdiri tepat di depannya, Dambi menarik kaos yang dipakainya ke atas hingga menampakkan perutnya yang terlihat menonjol. Dirabanya permukaan cembung dan keras itu dengan pelan, lalu tersenyum, ketika yang disapa membalas dengan gerakan pelan yang cukup menggelitik dari dalam.
"Baby, tumbuh baik di dalam sana, ya? Jadi anak yang penurut nanti, ya. Jangan membuat orang tuamu repot, oke? Ayo, berjanji padaku."
Dan si Janin kecil itu membalas dengan gerakan yang semakin jelas terasa. Dambi tersenyum lagi, dengan kedua mata yang berkaca. Masih tidak menyangka, jika ada makhluk hidup yang kini berdiam diri di dalam tubuhnya.
"Aku tidak yakin, jika kita bisa bertemu. Dan jika nanti bertemu pun, aku yakin kita tidak akan saling mengenal, tapi apa masih ada kesempatanku untuk bertemu denganmu nanti? Satu permintaanku, hidup dengan baik ya, Baby." anakku.
Tok tok...
Dambi menoleh, dan dengan segera menghapus air matanya yang tanpa sadar sudah mengalir di pipi gembilnya. Wanita itu menurunkan bajunya, membenahi penampilannya, lalu melangkah menuju pintu.
Ceklek...
Pintu itu dibukanya, dan di sana sudah berdiri sang suami, Ahn Yoongi.
"Yoongi Oppa, ada apa?" tanya Dambi.
"Makan malam, kami menunggu-mu dari tadi, kenapa belum turun, hm?"
Dambi mengernyit, lalu menoleh ke arah jam yang ada di dalam kamarnya, sudah pukul delapan malam ternyata. "Maaf, aku terlalu asik bermain ponsel." bohongnya, lalu menunjukkan cengiran lebar.
Yoongi menghela napas. "Ya sudah, ayo makan, Baby pasti sudah lapar."
Dambi tersenyum, wanita itu mengangguk lalu keluar dari kamarnya—tidak lupa menutup pintu. "Ayo."
Di meja makan, Dambi lebih banyak diam, ia hanya menyantap makanannya dengan tenang, dan sesekali akan tersenyum ataupun mengangguk, menjawab ujaran Jieun dan Yoongi.
Yoongi peka, jika Dambi lebih banyak diam hari ini, tapi ia tidak langsung bersuara, mungkin nanti ia akan berbicara dengan isteri kecilnya itu.
"Bagaimana keadaan Baby, Dambi?" Jieun bertanya, ketika makan malam mereka sudah selesai.
Dambi tidak langsung menjawab, ia teguk dulu air minumnya dan membersihkan mulutnya. "Baik, Dokter Seokjin bilang, Baby mulai aktif bergerak, dan aku juga sudah merasakannya."
"Benarkah?" Yoongi bertanya dengan raut wajah yang antusias, namun, Pria itu langsung merubah ekspresi wajahnya, ketika Jieun menatapnya.
"Apa itu sakit?" tanya Jieun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDING SCENE ✔
Romance[COMPLETE] Kim Dambi itu hanya seorang gadis 17 Tahun yang aktif. Bagaimana bisa dirinya berakhir dinikahi seorang pria dewasa beristri, berusia 30 Tahun hanya karena Bayi? "Dengar, sudah aku katakan, aku tidak perlu tanggung jawabmu, Ahjussi." "La...