15. Epilog

687 65 26
                                    

Suara detak jam, di tengah malam, sangat terdengar jelas pada sunyinya ruangan, detik berikutnya, suara keras tangis bayi terdengar. Yoongi mengerang pelan dalam tidurnya. Namun suara tangis itu tidak juga kunjung reda, malah semakin keras.

Pria berkulit pucat itu seketika terlonjak bangun, kedua kakinya langsung menapak pada lantai. Terburu melangkah, lalu membuka pintu yang langsung terhubung pada kamar sebelah. Pria itu langsung menuju baby box. Tersenyum lebar melihat gumpalan imut itu, lalu meraih bayi kecilnya yang menangis.

Tubuh Yoongi bergerak pelan, menjadi ayunan alami untuk sang bayi. Irama pelan ia senandungkan walaupun tidak merdu, bayinya pun perlahan mulai tenang. Ia bernapas lega. Dibawanya bayi kecil itu ke kamarnya. Diletakkan dengan hati-hati di atas tempat tidur.

Yoongi kembali beranjak, membuatkan susu formula untuk si kecil kesayangan. Kantuk kembali menguasai diri, namun ia menahan. Demi sang buah hati.

Usai membuat susu, Yoongi kembali keatas kasur, merebahkan tubuhnya di samping tubuh yang sangat mungil itu, Pangeran kecil Ahn. Ia berikan susu formula itu pada bayinya. Bayi kecil itu menerima dengan baik, diisapnya pelan, namun tidak tampak kehausan.

Dan tidak sampai setengah, bayinya enggan lagi menyusu. Yoongi meletakkan botol susu kecil itu ke atas nakas yang berada disamping ranjang. Sepenuhnya ia berbaring menyamping, menatap wajah bayi kecil—yang kini telah berusia lima bulan, dengan senyuman hangat.

"Besok awal musim panas," suara serak Yoongi berbisik lirih. Kepalanya mendekat, lalu mencuri satu kecupan manis pada pipi gembil kemerahan milik sang bayi. "Ayo temui Mama-mu, dan ayo kita sambut musim panas bersama, kau, Papa dan Mama."


*** 

Ahn Hyun Ki, bayi laki-laki berusia lima bulan itu sangat nyaman tertidur di dalam dekapan sang Papa. Nyaman mendengar detak teratur dari jantung sang Papa, yang tengah menyetir mobil. Bayi itu benar-benar tertidur pulas. Raja tidur, sama seperti dirinya.

Yoongi mengulas senyum tipis, tanpa mengalihkan pandangnya dari jalanan. Melajukan mobilnya dengan pelan, tanpa mau menganggu tidur lelap sang buah hati.

15 menit seharusnya lama perjalanan, kini menjadi 30 menit lamanya. Sampai pada perkarangan yang luas, Yoongi memarkirkan mobilnya. Mematikan mesin mobil, ia membuka safety belt-nya. Dengan hati-hati membuka pintu mobil, dan kembali menutupnya.

Mata sipitnya melirik ke bawah, tersenyum tipis lalu ia bernapas lega, Hyunki tidak terbangun sama sekali. Bayi laki-laki yang memiliki wajah seperti Mama-nya itu hanya menggeliat pelan, lalu kembali nyaman tertidur dengan bibir mungilnya yang mengerucut imut. Yoongi terkekeh gemas. Lalu ia melangkah dengan pelan melewati perkarangan luas. Beberapa kali ia menghela napas pelan, untuk menenangkan hati dan juga pikiran.

Pintu utama terbuka, itu Noona-nya. Yoongi tersenyum, memeluk sekilas tubuh Yoonji. "Masuklah," ajak Yoonji. Yoongi mengangguk samar, lalu mengikuti langkah kaki sang Noona yang tenang. "Hyunki tidur?" Yoonji bertanya, di sela-sela langkah kakinya.

Yoongi pun mengangguk seadanya, mengiyakan tanpa suara, ia yakin Yoonji melihatnya. Wanita itu tersenyum sendu. "Awal musim panas," Yoonji melanjutkan. "Sudah lima bulan ya, Yoongi? Kau pasti sangat merindukannya." Ujar Yoonji.

Yoongi hanya diam, tepatnya tidak sanggup berbicara. Jika ia mengeluarkan kata, maka air mata akan ikut tumpah pula. Yoongi belum bisa melupakan kesedihan itu.

"Langsung ke dapur saja, mereka ada di sana, dan tenangkan dirimu, Yoongi." Yoonji penepuk pelan bahu sang adik, lalu wanita itu melangkah ke lain ruangan.

ENDING SCENE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang