04. Approval

416 68 16
                                    

"Ku pikir aku punya hak," katanya, ia menunduk, untuk mendekatkan bibirnya pada telinga Dambi. "Karena aku adalah Ayah dari janin itu."

*** 

"Kau tidak bisa membawaku paksa seperti ini, Tuan Yoongi." ujar Dambi, matanya menatap nyalang pada Yoongi yang tengah fokus menyetir mobil. Namun Yoongi hanya diam, tidak merespon sama sekali, terlalu malas.

"Turunkah aku!" Yoongi masih diam. "Ku bilang turunkan aku! Atau aku akan melompat dari mobil ini!" Dan tiba-tiba mobil mendadak berbelok sebelum akhirnya berhenti di pinggir jalan. Tatapan menusuk itu langsung Yoongi berikan pada gadis super keras kepala di sebelahnya ini.

"Kau sangat kekanakan!" ucap Yoongi pelan, namun begitu menusuk.

Dambi mendengus pelan. "Sepertinya kau lupa, aku memang masih anak-anak, Tuan Yoongi. Sekarang, aku akan pergi." Belum sempat ia meraih pintu mobil. Yoongi menarik lengannya hingga membuat gadis itu sedikit meringis karena rasa perih akibat tarikan Yoongi.

"Bisa kau duduk diam sampai kita sampai tujuan? Aku masih bersikap baik padamu, Kim Dambi, jangan sampai aku berubah menjadi kasar, paham?" Yoongi berucap Tegas dan dingin.

Dambi menciut, ah, nyalinya yang menciut. Sedikit banyaknya ucapan Yoongi membuat ia takut. Gadis itu langsung terdiam, menunduk memainkan jari-jari mungil tangannya. Dan mobil kembali melaju dengan kecepatan sedang, menempuh perjalanan yang sedikit lama, hingga Dambi jatuh tertidur dengan nyenyaknya.


*** 

Yoongi menoleh ke samping, mendengus pelan kala melihat Dambi yang tertidur dengan nyenyaknya. "Hey bangun, kita sudah sampai." ujarnya dengan sedikit mengguncang bahu sempit Dambi. Tapi, gadis itu tidak merespon. 

Lagi-lagi Yoongi mendengus pelan, selain keras kepala, gadis mungil itu ternyata suka tidur—sama sepertinya. Pria itu memilih bersandar, ya, ia tidak akan memaksa Dambi untuk bangun. Mungkin gadis berseragam salah satu sekolah swasta di Seoul itu lelah, jadi mungkin ia akan menunggu sebentar. Tidak heran, karena gadis itu tengah mengandung, ia tahu dari kakak perempuannya, jika mengandung itu cepat lelah—katanya.

"Mhh...."

Yoongi menegakkan tubuhnya ketika suara lenguhan Dambi terdengar. Benar saja gadis itu sudah bangun, terbukti dari mata bulatnya yang perlahan terbuka. Tubuh mungilnya direnggangkan sembari menguap lebar, benar-benar tidak bisa menjaga image-nya.

"Bagus kau sudah bangun, kau tampak seperti babi saat tidur." Translate, kau tampak imut ketika tidur. Astaga, Min Yoongi—Hahaha.

Dambi mendengus, ia menoleh pada Yoongi dengan malas. "Apa kau membawaku keluar kota? Kenapa perjalanannya jauh sekali?" omelnya.

"Heol..." Yoongi membuka mulutnya, membentuk huruf 'O' cukup besar. "Ini bahkan tidak jauh sama sekali. Kita terjebak macet, kau bahkan tidak sadar!" sungut Yoongi kesal.

Namun apa yang di dapat? Gadis itu malah tampak tidak perduli, malah asik menatap sekitar. "Kenapa kita berada di depan pagar rumah orang?" tanyanya.

Sekali lagi Yoongi mendengus, tidak, sudah cukup ia marah-marah untuk hari ini, atau ia akan cepat tua nanti. "Ini rumahku." jawab Yoongi enteng.

Sontak kepala Dambi langsung tertoleh ke arahnya, kedua mata gadis itu melotot lucu—itu sih pandangan Yoongi. "Mau apa kau membawaku kemari? Kau meculikku, ya?" tuduhnya, dengan jari telunjuk yang berada tepat di depan wajah Yoongi.

ENDING SCENE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang