18.xo

256 36 4
                                    

Sedih sekali kalian tak ingat akan work ini.huhu...but its ok. Aku menulisnya untuk diriku sendiri dan Minyoon shipper yang masih ingat book ini.






























Sebenarnya cinta itu sederhana. Yang besar hanya ego dan gengsinya. Ya kan?

Jujur saja aku lelah dan menyerah. Sekuat apapun aku mencoba menyangkalnya dan mencoba berhati-hati saat letupan-letupan kecil ini menguasai hati dan pikiranku. Tetap saja aku harus mengalah pada perasaan,padahal aku tahu kalau aku masih cukup berantakan,untuk menerima hati yang baru.

Memang dasarnya Jimin dan segala kebangsatannya. Ah,but i love it. Aku mengakui that i love it. Segala pesonanya tak dapat ku tolak,terutama mulut manis sialannya,yang memang terdengar tulus. Mirip saat kali pertama Jungkook mengungkapkan bahawa ia begitu menyayangiku dan akan selalu berada di sisiku.

Segala gerak gerik dan tindakannya. Aku tak melihat kepalsuan disana. Meski terkadang begitu konyol dan ceroboh. Tapi kalau boleh jujur aku menyukainya.

Dan aku memutuskan membuka pintu ini untuknya. Untuk Jimin.

"Kau akan begini terus sampai nanti?"

Aku mendongak,mendapati Jimin merengut sebal. "Kau tahu betapa tersiksanya aku,memangnya kau pikir tak geli. Tanganmu nakal sekali sih pencet-pencet rusukku. Sudah kubilang ini tatto asli bukan tempporary."

Aku mendengus pura-pura sebalm"Biar saja aku suka." Kataku. Seriusan semenjak ia menyombongkan tatonya aku jadi penasaran. Kalau dipikir-pikir Jimin cukup nekat juga untuk ukuran anak SMU,mentato dirinya dengan tato permanen.



Jangan berpikiran kotor meski aku punya Jimin yang tengah bertelanjang dada memelukku erat di sore hari ini bisa kutekankan disini bahwa tak ada adegan berbahaya bila itu yang ada di pikiran kalian. Aku hanya penasaran pada tatonya. Kalian pikir aku Songkang,hendak unboxing pakai kode-kode segala. 'Mau lihat kupu-kupu'. Jangan ngaco.




Tapi jujur saja aku menyukai tato bulan di tengkuknya.



"Yeah aku juga menyukainya,tapi tidakkah kau pikir betapa tersiksanya aku." Protesnya. "Kau ingin ku serang?."


Aku memutar bola mata malas. "Mau mati?." Sungutku dan Jimin terkekeh. Aku tahu kok pengendalian dirinya sungguh luar biasa hebat. Sepanjang hari ini Jimin memperlakuanku dengan manis dan baik seolah-olah aku benda rapuh yang bisa retak kapanpun. Aku tertidur pulas dalam pelukannya dan harus kuakui tadi adalah pertama kali aku merasa tidurku begitu nyenyak dan nyaman.



Jimin kembali membawaku dalam pelukannya. "Kesayangan Jimin." Dendangnya. Aku menghirup aroma Jimin,kalian tahu kan bagaimana aroma asli tubuh seseorang,meski ada sedikit samar-samar sisa aroma dior di kulitnya,aroma jimin begitu menenangkan,candu baru bagiku.


"Jimin..." kataku teredam dadanya.


"Ya..."


"Apa alasanmu menyukaiku?."



"Memangnya perlu ku jawab?"


"Tentu saja,apa yang menarik dariku?. Bagimu."


"Tidak ada yang spesial." Jawabnya singkat.

Aku merengut,jawaban macam apa itu.


"Nanti kalau sudah bersama kan semua bisa jadi alasan." Lanjutnya mengusap lembut punggungku. "Yang penting sekarang aku hanya berharap mendapat cintamu saja. I crave for your love,Min Yoongi."


Sejenak aku merenung. Mungkin ini terkesan jahat tapi aku kembali mengingat saat aku bersama Zhoumi. Kalau dipikir-pikir kami bersama hanya karena merasa bahwa kami sefrekuensi dan menjalin hubungan begitu saja. Tak pernah sekalipun ia menanyakan apa aku mecintainya,ia hanya mencoba membuatku bergantung padanya. Tanpa pernah berpikir dan memintaku untuk memberikan hidupku padanya. Tipikal toxic masculinty,narsis.Begitulah kita menyebutnya sekarang.


Dan bodohnya aku tak pernah menyadari itu. Selama ini Zhoumi hanya membuatku merasa tak berguna.



Dan sekarang si brengsek tampan ini menginginkan cintaku?.


Aku tak ingat kapan pertama kali begitu di inginkan oleh seseorang. Ibu dan Ayahku saja tak pernah peduli entah aku masih bernafas atau sudah mati di tenggelamkan rasa kesepian.



"Bagaimana?." Suara Jimin membuyarkan lamunanku. Tak terasa air mataku mengalir dan Jimin menyadarinya.


Alih-alih khawatir Jimin malah tertawa. Dia menangkup wajahku dan tertawa menggoda. "Wah,kau terharu karena pernyataan cintaku?." Godanya,mengusap sisa jejak air mata di pipiku. Kupukul dadanya sebal.


"Jangan berpikiran yang macam-macam. Santai saja. Jalani saja. Aku hanya butuh jawaban bahwa kau juga mencintaiku Min Yoongi. Pelan-pelan saja. Kalau belum bisa mencintaiku sekarang,mulai saja dengan menerima kehadiranku. Aku ini penyabar lho,aku akan terus menempelimu seperti iklan sedot WC di tiang listrik."


Aku tertawa. Perumpamaan macam apa itu. Dia samakan aku dengan tiang listrik. Astaga. Iklan sedot toilet katanya??. Sialan. Haha


"Jangan tertawa,aku serius." kekehnya. "Jadi sementara itu aku ingin mengenalmu lebih jauh maka akan kutunjukkan berbagai macam cara agar aku bisa mendapatkan hatimu.Kalau kau tanya mengapa aku menginginkanmu sebesar ini? Akupun tak tahu,kadang-kadang kita menginginkan sesuatu tanpa alasan pasti kan. Pokoknya cintai aku dulu,nanti kau akan tahu rasanya." Terangnya lalu menyibak rambut di keningku sebelum mendaratkan ciuman disana.


Sialan,pertahanan diriku kembali di obrak abrik olehnya. Ini terlalu manis untuk di ungkapkan,tapi memang Jimin dan mulut manis sialannya. Aku tak akan bertanya lebih dalam lagi karena kurasa aku sudah menemukan jawaban yang kucari.


Bagian dari mencintai bukan hanya bagaimana kita mengharap cinta dari suatu pihak,tapi juga tentang sebesar apa cinta yang sanggup kita berikan. Seni dari mencintai itu adalah saat kita menyadari bahwa ada seseorang yang benar-benar menginginkan perasaan itu dari kita. Saat kita diinginkan,dan diberikan apa yang kita inginkan.


"Jadi sekarang kau pacarku ya!." Ini adalah pernyataan.

"Aku kan belum bilang iya,dasar bodoh."


"Ey,tidak sopan menolak seseorang setelah kau mencium dan menggerayangi tubuhnya denga kurang ajar." Kata Jimin. "Pokoknya Min Yoongi pacar Jimin."



Aku tertawa kecil,mengambil posisi nyaman lagi dalam pelukannya. "Terserah kau sajalah. Sekarang ayo tidur lagi. Aku mengantuk." Aku tak dapat menghentikansenyum yang terus mengembang di bibirku. Aku bahagia,hanya itu saja. Aku berhak bahagia bukan?.



























TBC

Entahlah aku buat apa.😅
Eh serius ga ada yang baca book ini kah???

(Minyoon)Young Wild and Free ~ OnGoingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang