CHAPTER : 15

6.7K 604 142
                                    

Apa kalian pernah mendengar tentang seni memperbaiki barang dari Jepang yang disebut "Kintsugi"? Sebuah seni yang digunakkan untuk keramik pecah, yang disusun kembali menggunakan campuran emas sebagai perekat.

Banyak yang bilang bahwa seni ini mengajarkan, tentang sesuatu yang rusak dapat menjadi sesuatu yang indah dan jauh lebih berharga dibanding saat sempurna.

Sama seperti sebuah hubungan rumah tangga. Pondasinya sudah hancur. Namun puing-puingnya masih bisa disusun kembali menggunakan rasa percaya dan rasa cinta yang kuat.

Sehancur apapun rumah tangganya, jika kedua manusianya bisa bekerja sama; yang satu meminta maaf dan berjuang, lalu yang satunya memaafkan dan mencoba menghilangkan ingatan masa lalu menyakitkan kemudian menggantikannya dengan memori yang lebih indah juga berkesan.

Rumah tangga mereka akan kembali seperti semula. Seperti diawal. Kembali terbentuk bersamaan dengan janji-janji tak akan mengkhianati lagi yang terucap dari bibir salah satu pihak yang menyakiti.

Tapi, Isabella tidak bisa seperti itu. Menurutnya, sebuah hubungan yang rusak, akan selamanya begitu. Sehebat apapun diperbaiki, semuanya tak akan sama lagi.

Sama seperti keramik yang pecah. Meski telah direkatkan kembali menggunakan emas, pola retakannya akan tetap terlihat. Meski indah, tapi tetap mengingatkan bahwa keramik itu pernah pecah sampai berkeping-keping.

Memori didalam otak tidak bisa dihilangkan begitu saja. Seperti, semakin kita ingin melupakan, maka ingatan itu akan semakin melekat dan sulit untuk dihilangkan.

Memori-memori menyakitkan tentang Pengkhianatan dan kekasaran Louis akan terus membekas didalam ingatan Isabella. Tertanam dengan rapi didalam sana.

Ditambah lagi, rasa cinta Isabella kini sudah hilang. Tidak bersisa sama sekali.

Jika dia tetap mempertahankan pernikahan ini, mereka berdua hanya akan saling menyakiti satu sama lain. Isabella yang cintanya sudah hilang, lalu dengan Louis yang kembali datang dengan segala rasa cinta dan penyesalan.

Bukan hanya Isabella dan Louis saja yang akan menderita nantinya. Tapi Lucius dan Mirabelle juga. Mereka pasti akan merasa sesak jika terus tinggal bersama orang tua yang perasaannya sudah tak lagi sama.

"Mama?!" Mirabelle berlari saat melihat Isabella menangis hebat diruang tamu. Gadis itu langsung bersimpuh dihadapan sang Ibu, dan memeluk wanita yang telah melahirkannya itu.

Lucius berjalan menghampiri mereka, duduk disamping Isabella. "Mama, ada apa denganmu?"

Isabella membalas pelukan Mirabelle dengan erat dan mengusap rambut putrinya dengan sayang. Wanita itu memejamkan matanya kuat-kuat untuk menghalau air mata yang keluar dari kelopak matanya.

Tak bisa dipungkiri, sakit hati dan rasa kecewa itu masih ada dan tersimpan apik dalam diri Isabella. Melihat kedua anaknya, otomatis otak Isabella akan kembali memutar memori tentang kekerasan Louis pada mereka.

Saat itulah Isabella menyesal karena tidak bisa melakukan apapun selain berteriak pada Louis agar berhenti menyakiti anak-anaknya.

"Maafkan Mama, Sayang ... maafkan Mama karena tidak bisa memberikan keluarga yang kalian idam-idamkan. Maafkan Mama ..."

Mirabelle melepaskan pelukannya dan menatap Ibunya dengan sedih. "Apa maksud Mama?"

Isabella tertunduk dengan dalam dan kembali menangis. "Mama ... sudah tidak bisa mempertahankan pernikahan Mama ...,"

Lucius dan Mirabelle menatap kaget pada Isabella. Lalu tatapan mata Lucius terfokus pada kertas yang ada dipangkuan Ibunya. Surat perceraian. Tulisannya sangat terlihat jelas.

FATE; Rebirth Of The Villaines || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang