JOOAFKA | Resigned

19.6K 1.7K 37
                                    

Joo memberhentikan motornya setelah melihat mobil Afka terparkir didaerah danau, dia melepaskan helm dan turun dari motor miliknya.

Pemuda itu berjalan mencari Afka, dari jauh dia melihat Afka yang berdiri di pinggir danau sedang melempar bebatuan. Joo berjalan mendekat kearahnya dari arah belakang, langkahnya berhenti saat mendengar suara isak tangis dan umpatan yang keluar dari pemuda didepannya.

"Bangsat bangsat bangsat! BANGSAT LU IFA! GUA SUMPAHIN LU DAPET PACAR MISKIN TERUS! Sial!" Umpat Afka sambil melempar batu kearah danau, dia mengusap wajahnya dengan lengan jaketnya.

"Anjing kelilipan!" Cibir Afka yang terus mengusap matanya dengan lengan jaketnya yang basah karena air mata. Joo menatap punggung Afka dari belakang, dia diam membiarkan Afka mengeluarkan rasa kesalnya.

Afka menghela nafasnya kasar, dia menatap keatas langit yang gelap dan banyak bintang-bintang. "Afka goblok, pacaran sama lonte."

"Sekali lagi lu goblok karena percaya sama lonte," ucap Afka bicara sendiri dengan pandangan yang masih menatap kearah langit. Dia tidak peduli jika dikatain gila, dia pengen ngeluarin semuanya.

"Empat tahun...ilang, gada yang spesial. Sia-sia, gara-gara lu kek anjing, Fa!"

"Gua ga nangisin lu! Gua nangisin duit gua! BANGSAT!" Teriak Afka melempar batu terakhirnya kearah danau sampai memantul beberapa kali.

Afka menghela nafasnya lagi, dia diam menatap air danau yang tenang memperlihatkan pantulan bintang-bintang dan bulan di air. Kaki Afka melangkah pelan kearah danau, sontak Joo dari belakang berlari menarik belakang jaket Afka menjauh dari air danau membuat Afka mundur beberapa langkah dan menatap terkejut kearah Joo.

"Lu gila ya?! Kalo mau bunuh diri itu yang elit, di menara eifel kek atau gedung lantai 50 biar langsung mati!" Teriak Joo menatap Afka emosi beda dengan Afka yang menatap Joo melongo dan bingung.

"Siapa yan-

"Cemen banget lo diputusin cewe doang langsung bunuh diri, laki apa bukan lu!?" Seru Joo yang membuat Afka ikut emosi.

"Heh babi! Gua ga cemen ya bangsat, gua juga laki 100%! SIAPA JUGA YANG MAU BUNUH DIRI TOLOL!" Teriak balik Afka membuat Joo diam.

"Terus lu ngapain jalan kearah danau? Kek orang ga semangat idup." Tanya Joo dengan wajah cengo.

"Gua mau ngambil batu! Kalo mau bunuh diri gua juga masih waras ga kek lo stres!" Cibir Afka berjalan kearah danau lagi, dia mengambil batu yang berada dipinggir yang ditatap Joo.

"Ya sorry gua kira mau itu, lu udah nangisnya?" Tanya Joo sambil menggaruk pipi kirinya yang ga gatel.

"SIAPA YANG NANGIS BANGSAT?!" Teriak Afka menatap Joo tajam siap-siap melempar batu kerikil yang ditangannya.

"Oke sorry gua salah, santai." Lerai Joo supaya Afka tidak melempar batu kearahnya, dia berjalan mendekat kearah Afka yang melempar bebatuan lagi kearah danau.

"Lu ngapain ngikutin gua? Mending balik lu dari pada bikin mood gua tambah jelek." Usir Afka dengan pandangan yang fokus kearah danau.

"Disuruh tante Via, dia takut lu kenapa-kenapa."

"Gua bukan anak kecil lagi, mending lu balik pulang."

Joo sempat diam beberapa detik menatap kearah danau. "Soal pernikahan gimana?" Tanya Joo yang ditatap Afka.

"Gimana maksudnya gimana?" Tanya Afka balik.

"Ya gua juga harus tau jawaban lu kali, gua ga mau nanti pas hari-H lu malah kabur kaga dateng bikin malu aja." Ucap Joo menatap kearah Afka yang juga menatapnya sedikit tidak terima tapi dia urungkan, males dia teriak-teriak.

Afka diam menatap kearah danau lagi dengan pikiran yang kalut, masa iya dia nikah sama laki-laki? "Ya mau gimana lagi," ucap Afka mulai melempar batu lagi.

"Jadi lu nerima jodohannya?" Tanya Joo.

"Lu jan ge'er dulu, gua nerima jodohan bukan berarti gua suka atau minat sama lu, ga sama sekali gua."

"Siapa juga yang nanya perasaan lu," jawab Joo melirik sebentar kearah Afka.

"Lu ngeledek gua? Jan lupa lu juga belum jelas sama Jia." Ucap Afka membuat Joo terdiam.

Cukup lama Joo diam membuat Afka malas. "Gua balik." Ucap Afka berjalan menuju ke mobil miliknya yang terparkir dipinggir jalan.

"Afka," panggil Joo dari arah belakang membuat sang empu yang dipanggil berhenti dari jalannya tanpa menoleh.

"Gua harap lu bisa pertahanin pernikahannya nanti bareng-bareng, gua mau nikah sekali seumur hidup walaupun lu sama gua belum ada rasa."

Kenapa jadi kesannya gua bakal ada rasa sama lu. Afka menghela nafasnya pelan, dia melambaikan tangan kanannya tanpa menoleh sambil berjalan kearah mobil, meninggalkan Joo sendirian.

Joo menatap mobil Afka yang melaju cepat meninggalkan danau, dia mengambil handphone miliknya disaku celana dan menelfon Ibunya.

Joo

Afka setuju, Bu.

Liana
Gimana Afka menurut abang?

Joo

Berisik.


Liana
Gausah gengsi kalo mau muji, 3 hari lagi kamu fitting baju pernikahan di butik Mba Bianka.

Joo

Iya, Abang tutup.


Joo mematikan sambungan telefonnya, dia memasukan HP-nya disaku celana lagi. Pemuda itu berjalan kearah sepeda motor miliknya yang terparkir dijalan lalu naik keatas motornya dan memakai helm. Dia menyalakan motornya lalu menarik gas dengan kecepatan tinggi membuat suara motornya yang nyaring menggema dijalan.








💐

see u Jooafka.

Jangan lupa votmen.

JOOAFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang