JOOAFKA | Prepare

16.1K 1.4K 17
                                    

Afka turun dari mobil Joo disusul oleh pemuda itu lalu Joo membuka bagasi mobil dan menurunkan satu koper milik Afka yang berisi baju. Mereka tadi sempat mampir ke rumah Afka untuk mengambil bajunya, karena ulah Joo juga mereka kemarin malam harus menginap semalam lagi dihotel.

Joo berjalan kearah pintu rumah dibuntuti oleh Afka, dia membuka pintu rumahnya yang sepi dan masuk ke dalam. Afka ikut masuk dengan pandangan yang menatap sekeliling, dia hanya diam mengikuti Joo yang berjalan entah kemana.

Gila, rumahnya gede anjay. Batin Afka menatap kagum rumah Joo, desain bangunannya mewah dan interiornya tidak terlalu mencolok, dia juga menyukai warna cat temboknya yang berwarna putih dan beberapa warna keemasan.

"Hei, mau kemana?" Celetuk Joo membuyarkan lamunan Afka, pemuda itu menatap kearah Joo yang sudah naik ketangga. Afka baru menyadari bahwa dirinya berdiri diarah yang berbeda dengan Joo, sontak dia berjalan mendekat kearah Joo dengan wajah memanas.

"Ibu lu mana?" Tanya Afka mengalihkan pembicaraan.

Joo menatap jam tangan yang melekat ditangan kirinya. "Jam segini biasanya dia lagi toko."

"Ah iya ibu lu punya toko roti," ucap Afka setelah mengingat Liana mempunyai toko roti.

"Ayo naik." Ajak Joo kearah Afka lalu mulai berjalan naik tangga menuju ke kamarnya dengan koper milik Afka yang dia bawa.

Afka berjalan membuntuti Joo lalu masuk ke dalam kamar Joo setelah dibuka oleh pemuda itu, dia menatap kamar luas dan rapi itu dengan pandangan kagum. Afka menatap kearah balkon luas dengan jendela kaca transparan yang manjadi pembatas kamar dan balkon, dia berjalan membuka pintu yang terbuat dari kaca itu lalu menopangkan kedua tangannya dipembatas balkon merasakan angin yang berhembus halus menerpa wajahnya membuat rambutnya ikut bergerak.

Pemuda itu merogoh saku celananya dan mengambil bungkus rokok lalu mengambil isinya satu dan menghimpitkan di bibirnya. Afka menyalakan korek apinya berniat membakar putung rokok sebelum tiba-tiba ada seseorang yang mengambil rokok yang terdapat dibibirnya.

Afka menatap kesal kearah Joo yang berdiri disampingnya. "Sial, gua pengin ngerokok, sepet nih mulut." Ucap Afka berusaha merebut rokok yang Joo pegang.

Joo tidak memperdulikan ocehan Afka, dia malah menghimpit rokok milik Afka dibibirnya lalu merebut korek api yang pemuda didepannya pegang. Dia membakar putung rokoknya membuat Afka menatap melongo kearah Joo.

Joo menghembuskan asap rokok yang keluar dari dalam mulutnya ke udara, meninggalkan bau yang sedikit menyengat di indra penciuman. Jari panjangnya yang menghimpit rokok terulur kearah Afka.

"Nih," tawar Joo mengulurkan rokok yang sudah dia hisap tadi.

"Gausah." Ketus Afka, dia berniat membuka bungkus rokok sebelum Joo menahan dagunya supaya menatap kearahnya.

Joo menekan dagu Afka sampai mulutnya terbuka sedikit, dia menaruh rokok bekas bibirnya ke bibir pemuda didepannya yang hanya diam.

"Gua ga terlalu suka ngerokok." Ucap Joo membuat Afka merotasikan matanya jengah, dia mulai menyebat rokok yang Joo berikan. Malas dia berdebat, dia mulai terbiasa dengan sifat Joo yang sedikit menyebalkan menurutnya.

"Jadi prepare ke gunung?" Tanya Joo membuyarkan keheningan.

"Jadi ayok," ajak Afka yang langsung masuk kedalam kamar lagi dibuntuti oleh Joo. Dia menghimpitkan rokoknya dibibir lalu kedua tangannya membuka koper yang dia bawa tadi.

"Heh, tasnya mwana?" Ucap Afka sedikit tidak jelas karena rokok yang terdapat dibibirnya.

Sontak Joo menatap kearah Afka bingung. "Hah?"

"Tas-manha?" Ucap Afka lagi membuat Joo menghela nafasnya jengah, dia menarik rokok yang terdapat dibibir pemuda didepannya lalu mematikannya di asbak yang terdapat di meja belajarnya.

"Haisst, tasnya mana?!" Tanya Afka ngegas dengan jelas.

Joo berjalan kearah lemari lalu membuka lemari dengan ukuran besar itu, memperlihatkan deretan baju yang tergantung rapi dengan jumlah yang banyak, bahkan kebanyakan dari mereka masih dibungkus plastik seperti baru. Dia mengambil tas yang terdapat didalam lemari lalu berjalan kearah Afka lagi dan menaruh tasnya di kasur.

"Ini baru?" Tanya Afka menatap dua tas yang terdapat diatas kasur masih terbungkus dengan plastik transparan dan lebel harganya.

"Ga ada yang pakai," jawab Joo yang hanya dibalas anggukan Afka. Dia mulai memilih pakaian dan peralatan yang perlu dibawa tidak lupa P3K yang harus dibawa.

"Mau berangkat jam berapa?" Tanya Joo kearah Afka setelah menyelesaikan menyiapkan barang-barang yang akan mereka bawa.

Afka menatap kearah jam dinding yang menunjukan pukul satu siang. "Nanti jam tiga, kita bakal naik jam limahan." Jelas Afka membuka ponsel miliknya.

"Kita naik malem-malem?" Tanya Joo sambil mengerutkan alisnya.

"Iya, supaya bisa liat sunrise." Jawab Afka yang hanya dianggukin Joo.

Joo menatap kearah Afka yang sedang fokus ke ponselnya dan duduk dipinggir kasur, dia berjalan mendekat kearah pemuda itu lalu mendorong Afka sampai tertidur terlentang. Afka berniat mengumpat dan memaki Joo sebelum pemuda itu dengan cepat memeluk tubuh Afka dengan posisi tengkurab dan menenggelamkan wajahnya diceruk leher pemuda dibawahnya.

"Joo sial minggir, gua mau mandi udah jam setengah 2." Berontak Afka.

"Sebentar, cuma sebentar." Ucap Joo dengan suara rendahnya, dia menghirup ceruk leher Afka yang membuatnya mabuk ingin mengirupnya terus menerus. Tanpa sadar Afka menutup matanya dan tubuhnya meremang saat nafas Joo menerpa area lehernya.

Afka menahan nafasnya gugup dengan sumpah serapah didalam hatinya. Dadanya berdetak cepat, dia malu Joo akan mendengar dan merasakan detak jantungnya yang seperti maraton.

Joo menyeringai diceruk leher Afka, dia merasakan jantung pemuda dibawahnya yang berpacu cepat seperti dirinya. Ternyata bukan dirinya saja yang merasakannya, dia memeluk erat tubuh Afka yang hanya diam dengan perasaan yang asing didadanya, seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya sampai menjalar ke dadanya.






💐

see u Jooafka.

Jangan lupa votmen.

JOOAFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang