Joo tidak memperdulikan ucapan Jia, dia menatap kearah Afka yang hanya diam menatap mereka berdua dengan pandangan malas. Joo berjalan mendekat kearah Afka lalu dia melepaskan tali yang mengikat kedua pergelangan tangan dan kakinya.
"Joo, maafin gua..." ucap Jia lirih setelah berdiri dari duduknya, dia berusaha menyentuh Joo yang langsung ditepis oleh pemuda itu.
"Gua ga butuh maaf lu! Lu seharusnya minta maaf sama Afka." Jawab Joo menatap tajam ke arah Jia.
"Gua ga mau!" Tolak Jia bersikeras menolak minta maaf kepada Afka.
Pemuda tinggi itu menatap bengis kearah Jia membuat perempuan itu menciut. Joo menarik pergelangan tangan Jia, mencengkramnya erat lalu mendudukkan perempuan itu di bangku tempat Afka tadi.
"Joo, kamu mau ngapain?" Tanya Jia sedikit gemetar saat melihat Joo mengikat kedua tangannya dibelakang kursi dan kedua kakinya.
"Minta maaf ke Afka." Ucap Joo menatap tajam kedua mata Jia membuat perempuan itu menggigit bibirnya.
"Gua gamau! Gua ga salah!" Teriak Jia kekeh.
"Jadi! Jangan-pernah-ganggu-Afka. Dan tungguin aja, bentar lagi polisi datang bawa lu ke penjara!" Ucap Joo dengan penuh penekanan dan menatap Jia marah, dia menarik Afka keluar dari bangunan lama yang menjadi lokasi mereka sekarang.
"Engga! Joo! Jangan panggil polisi! Joo!" Teriak Jia memberontak yang tidak digubris oleh Joo dan Afka.
Mobil Joo sampai didepan rumah Afka lalu dia menatap kearah pemuda yang keluar dari mobilnya tanpa sepatah katapun. Joo ikut turun dari mobil berjalan cepat berniat menghentikan Afka.
"Afka tunggu-tunggu.." Joo menahan pergelangan tangan Afka yang langsung ditepis oleh pemuda itu.
"Apa?! Asal lu tau, gara-gara lu hidup gua yang damai, tentram, sentosa! Tiba-tiba ilang cuma gara-gara perjodohan yang ga masuk akal sama sekali dan mantan pacar gila lu itu!" Sewot Afka menatap tajam kearah Joo yang menatapnya juga.
Joo menatap kearah Afka yang rambut dan baju miliknya basah, pandangan Joo berhenti dikedua pipi pemuda didepannya yang merah karena tamparan.
Kedua tangan pemuda itu terulur mengusap pipi kanan kiri Afka yang merah. "Gua minta maaf, maafin gua." Ucap Joo lirih menatap kedua mata Afka dengan lembut.
Afka menepis tangan Joo. "Gua ga butuh maaf dari lu dan gausah sok peduli sama gua." Desis Afka menatap pemuda didepannya dengan tajam, dia langsung berjalan masuk kedalam rumah meninggalkan Joo yang berdiri diam didepan rumahnya.
"A'a, kamu berantem sama Joo?" Tanya Via yang sedang duduk diruang tamu menatap kearah anaknya yang baru masuk rumah.
"Ngga." Jawab Afka singkat lalu dia berjalan berniat menuju kearah kamarnya.
"A'a, Joo ngga salah apa-apa. Bunda yang suruh dia buat nyari kamu, jadi kamu gausah berantem sama dia." Jelas Via membuat Afka memberhentikan langkahnya, lalu dia menatap kearah Bundanya.
"Itu yang buat A'a marah sama Joo dan juga Bunda! A'a udah dewasa, bisa jaga diri sendiri!" Seru Afka yang sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi.
"Bunda cuma pengen kamu aman! Ada yang jaga kamu kalo suatu saat nanti Bunda udah ga ada!"
"Jangan pernah beranggapan Bunda bakal ninggalin A'a cepet! A'a udah bilang berkali-kali, Bunda bakal sama A'a terus!" Ucap Afka menatap Bundanya dengan wajah serius, membuat Via menundukan kepalanya saat air matanya tidak bisa dibendung lagi.
"Bunda cuma takut A', bunda takut kehilangan kamu." Afka berjalan mendekat kearah Via lalu dia memeluk bundanya dengan erat.
"Afka aman bun, anak bunda kuat. A'a ngga bakal kenapa-kenapa, jadi bunda jangan pernah bilang gitu lagi." Bisik Afka lirih sambil mencium pipi bundanya dengan lembut.
"Bunda sama Ayah bakal nemenin A'a terus, itu pasti." Bisik Afka lagi membuat Via ikut memeluk anaknya dengan erat.
"A'a, bunda mau kamu minta maaf sama Joo besok." Ucap Via setelah melepaskan pelukannya, dia menatap anaknya dengan wajah serius membuat Afka menghela nafasnya lirih.
"Hm," gumam Afka sebagai jawaban.
💐
Afka mengintip Joo yang sedang duduk dikelas bersama teman-temannya, dia bisa melihat jika pemuda itu sedang bermain game di handphone miliknya.
Gua minta maaf gimana ya? Afka menghela nafasnya jengah, dia merapikan bajunya dulu lalu berjalan kearah pintu kelas Joo. Afka berniat masuk sebelum Joo tiba-tiba muncul dari dalam membuat Afka terkejut.
Joo menatap bertanya kearah Afka yang melirik kearah lain sambil batuk dua kali mencoba menghilangkan rasa gugupnya.
"Ada apa?" Tanya Joo membuat Afka menatap kearah pemuda itu.
"Gua-
"Bro, jadi main basket ga?" Celetuk seseorang dari arah belakang Joo sambil merangkul pundak pemuda yang ditanya.
"Jadi, bentar."
"Loh, ini siapa? Temen lu Joo?" Tanya pemuda itu kearah Afka yang sempat Afka lihat tadi duduk bersama Joo dan yang lainnya.
"Iya, lu tadi mau ngomong apa?" Tanya Joo yang sudah menunggu Afka berbicara.
"Ga jadi, jangan lupa pulang sekolah." Ucap Afka sambil berjalan meninggalkan dua pemuda yang menatap punggung Afka bingung, terutama Joo yang diam menatap punggung pemuda yang akan menjadi teman hidupnya sebentar lagi.
"Ngapain bro pulang sekolah?" Tanya pemuda itu sambil melepaskan rangkulannya dipundak Joo.
"Fitting baju," jawab Joo menghela nafasnya lirih.
"Gua paham, jadi dia yang dijodohin sama nyokap lu?"
"Iya," Joo melirik malas kearah Huda-yang menjadi teman sekelasnya.
"Kira-kira dia cemburu ga ya gua rangkul lu tadi?" Tanya Huda menatap temannya polos.
"Ga bakal," jawab Joo singkat lalu dia berjalan masuk kedalam kelas.
"Tapi firasat gua beda," gumam Huda yang tidak didengar Joo sambil menggaruk belakang lehernya yang tiba-tiba merasa dingin.
💐
see u Jooafka.
Jangan lupa votmen.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOOAFKA
Fiksi Remajastatus : END WARNING : harshwords, boyslove, fluffy, sex scene etc. ___________________________________ Dua pemuda yang harus menerima nasib menyandang status nikah diusia muda karena paksaan dari kedua orang tuanya. 2022 ©boodrex.