ini story gua yang b aja apaya? gada yang komen😔
💐
Afka sampai ditempat tongkrongan langganannya, dia turun dari motor miliknya setelah melepas helm. Pemuda itu berjalan masuk menyusul teman-temannya yang sudah stand by.
"Widih boss atm udah dateng!" seru Irsa menatap kearah Afka yang baru masuk langsung menatap teman-temannya malas.
"Sabi kali ngopi gratisin," celetuk Ipan ikut-ikutan menatap Afka dengan cengirannya.
"Lu pada temenan sama duit gua atau orangnya?" Tanya Afka yang duduk disebelah Nuno menatap teman-temannya malas.
"Dua-duanya si." Jawab Irsa dan Ipan bareng yang membuat Afka melempar mereka berdua dengan bungkus rokok, sontak Irsa menerimanya dengan semangat.
"Nah ini baru mantep!" Seru Irsa menatap bungkus rokok yang penuh lalu dia mengambil satu dan berbagi dengan yang lain.
"Ka, gimana kalo kita liburan abis lu nikah." Celetuk Nuno setelah mereka diam cukup lama fokus dengan rokok dan handphone masing-masing.
"Kemana?" Tanya Afka balik.
"Gimana kalo naik gunung?" Usul Irsa yang membuat teman-temannya menatap kearahnya.
"Yakin lu? Emang lu sanggup?" Tanya Ipan menatap remeh.
"Sanggup lah!"
"Gua si setuju aja," celetuk Aban dari sebelah Nuno. Afka menatap kearah Aban dimana pemuda itu berada, dia baru nyadar ada Aban.
"Gimana, Ka?" Tanya Irsa menatap Afka berharap.
Afka sempat diam beberapa saat ; kalo liburan abis nikah kan otomatis ada Joo juga. Pemuda itu sedikit kesal saat mengingat wajah Joo yang menurutnya sangat menyebalkan, dia menghela nafasnya lirih.
"Oke atur aja, gua ikut-ikut." Jawab Afka yang langsung disetujui teman-temannya.
Dia nongkrong cukup lama sampai jam 12 malam, setelah puas dia pamit kepada teman-temannya untuk pulang.
"Lu yakin pulang sendiri? Ga mau gua anter?" Tanya Aban menatap kearah Afka yang sudah memakai helm full facenya dan naik keatas motornya.
"Yakin elah, aman kok." Jelas Afka menatap kearah Aban supaya percaya.
"Yaudah hati-hati." Afka menjawab dengan anggukan kepala. Sebelum menjalankan motornya dia sempat melambaikan tangannya kearah Irsa dkk, yang dibalas mereka balik. Setelah itu Afka menarik gas motornya meninggalkan tempat tongkrongan.
Dia mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan rata-rata, tiba-tiba dari arah belakang ada mobil yang menyalip dan berhenti mendadak ditengah-tengah jalan. Sontak Afka menekan rem motornya dengan cepat, dia turun dari motornya dan melepas helm yang terpasang dikepalanya.
Afka berjalan kearah mobil yang masih berhenti didepannya. "Woy pak! Kalo berhenti itu jangan ditengah-tengah jalan bahaya!" Teriak pemuda itu sambil mengetok kaca pintu mobil yang berwarna hitam gelap.
"Pak-!
BUGH!
Afka jatuh diaspal saat seseorang dari arah belakang memukulnya dengan benda keras, dia sempat samar-samar mendengar ucapan seseorang yang memakai baju hitam sebelum pandangan dia mulai gelap total.
Pemuda itu bangun dengan terkejut saat ada yang menyiram wajahnya dengan air. Afka menatap kearah perempuan yang berdiri didepannya dengan ember ditangannya.
"Bangun juga ternyata," ucap Jia dengan nada sinisnya. Perempuan itu melempar ember yang sudah kosong ke lantai lalu berjalan mendekat kearah Afka yang diikat dengan posisi duduk dikursi.
"Gege juga lu sampai nyewa orang buat nyulik gua." Celetuk Afka dengan seringainya, dia tidak menghiraukan rambut dan bajunya yang basah karena air.
"Lu sebenci itu ya sama gua? Sampe-sampe mau ngeluarin duit buat nyulik gua doang." Afka terkekeh menatap remeh kearah perempuan didepannya yang sudah memasang wajah kesal.
Dia mendekat kearah Afka lalu menampar kedua pipi pemuda itu beberapa kali dengan keras. "Laki-laki kek lu tu ga pantes dapet si Joo!" Desis Jia menatap tajam Afka setelah menampar pemuda itu.
Afka melirik kearah Jia, dia meludah sembarang saat mulutnya merasakan anyir darah karena tamparan. "Dan asal lu tau, perempuan kek lu juga ga pantes dapetin si Joo." Balas Afka dengan seringainya membuat Jia tidak bisa menahan amarahnya, dia mengeluarkan pisau dari belakang bajunya.
"Gua bakal bunuh lu! Lu harus mati biar Joo ga jadi nikah sama lu!" Desis Jia mendekat kearah Afka yang diikat, pemuda itu menatap Jia dengan pandangan santainya.
Jia menarik belakang rambut Afka sampai pemuda itu mendongak keatas. "Seharusnya gua masih pacaran sama Joo, kalo aja lu tiba-tiba ga muncul!"
"Heh, gua itu dijodohin bukan suka sama Joo. Dan lu mau bunuh gua dengan arah samping? Itu ga bakal bunuh gua, seharunya lu dari arah tengah." Ucap Afka sambil mendongakkan wajahnya memberi akses pisau Jia dengan santai.
"Brengsek! Gausah ngatur gua-
Ucapan Jia berhenti saat ada seseorang dari belakang menarik perempuan itu sampai terjatuh dilantai, sontak kedua orang itu menatap kearah Joo yang menatap tajam kearah Jia. Afka menatap kearah wajah Joo yang terdapat sayatan tipis yang dia pastikan pemuda itu mendapatkannya saat bertarung dengan preman bayaran Jia didepan.
"Joo-
"Gua udah bilang, gausah ganggu Afka." Ucap Joo memotong perkataan Jia, dia sudah berusaha menahan amarahnya dari kemarin tapi sekarang perempuan didepannya malah berbuat semakin parah.
"Lu gila hah?!" Teriak Joo membuat Jia yang duduk dilantai menatap kearahnya dengan mata berkaca-kaca.
"Gua cuma mau bunuh dia! Supaya lu ga jadi nikah sama dia Joo!" Jawab Jia dengan nada tidak kalah tinggi dengan isak tangisnya.
Joo menggelengkan kepalanya menatap heran kearah perempuan didepannya. "Lu gila Jia! Gua ga kenal sama Jia yang dulu gua kenal, lu malah memperburuk suasana asal lu tau!"
"Gua ga peduli, gua cinta sama lu!"
💐
see u Jooafka.
Jangan lupa votmen.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOOAFKA
Ficțiune adolescențistatus : END WARNING : harshwords, boyslove, fluffy, sex scene etc. ___________________________________ Dua pemuda yang harus menerima nasib menyandang status nikah diusia muda karena paksaan dari kedua orang tuanya. 2022 ©boodrex.