Malam ini keluarga Bayu menginap. Ia tetap seperti biasa, tidak membiarkan aku tidur lewat dari jam sembilan malam. Meski masih ingin berbincang dengan Mamanya, Bayu berkeras meminta aku tidur sesuai jadwal.
"Kalian ini. Masa ada Mama juga tetep mau cepet-cepet tidur," ucap Mama mertua membuat aku malu.
Sementara Bayu bersikap datar-datar saja.
***
"Terima kasih sudah memberikan kado istimewa ini, Mas. Aku bahagia. Aku tidak butuh apa-apa. Aku hanya butuh kita bisa saling mengerti dan melengkapi."
Tepuk tangan mengiringi ucapanku di depan semua orang saat pesta berlangsung. Itu merupakan salah satu rangkaian acara yang disusun panitia. Kami harus saling mengungkapkan perasaan kami.
Aku bersemu merah saat mengucapkannya. Sangat berharap Bayu akan membalas dengan kehangatan. Bibir tidak lepas dari senyum manis. Hati berdebar gembira. Berharap Bayu pun mengungkapkan hal yang sama. Semua ini adalah rencananya, tentu dia sangat mencintaiku. Namun, benarkah itu. Atau hanya sekadar berpura-pura di depan orang lain. Pencitraan.
Bayu menatapku perlahan. Jantungku berdebar hebat. Tangannya mulai menggenggam tanganku. Jangan tanya perasaanku. Bahagia.
"Terima kasih," ucap Bayu pelan.
Masih kutunggu ucapan cinta dari Bayu. Namun, waktu semakin merambat siang, Bayu tidak mengatakan hal yang lebih lagi. Bahkan di depan semua orang di dalam pesta yang ia rancang sendiri. Ia senyum dan ramah pada semua yang hadir. Namun, biasa saja padaku yang jelas-jelas istrinya.
Aku salah menduga. Entah apa yang ada di hati Bayu. Mengadakan acara sebesar ini hanya untuk ambisinya dianggap sebagai lelaki yang sangat memanjakan istri dan semua menganggap aku paling beruntung. Mereka tidak tahu kenyataannya.
Aku kira Bayu tidak dingin lagi. Ia menyiapkan segala perlengkapan pesta ulang tahun pernikahan kami dengan spesial. Banyak tamu yang diundang. Pesta benar-benar sebuah kejutan yang membahagiakan untukku. Namun, rupanya semua palsu.
***
"Aku boleh bicara, Mas." Aku mendekat saat Bayu bersiap tidur. Tentu saja hanya ada diam tanpa jawaban.
"Kenapa Mas membuat acara semeriah dan sebesar tadi untuk ulang tahun pernikahan kita. Aku tidak berharap semua itu, Mas. Aku hanya …." Lidahku tidak mampu melanjutkan.
Apa aku benar-benar buruk. Air mata menitik setelah terlalu terbawa perasaan bahagia yang ternyata semu. Bayu tidak bicara sedikitpun. Ia malah langsung tidur.
"Mas!"
Percuma, Bayu manusia dingin dan beku. Apa yang ia inginkan aku tidak tahu. Harus bagaimana menghadapi sikapnya. Sanggupkah aku bertahan.
***
"Nad, kamu kapan punya anak. Pernikahan kamu sudah setahun lebih. Semua tercukupi malah berlebih. Apa lagi yang ditunggu."
Pertanyaan dari mamaku dan keluarga yang lain hanya semakin menambah pilu. Aku belum ingin punya anak walau sekarang sudah menginjak usia tiga puluh tahun lebih. Bagaimana nanti anakku bila sikap Bayu masih sama. Bahkan tidak pernah aku membayangkan akan punya anak dari Bayu.
Hari terus berjalan dan sikap Bayu masih sama saja. Keluarga kami semakin erat. Kami sering dielukan dan dibanggakan saat ada acara-acara keluarga yang mengharuskan berkumpul bersama. Namun, sikap Bayu tidak berubah padaku.
Aku mulai belajar untuk melakukan apa yang Bayu lakukan. Bersikap biasa saja walau sulit. Melakukan semua aktivitas harian dengan biasa tanpa bicara. Rasanya mulutku sudah ikut kaku sekaku hati yang tidak pernah mendapat kasih sayang.
***
Sepekan lagi dua tahun sudah pernikahan kami. Aku semakin tidak sanggup lagi membendung rasa sakit tidak pernah dianggap. Meminta agar diizinkan bekerja malah memicu sikap Bayu semakin tak acuh.
Dua tahun lamanya, entah sudah berapa ratus atau ribuan kali aku mencoba mengajak bicara dari hati ke hati. Justru semakin aku mencoba, maka semakin dingin sikapnya. Hatiku kini sudah beku.
Aku akan membuat kejutan bagi Bayu jika dia nanti membuat acara ulang tahun pernikahan seperti tahun lalu. Sudah kurencanakan itu.
***
"Aku tidak mau Mas membuat acara untuk merayakan ulang tahun pernikahan kita!"
Setelah mengumpulkan segenap kekuatan, akhirnya keluar juga ucapan dari mulutku. Dua hari sebelum tanggal anniversary pernikahan.
Bayu hanya diam saja dan malah pergi ke ruangan lain.
Sehari tidak berhasil masih ada hari esok.
***
Hari ini seperti setahun lalu. Bayu tidak berangkat kerja dan mengagendakan akan melakukan seperti dulu. Mengajak aku berbelanja dan keluarganya mendekor rumah untuk acara ulang tahun pernikahan kami besok.
Sengaja aku bangun pagi dan berkebun di belakang rumah. Tidak ada makanan di dapur. Bayu pasti akan mencariku. Harapanku agar ia mengajak bicara.
Benar saja, tidak berapa lama saat tanganku dipenuhi tanah lengket, Bayu menghampiri dengan wajah kesal.
Aku sengaja mengenakan pakaian lusuh dan rambut kubiarkan tergerai tampak berantakan. Tidak lagi peduli mengurus diri agar tampil menyenangkan di matanya.
Kukira ia mengajak bicara walau ketus. Lagi-lagi aku salah. Sudah kusadari kehadirannya, tetapi pura-pura tidak melihat. Masa bo doh terkadang perlu untuk mencari tahu.
Menunggu itu melelahkan. Sedetik saja rasa setahun. Aku masih asyik melakukan kegiatanku berkebun. Menanam tanaman bunga baru. Lama kutunggu suara Bayu menyapa. Namun, tidak kunjung ada.
"Nadiaaa!"
Seruan Mama mertua membuatku melonjak. Sontak aku menoleh ke sumber suara. Mencari sekeliling dan Bayu sudah tidak ada. Sesak di dada.
"Bayu sudah nunggu kamu di mobil. Cepat sana kamu belanja buat besok." Mama bicara penuh semangat sambil menghampiri.
Pandai sekali taktik Bayu. Jika begini bagaimana aku menolak. Namun, aku tidak mau gagal berusaha mendapatkan apa yang seharusnya.
Bersambung
Jangan lupa baca karya peserta Olimpus Match Battle lainnya, ya!
1. Viloise--@Chimmyolala
2. The Lucky Hunter--@Dhsers
3. Tersesat di Dunia Sihir--@Halorynsryn
4. Aku Bisa--@okaarokah6
5. Kurir On The Case --@AmiyaMiya01
6. Is It Our Fate?--@ovianra
7. Crush--@dhalsand
8. Keping Harapan--@UmaIkhFfa
9. Cinta Alam Untuk Disa--@DenMa025
10. Memutar Waktu--@dewinofitarifai
KAMU SEDANG MEMBACA
Keping Harapan
Romance"Siapa yang ngemis, Sa. Keluarga Pak Hadi sendiri yang sudah sejak lama ingin menjadikan Nadia sebagai menantu mereka," sanggah Mama. "Tapi Nadia si keras kepala menolak dan lihat. Tiga hari lagi akad dan semua sudah siap. Tapi dibatalin begitu saja...