Bab 12 Kehamilan

5 1 0
                                    

Suaraku tidak lembut apalagi ramah. Nada bicara berapi-api dan sangat tinggi. Bahkan Bayu sampai mundur sedikit ke belakang mendengarnya.

"Maksudku bukan begitu, Nadia. Aku janji tidak akan diam lagi. Aku mohon kamu jangan diam juga."

"Maaf, Mas. Aku sakit hati."

***

Mungkin Bayu benar-benar sudah berubah. Dia menjadi lebih lagi memperhatikan diriku. Sarapan pagi susah siap. Semua pekerjaan rumah selesai dan yang lebih membuat aku melemah adalah, ia selalu mengajakku bicara. Sepekan penuh ia tidak ke dealer. Fokus membujukku.

"Berikan aku maafmu, Nadia. Please." Bayu memohon entah yang ke berapa kalinya.

Rasanya telingaku sudah bosan. Aku sadar sikapku sangat tidak baik sebab mengabaikan semua kewajiban sebagai istri. Namun, harus bagaimana cara agar Bayu mengerti selain itu.

***

Sumber penyakit memang dari hati dan pikiran. Saat pikiran tenang maka hati juga lebih lapang. Jiwa akan tentram serta raga selalu seimbang.

Pagi ini aku merasa tidak bisa bangun dengan segar seperti biasa. Rasanya seluruh persendian nyeri. Kepala pusing dan mual tidak terkira. Menatap pintu kamar yang terhalang sofa semakin menyiksa. Aku butuh seseorang sekarang. Aku merasa tidak berdaya.

***

"Sayang!" Bayu memelukku erat dengan berderai air mata.

Apakah ini mimpi? Tadi pagi aku merasa tidak enak badan, pasti ini mimpi karena tertidur lagi.

"Kamu tidak boleh telat makan, Sayang. Kamu harus makan dan minum obat sekarang. Maafkan aku, Nadia. Sayang. Kalau selama ini aku tidak mengabaikan kamu. Semua ini tidak akan terjadi."

Bayu menangis tersedu seperti perempuan. Sialau mata menatap jendela yang tirainya terbuka.

"Ibu harus istirahat total sementara waktu dan menjaga pola makan serta obatnya diminum, ya Bu. Supaya maag Ibu tidak semakin parah."

Mataku tertuju pada sosok yang bicara. Seorang dokter dan aku masih berada di kamar yang sama. Apa yang sebenarnya terjadi.

***

Kepala pusing dan nyeri luar biasa di ulu hati sungguh menyiksa. Hari-hari aku habiskan di atas ranjang. Lemah tidak berdaya. Bayu bahkan terpaksa tidak berangkat kerja lebih dari dua pekan demi merawatku. Dapat kurasakan betapa tulusnya ia.

"Kamu makan bubur dulu, ya. Harus sering-sering makan supaya lambung kamu tidak semakin luka."

Ini sudah yang ketiga kali pagi ini, Bayu menyuapi aku bubur halus. Baru juga pukul sepuluh pagi, tetapi Bayu tidak lelah memberikan yang terbaik demi kesembuhanku.

Mungkin sakit ini karena dosa-dosaku mengabaikan suami sendiri. Mungkin caraku meminta perhatiannya salah.

"Kamu tidak boleh nangis, Nadia. Kamu harus kuat. Kamu 'kan istriku yang kuat." Bayu mengusap air mataku yang jatuh.

Perasaan bersalah ini semakin bercampur aduk dengan amarah dan kecewa. Harus mengutamakan rasa yang mana.

"Maafkan aku, Nadia. Sayang. Maafkan aku." Bayu mendekapku hangat. Sebuah rasa baru yang menangkan jiwa.

***

Sebulam sudah aku merepotkan Bayu. Aku tidak berkenan keluargaku apalagi keluarga Bayu untuk menengok. Malu jika sampai mereka tahu.

"Maafkan aku, Mas."

"Kamu tidak perlu minta maaf, Sayang. Kamu istriku yang paling baik. Aku yang seharusnya minta maaf."

"Tapi aku sud–."

"Nadia, apa kamu tahu. Aku sangat mencintaimu. Aku menikahimu karena aku cinta, tapi aku takut kamu tidak membalasnya. Aku takut kamu tidak mencintaiku dan mau menikah karena terpaksa."

"Kenapa kamu berpikir begitu, Mas? Apa yang aku lakukan tidak cukup sebagai bukti kalau aku menerima sepenuh hati pernikahan ini?"

"Maafkan aku, Nadia. Aku sadar sekarang. Kamu memamg menerimaku. Maafkan aku, Sayang. Aku janji akan jadi Bayu yang lebih baik."

***

Setelah sakitku, hati ini kembali luluh. Sikap Bayu juga semakin hangat dan lembut padaku. Aku merasakan bagaimana bahagianya menjadi seorang perempuan sempurna yang diberi hak sebagai istri sepenuhnya di samping juga tanggung jawab.

***

"Kamu kenapa, Nadia sayang. Badan kamu demam. Kita ke dokter atau aku panggil dokter ke rumah."

Bayu panik sekali pagi ini saat memegang keningku. Aku merasa mual dan pusing. Padahal aku tidak pernah telat makan lagi. Kenapa sakit maag-ku kambuh.

"Ma-as," panggilku saat Bayu sibuk menghubungi seseorang.

Mual sekali rasanya sampai-sampai sebelum turun dari ranjang, aku sudah mun tah.

"Nadia! Sayang!"

Bayu sigap membantuku. Dia bahkan tidak risih membersihkan apa yang tidak sengaja keluar di atas sprei.

"Dokter sebentar lagi ke sini, Sayang. Sabar."

***

Dokter yang dipanggil menyarankan kami untuk melakukan pemeriksaan ke rumah sakit. Aku heran kenapa harus sampai sejauh ini, apakah aku mengalami penyakit berbahaya.

"Kami akan melakukan pemeriksaan urin, Ibu. Silakan!"

Perawat itu menyuruhku ke kamar kecil setelah membarikan wadah kecil tempat menampung urin. Sementara Bayu juga tampak begitu khawatir menemani sampai depan pintu toilet.

***

"Selamat, ya, Bu. Ibu hamil. Ibu tidak sakit, tapi Ibu hamil."

Bayu memelukku sangat erat. Setelah masa dingin dan beku pernikahan kami. Aku hamil. Aku hamil saat usiaku sudah di atas tiga puluh tahun. Bahagia sudah pasti. Hal yang paling dinantikan setiap pasangan yang telah menikah.

***

Sikap Bayu semakin lembut saja. Aku seperti ratu di rumahnya. Kabar gembira ini tersebar cepat pada keluarganya dan juga keluargaku. Bahkan saking senangnya, Bayu sampai-sampai ingin mengadakan syukuran.

"Baru juga dua pekan, Mas. Nanti saja kalau sudah empat bulan," tolakku.

***

Apa pun yang aku minta selalu dituruti, tetapi bukan berarti aku menjadi seenaknya dengan bermanja-manja menggunakan alasan kehamilan. Sebisa mungkin aku lebih aktif agar bayiku sehat.

"Aku mau ikut Mas kerja," ucapku pagi ini saat Bayu hendak ke dealer.

"Tidak boleh, Sayang. Kamu di rumah saja."

"Tapi aku ingin sekali, Mas. Aku tidak tahu kenapa."

Bayu menghembuskan napas berat sambil menatap perutku. "Ya sudah. Mungkin dedek bayinya yang minta."

Senag sekali aku bisa merasakan udara lain. Aku heran sendiri kenapa begitu bahagia diijinkan ikut ke dealer.


Bersambung

Jangan lupa baca karya peserta Olimpus Match Battle lainnya, ya!

1. Viloise--@Chimmyolala
2. The Lucky Hunter--@Dhsers
3. Tersesat di Dunia Sihir--@Halorynsryn
4. Aku Bisa--@okaarokah6
5. Kurir On The Case --@AmiyaMiya01
6. Is It Our Fate?--@ovianra
7. Crush--@dhalsand
8. Keping Harapan--@UmaIkhFfa
9. Cinta Alam Untuk Disa--@DenMa025
10. Memutar Waktu--@dewinofitarifai

Keping HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang