Bab 15 Pengakuan

9 1 0
                                    

Berhari-hari setelah itu aku berusaha bersikap biasa saja. Ingin menyelidikinya sampai mendapatkan bukti yang nyata. Namun, sikapku tidak dapat menyembunyikan semuanya. Bayu yang sudah memperlakukan dengan hangat tentu dapat merasakannya.

"Kamu tidak enak badan, Nad?"

Aku masih enggan menjawab. Memikirkan bagaimana cara menemukan jawaban tanpa bertanya.

"Nadia sayang. Jangan seperti ini, kenapa diam saja. Apa aku melakukan kesalahan lagi."

Tidak enak membuat Bayu harus serba salah. Namun, penemuan itu benar-benar mengganjal.

"Nadia! Bicara, Sayang. Aku tidak mau anak kita sedih karena kamu sedih begini."

"Mas!"

Bayu tersenyum manis sambil merangkulku. Harusnya bahagia, tetapi ada ketidaknyamanan yang kurasa.

"Mas benar-benar mencintaiku?"

Bayu mengerutkan alis mendengarnya. "Nad. Aku minta maaf kalau awal-awal kita nikah sikapku membuat kamu sakit hati. Aku sungguh mencintai kamu."

"Sejak kapan?"

Bayu tampak kelimpungan. "Emm …. Kenapa tiba-tiba bertanya begitu. Ada apa sih, Sayang."

Kutahu Bayu sedang mencoba tenang padahal sebenarnya sangat gugup. Debaran jantungnya sangat terasa. Pelukan sedikit berbeda. Seperti ada yang ditakutkan.

"Kita hanya pernah bertemu beberapa kali. Lalu kenapa Mas mau menikahiku?"

"Nadia." Bayu tergelak sambil mengusap ujung netranya. Sepertinya ada yang jatuh di sana.

"Kamu itu kenapa Nadia sayang. Aku menikahimu karena aku mencintaimu. Jika tidak, untuk apa aku menggagalkan rencana pernikahanmu."

Langsung kulepas pelukan sebelah tangan Bayu. Sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan. Wajah Bayu tampak biasa saja lalu ketika menyadari apa yang baru diucapkan seketika berubah kebingungan.

"Jadi benar, Mas? Kamu yang menggagalkan rencana pernikahanku dengan Mas Wira."

Bayu mencoba tersenyum menghilangkan gugup meski kutahu ada ketakutan di matanya. "Bukan begitu, Nad, maksudku. Maksudku aku …."

"Katakan, Mas. Aku istrimu. Dalam perutku ada anak kita. Aku tidak mau ada rahasia apa pun. Katakan."

"Maafkan aku, Nad. Aku mencintaimu sejak dulu. Sebelum kita bertemu di kantor."

Semua terdengar seperti dongen yang mustahil.

"Kamu cinta pertamaku, Nad. Aku jatuh cinta padamu sejak aku masih enam belas tahun. Aku malu, Nad. Waktu itu aku tidak berani mengatakannya. Kamu terlalu jauh di atasku."

O tak mencari-cari memori sepuluh tahun lalu saat aku masih kuliah. Aku tidak ingat pernah bertemu apalagi mengenal yang namanya Bayu. Hanya mampu mengingat pertemuan pertama di kantor dan setelahnya.

Melihat sikapku, Bayu menceritakan semuanya dari awal bagaimana bisa suka padaku. Aku begitu terkejut, bahkan tidak pernah menyadari kehadirannya. Sepuluh tahun lalu Bayu sudah sering melihatku saat Ayah kami yang bersahabat bertemu.

Cinta macam apa yang sampai tega membuat Rian harus memutuskan aku dan bahkan Mas Wira juga membatalkan pernikahan. Lalu sikap Bayu setelah menikah juga begitu dingin. Aku tidak bisa menerima semua ini. Rasanya terlalu menyakitkan. Perasaan Bayu yang menjadi dasar atas semua sikapnya tidak bisa kuterima.

***

Sebulan tidak mau bicara pada Bayu. Aku sangat terluka. Sakit sekali. Bayi dalam perutku semakin terlihat membuat perut mulai membuncit. Harusnya bisa mengabaikan semua yang dilakukan Bayu terhadapku, tetapi tidak bisa. Sedih berkepanjangan sampai dua tahun setalah putus dengan Rian dan rasa malu karena Mas Wira membatalkan pernikahan memberi rasa dendam di hati. Menyesali kenapa setelah ada benih di dalam rahim baru semuanya terungkap.

Bayu terus berusaha membujukku agar kembali seperti semula. Menjalani rumah tangga yang bahagia apalagi ada calon anak di antara kami. Namun, sulit sekali untuk bisa kembali bersikap biasa.

Kuakui sikap Bayu sangat bijak sekarang. Melakukan semua yang seharusnya bisa meluluhkan sikap bekuku. Tanpa kenal lelah meminta maaf dengan segala cara. Namun, aku masih tetap bergeming. Satu kesalahan Bayu yang menggunakan cara salah untuk bisa mendapatkan aku menjadi penghancur kepercayaan.

Terlalu larut dalam mengingat setiap keburukan tanpa mengingat ada hal baik yang juga dilakukan Bayu. Makan tidak teratur, istirahat kurang hingga mengganggu kehamilanku.

Perut tiba-tiba sakit saat baru bangun. Terasa ada yang mengalir dari sela paha. Mau tidak mau memanggil Bayu untuk membantuku.

***

"Alhamdulillah janin dalam perut Ibu tidak apa-apa. Hanya saja tidak boleh seperti ini terus. Sepertinya Ibu terlalu banyak pikiran."

***

Bayu semakin giat melakukan apa saja yang menurutnya mampu membuat aku kembali ceria. Bujukan demi bujukan dengan mengatas namakan calon buah hati terus saja membuatku semakin tidak nyaman.

"Nad. Aku harus bagaimana? Anak kita sebentar lagi lahir. Bahkan rencana syukuran empat bulan juga terlewat begitu saja. Sekarang kehamilan kamu sudah lima bulan. Kamu ingat 'kan apa kata dokter."

"Aku mau kita pisah, Mas."

"Nadia!" Bayu syok hingga berlutut. "Jangan kamu korbankan anak kita karena kesalahanku. Berikan aku kesempatan Nadia. Aku sangat mencintaimu. Aku tidak mau kita pisah apalagi ada anak kita. Jangan Nadia, jangan!"

Bayu bahkan menangis keras sambil terus memohon. "Nad. Kamu boleh benci aku. Kamu boleh marah ke aku sampai kapanpun, tapi jangan sakiti anak kita. Dia tidak bersalah, kumohon."

Bayu benar, anak dalam perutku tidak bersalah. Haruskah ia mengalami kesedihan atas kesalahan masa lalu ayahnya. Aku tidak mau anakku kelak tumbuh tanpa cinta yang utuh.

"Nad. Aku harus apa agar kamu memaafkan aku."

***

Kehamilanku sudah enam bulan. Bayi semakin sering membuat gerakan di dalam perut hingga terkadang ada rasa nyeri. Pikiran yang tidak tenang sangat berpengaruh. Perutku semakin sering nyeri, padahal kata dokter seharusnya meski bayi di dalam melakukan gerakan tidak akan membuat sakit.

***

Aku tidak menyangka jika Bayu benar-benar berusaha menghapus kesalahannya di masa lalu. Bahkan demi mendapatkan maaf dariku, ia rela membawa Mas Wira dan Rian ke rumah.

"Aku sudah memaafkan Bayu, Nad. Mungkin kita memang tidak jodoh."

"Meski aku juga belum bisa melupakan kamu, tapi aku tidak mau menjadi orang yang egois, Nad. Anak kamu lebih berhak bahagia bersama ayah kandungnya."

Ucapan Mas Wira dan Rian mengantar ribuan tetes air mata. Berusaha melupakan semua tentang Rian yang telah menemani selama lima tahun, dulu. Melihatnya lagi membuat hatiku kacau. Jika keduanya sudah memaafkan Bayu seharusnya aku juga.

***

"Maafkan aku, Nad. Caraku salah. Aku takut kamu tidak mau menerima cintaku karena kita beda usia. Aku tahu aku sangat keliru, Nad. Tidak seharusnya aku melakukan semua itu demi mendapatkan kamu. Tolong maafkan aku."

Bersambung

Jangan lupa baca karya peserta Olimpus Match Battle lainnya, ya!

1. Viloise--@Chimmyolala
2. The Lucky Hunter--@Dhsers
3. Tersesat di Dunia Sihir--@Halorynsryn
4. Aku Bisa--@okaarokah6
5. Kurir On The Case --@AmiyaMiya01
6. Is It Our Fate?--@ovianra
7. Crush--@dhalsand
8. Keping Harapan--@UmaIkhFfa
9. Cinta Alam Untuk Disa--@DenMa025
10. Memutar Waktu--@dewinofitarifai

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Keping HarapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang