Something

117 9 2
                                    

Sekitar jam 6 pagi, Jun mengantar Tzuyu kembali ke rumah Nayeon. Mereka berdua sedari tadi masih berada di dalam mobil.

"Kau tidak ingin masuk? Sudah hampir 20 menit kau diam disini."-Jun

"Baiklah, aku akan keluar sekarang."-Tzuyu

Baru saja Tzuyu membuka pintu mobil, tangan nya di tarik oleh Jun.

"Boleh peluk untuk yg terakhir kali?"-Jun

Tzuyu mengangguk lalu memeluk Jun. Jun membalas pelukan Tzuyu. Sebenarnya ia tidak rela melepas wanita manis itu.

Setelah melepas pelukan, perlahan Jun mendekatkan wajahnya. Tzuyu tidak mendekat atau menghindar. Bibir mereka berdua pun bertemu. Awalnya yg hanya kecupan ringan berubah jadi lumatan. Beberapa detik kemudian, Jun melepas tautan mereka.

Tzuyu memberikan senyuman terbaiknya lalu keluar dari mobil. Setelah mobil Jun pergi, Tzuyu membuka gerbang rumah Nayeon. Baru saja ia memegang gagang pintu rumah, pintunya di buka duluan oleh seorang pria manis yg sangat Tzuyu kenal.

"Jae-jaemin? Sedang apa kau disini?"-Tzuyu

Jaemin membulatkan matanya karena kaget melihat Tzuyu. Jaemin menggaruk kepalanya yg tak gatal sambil memikirkan sebuah alasan.

"A-aku di panggil mbak Nayeon buat benerin kran. Kalau begitu aku permisi pulang dulu."-Jaemin

Jaemin langsung pergi agar dia tidak perlu menjawab pertanyaan lain yg ingin Tzuyu tanyakan.

"Dih...kok jalan nya Jaemin aneh gitu?" Kata Tzuyu sambil melihat Jaemin yg berjalan keluar dari pintu gerbang.

Jaemin masuk ke dalam kamarnya dan perlahan mendudukkan dirinya di kasur. Penis nya kebas karena permainan nya kemarin malam.

"Moga Jeno gak ganggu..."

"What's up bro??"

Kalimat Jaemin terpotong karena Jeno datang tiba tiba lalu duduk di sebelahnya. Kamar mereka berdua kebetulan sebelahan jadi Jeno bisa tau kapan Jaemin kembali.

"Eh, kenapa lu? Gak kayak biasanya?"-Jeno

"Kagak kenapa napa kok."-Jaemin

Ingin rasanya Jaemin mengusir Jeno saat ini. Namun, kalau dia melakukan itu Jeno tentu akan curiga. Jeno melihat teman nya dari atas sampai bawah kemudian matanya fokus ke area selangkangan Jaemin. Tanpa aba aba, Jeno meremas penis Jaemin yg masih tegang dan kaku.

"Woilah!!! Sakit jen!!

Jaemin memukul tangan Jeno hingga kemerahan. Jeno memegang tangan nya sambil menahan sakit. Ia sedikit tersenyum melihat tingkah laku Jaemin yg sedang malu.

"Masih pagi wajar sih kalau titit lu tegang. Tapi, ini tegang nya beda nih."-Jeno

"Maksud lu?"-Jaemin

"Lu habis main kan? Ngaku gak lu? Dari kemarin malem lu gak pulang soalnya."-Jeno

"Apaan sih kepo banget lu."-Jaemin

"Apa jangan jangan lu main sama sabun ya?" Ejek Jeno

"Mana ada. Ya kali main sama sabun Jen."-Jaemin

"Kalau begitu sama siapa?"-Jeno

Jaemin tiba tiba diam sambil melihat area bawahnya yg begitu tegang dan berkedut. Belum lagi tadi sempat di remas oleh Jeno. Makin sakit tuh rasanya.

"Mending sekarang lu balik aja ke kamar."-Jaemin

"Tapi, lu belum jawab pertanyaan gue."-Jeno

"Lain kali aja ya. Gue lagi tersiksa ini."-Jaemin

Jaemin mendorong Jeno agar segera keluar dari kamarnya. Setelah Jeno keluar, Jaemin membanting pintu kamarnya cukup keras hingga Jeno melompat karena kaget.

"Jaemin kan gak punya pacar, terus main nya sama siapa dong?" Gumam Jeno sambil masuk ke kamarnya.

Setelah Tzuyu selesai mandi dan sudah bersiap berangkat kerja, ia iseng masuk ke kamar Nayeon yg tidak terkunci.

"Astaga Nayeon!!!"

Tzuyu berteriak karena kaget melihat begitu banyak bercak kemerahan di area payudara Nayeon. Nayeon hanya terdiam sambil mengoleskan bawang putih di bercak merah itu.

"Biasa aja kali. Kayak lu gak pernah aja. Gue tebak, lu juga ada kan?"-Nayeon

Nayeon bangun dari kasurnya lalu membuka paksa baju Tzuyu. Dan benar saja, Tzuyu juga memiliki tanda yg sama namun lebih sedikit.

"Lu gila ye, main kok sama pacar orang?"-Nayeon

"Lu juga gila, main kok sama brondong? Jilat ludah sendiri lu."-Tzuyu

"Setidaknya Jaemin belum ada pacar, na Jun itu gimana?"-Nayeon

Tzuyu terdiam sambil memakai kembali bajunya. Ia pun pergi dari kamar Nayeon dan kembali ke kamarnya.

................................

"Pagi kak Jun. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kalian."-Yuqi

"Terimakasih adikku. Oh iya bagaimana keadaan Mina?"-Jun

"Kemarin dia baik baik saja. Aku juga membantunya minum obat sesuai perkataan mu padaku."-Yuqi

"Baguslah."-Jun

"Oh iya kak, dokter menitipkan surat untuk mu. Setelah kau membacanya dokter meminta ku agar kau menemuinya di rumah sakit. Aku ambilkan dulu."-Yuqi

Jun mengangguk sambil menata makanan. Setelah siap, ia membawakan nya ke kamar.

"Selamat pagi sayang," sapa Jun saat masuk ke kamar dan melihat Mina sedang menyisir rambutnya.

"Selamat pagi."-Mina

"Aku membawakan mu sarapan. Yuqi yg memasaknya."-Jun

"Terimakasih. Taruh saja di meja itu."-Mina

Mina menunjuk sebuah meja yg ada di dekat kasurnya. Setelah itu, Jun kembali mendekati Mina lalu memeluknya dari belakang. Pandangan mereka berdua bertemu di cermin. Mereka saling memandang sejenak lalu tersenyum.

"Mina, kau sangat cantik hari ini."-Jun

"Jadi kemarin kemarin aku tidak cantik?"-Mina

"Tidak, kau memang sudah cantik dari dulu. Namun hari ini kau lebih cantik dari biasanya."-Jun

"Benarkah? Terimakasih sayang."-Mina

"Makanlah sarapan nya, aku akan menemui Yuqi dulu."-Jun

Setelah kepergian Jun, Mina menatap sarapan yg ada di atas meja, lalu kembali menatap bayangan nya.

"Sampai kapan aku harus bertahan?" Gumam Mina.

Setelah Jun membuka surat dari dokter, ia langsung menghubungi dokter itu. Dokter itu mengatakan ingin bertemu langsung dengan Jun saat itu Juga. Jun pun menghubungi Jaemin agar menunda pertemuan nya hari itu.

Sesampainya di rumah sakit, Jun bertemu dengan dokter yg menangani Mina.

"Halo tuan Jun, silahkan duduk."

"Iya dok, ada yg bisa saya bantu?"-Jun

"Apa kau sudah membuka hasil cek up nona Mina?"

"Ya sudah dok, tapi aku kurang paham isinya. Bisakah kau bantu menjelaskan nya padaku?"

"Begini, aku tidak ingin menuduh sembarangan. Tapi selama ini kau menjaga nona dengan baik bukan? Sepertinya belakangan ini nona tidak meminum obat nya."

"Aku selalu menemaninya makan serta melihatnya minum obat dok. Lalu apa yg telah terjadi?"

"Kankernya saat ini sudah stadium 4."

Jun terdiam dan matanya membulat. Ia sangat terpukul mendengar perkataan dokter.

"Yg benar saja dok, bukan kah hasil kemoterapi terakhir menunjukkan sel itu sudah tidak ada. Ini tidak mungkin."

"Jika nona rajin meminum obat, kemungkinan sel kanker itu kembali berkembang akan sedikit tuan. Namun saat ini kita hanya bisa berdoa agar nona bisa bertahan lebih lama."

"Maksud dokter?"

"Iya, umur nona sudah tidak lama lagi."

After you :: JunTzuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang