Emergency

78 11 0
                                    

"Lho, mana kak Jun?"-Yuqi

"Kak Jun? Maksudmu Junhui?"-Jeno

"Iya benar, dia bos mu bukan? Aku adalah adik kandungnya."-Yuqi

Jeno terdiam mendengar perkataan Yuqi. Pantas saja dari tadi dia merasa ada kemiripan diantara mereka berdua. Yuqi memang bilang kalau dia saudara Jun, cuma Jeno pikir Yuqi itu saudara sepupu atau saudara jauh.

"Maafkan aku, aku sudah lancang berbicara dengan mu."-Jeno

"Ah, tidak apa. Anggap saja aku ini adalah teman mu."-Yuqi

Jeno tersenyum manis. Ternyata dugaan nya salah tentang Yuqi. Dia begitu baik dan tidak memilih teman.

"Ayo, bantu aku mencari kakak ku. Dia tadi berada disini."-Yuqi

Jeno mengangguk lalu berpencar mencari keberadaan Jun. Setelah lewat beberapa koridor, Yuqi menemukan Jun. Jun sedang ditahan oleh dua perawat pria karena memberontak di ruangan ICU. Ruangan ini bukan ruangan pertama yg sebelum nya Mina tempati , namun ini ruangan baru yg jauh lebih besar dan lebih banyak alat medis disana.

"Kak, berhenti kak."

Yuqi menaruh minuman serta makanan nya lalu berusaha menenangkan Jun.

"Tidak!! Aku yakin Mina pasti bisa bertahan!!"

Tubuh Yuqi mulai bergetar. Belum pernah ia melihat kakak nya begitu emosional seperti ini. Matanya yg memerah serta urat di lehernya begitu jelas terlihat. Saat Yuqi berbalik, Jeno berada di luar ruangan itu. Jeno melambai ke arah Yuqi. Yuqi yg sudah tidak bisa menahan tangisnya akhirnya keluar lalu jatuh di pelukan Jeno.

"Aku, aku tidak bisa kehilangan kak Mina. Kau lihat kan, betapa frustasi nya kakak ku jika itu terjadi." Kata Yuqi sambil menangis.

"Tenanglah. Kita hanya bisa berdoa agar semua berjalan lancar." Kata Jeno sambil mengusap punggung Yuqi.

Dokter pun mengambil alat pacu jantung. 2 kali, 3 kali dokter mencoba tapi tetap saja, denyut jantung Mina tidak terdeteksi.

"Maafkan aku tuan. Nona Mina tidak bisa di selamatkan."

Jun mematung dan terdiam sejenak sambil menatap wajah pucat Mina yg terbaring di bed pasien. Air matanya mulai jatuh. Jun perlahan berjalan mendekat ke arah Mina. Ia mengelus pipi serta rambut Mina berharap wanita itu membuka matanya kembali.

"Kau,,, kau sudah berjanji tidak akan meninggalkan ku bukan?"

Suasana di kamar itu hening. Hanya ada suara deru nafas Jun yg berat serta perawat yg mulai membereskan alat medis.

"Mina...jangan tinggalkan aku!!! Bangun Mina!! Bangun!!"

Jun menggoyangkan tubuh Mina, namun hasilnya nihil. Yuqi dan Jeno pun bergegas masuk untuk kembali menenangkan Jun.

"Kak, sudah kak. Kak Mina sudah pergi. Dia pasti bahagia karena ia tidak akan merasakan sakit lagi." Kata Yuqi yg juga menangis.

Jeno pun ikut menenangkan Jun dengan mengelus punggung serta memegang bahu bos nya.

"Tuan, kita harus mengikhlaskan nona Mina. Dengan begitu, ia pasti akan bahagia disana."-Jeno

"Aku sudah berjanji akan menjaga nya. Tapi, aku gagal Jeno!"-Jun

"Tuan, kau sudah berusaha hingga sampai di detik dimana kau tidak tahu apa yg akan terjadi."-Jeno

"Aku bahkan belum memenuhi semua keinginannya. Dia pergi tanpa pamit kepadaku. Bagaimana aku bisa ikhlas?!"-Jun

"Ikhlas memang tidak mudah tuan. Aku yakin seiring bejalan nya waktu kau pasti bisa. Ingat, masih ada Yuqi disini."-Jeno

Jun memandang Yuqi sejenak lalu memeluk erat sang adik. Setelah itu ia kembali menatap tubuh kaku kekasihnya. Mina yg selama ini selalu ada dan selalu setia bersama nya, kini tertidur dengan nyenyak.

Jeno benar, ia harus mengikhlaskan Mina. Jun jelas tahu bahwa Mina pasti akan meninggalkan nya. Namun, ia tidak mengira waktu itu akan datang secepat ini. Jujur, Jun belum siap ditinggal secepat ini. Meskipun, ia tidak mencintai Mina tapi dengan kehilangan membuat nya sangat terpukul. Di sela tangisan nya, ia teringat dengan Tzuyu yg keadaan nya juga tidak baik.

.............................................

"Berapa suhu badannya?"-Nayeon

"Masih tinggi, 39.5 mbak."-Jaemin

"Bentar, gue cari di google dulu. Perasaan udah minum obat, panas nya kok gak turun ya."-Nayeon

Nayeon pun searching lalu membaca sebuah artikel.

"Astaga. Pantas saja panas nya tidak turun. Kita harusnya mengompresnya dengan air hangat bukan air dingin."-Nayeon

"Tuh kan, mbak Nayeon dibilangin malah ngeyel."-Jaemin

"Iye iye maaf. Gue bikin air panas dulu. Lu jagain ya, jangan di grepe!"-Nayeon

"Mbak, aku cuma punya mbak kok. Tenang aja."-Jaemin

Nayeon pun pergi ke dapur untuk membuat air panas, sementara Jaemin membereskan obat serta menyiapkan handuk kecil untuk kompres.

"Jun...."

Jaemin menghentikan kegiatan nya karena mendengar Tzuyu memanggil nama yg tidak asing.

"Jun...aku mohon...kembali"

Jaemin menggeleng mendengar perkataan Tzuyu. Tampaknya demam membuat Tzuyu mengigau.

"Tzuyu...kau mencintai orang yg sudah memiliki kekasih. Itu sudah sangat jelas bukan kalau itu adalah sebuah kesalahan."-Jaemin

"Tapi, kita masih tidak tahu apa yg akan terjadi kedepan nya. Ku harap, kau selalu bahagia."-Jaemin

Jaemin kembali melakukan aktifitasnya yg sempat tertunda karena mendengar Tzuyu mengigau.

"Jaemin, udah nih. Kita kompres kepala sama perutnya."-Nayeon

"Oke mbak. Aku kepala mbak perut."-Jaemin

"Iyalah. Keenakan lu kalau ngompres bagian perut."-Nayeon

Jaemin dengan Nayeon sangat telaten mengurus Tzuyu. Hingga pukul 3 pagi, Tzuyu terbangun dan melihat dua orang itu sedang terbaring di lantai kamar. Badan nya sudah sedikit membaik berkat Nayeon dan Jaemin.

"Terimakasih karena sudah menjaga ku." Kata Tzuyu sambil menatap sahabat serta kekasih sahabatnya mungkin.

"Jun,,, apa yg sedang kau lakukan? Apa yg terjadi disana? Apa kau sedang bersama Mina?" Gumam Tzuyu lalu kembali terlelap.

After you :: JunTzuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang