.
.
.
Hiashi duduk dengan gagah di hadapan seorang pemuda yang tengah meminum teh hijau buatannya. Seorang pemuda Nara yang akhir-akhir ini nampaknya sering sekali mengantar putrinya pulang ke manshion Hyuuga.
Di samping Hiashi, Hinata hanya duduk bersimpuh berdiam diri. Sesekali melirik ke arahnya dan juga pemuda itu. Mungkin karena masih juga tak ada yang bersuara sejak para pelayan Hyuuga menyiapkan sajian ringan untuk menyambut tamu, membuat gadis itu sedikit resah dan canggung.
"Bagaimana, tehnya?" Hiashi bertanya setelah melihat Shikamaru selesai menyesap teh yang Hiashi racik sendiri.
Shikamaru tersenyum tipis. "Seperti biasa, teh buatan anda selalu nikmat, Hiashi-san."
Hiashi tersenyum puas, kemudian ikut menyesap tehnya lagi.
"Jadi ada keperluan apa menemuiku malam-malam begini? Tidak mungkin kau hanya ingin meminum teh kan?"
Mendengar pertanyaan dari Hiashi, Shikamaru spontan menegakkan tubuh dan menatap wajah sang ketua klan Hyuuga dengan serius.
Shikamaru nampak menarik napas dan membuangnya dengan perlahan. Membuat Hiashi mengernyit heran, apa akan ada hal serius yang terjadi?
"Ijinkan saya berkencan dengan putri anda—Hyuuga Hinata, Hiashi-san." Ujarnya mantap, penuh keyakinan dan kesungguhan.
Hiashi cukup terkejut, ia berkedip sekali kemudian menoleh ke arah putrinya yang duduk di sampingnya. Tadinya ia akan bertanya pada Hinata sejak kapan mereka mulai berkencan. Namun melihat reaksi Hinata yang tampaknya bahkan jauh lebih terkejut dengan dirinya, Hiashi yakin jika Hinatapun baru pertama kali mendengar hal yang diucapkan pewaris keluarga Nara di hadapannya ini.
Hiashi berdehem. Menutupi raut wajahnya yang tengah berpikir mengapa Shikamaru justru meminta ijin padanya terlebih dahulu. Bukannya langsung mengajak Hinata untuk berkencan saja.
Mungkin orang jenius cara berpikirnya agak sedikit lain.
"Mengapa kau meminta ijinku tidak padanya?" Hiashi memberi tanda dengan memiringkan kepalanya ke arah Hinata yang masih syok menatap Shikamaru.
"Aku akan mengatakan perasaanku pada Hinata. Jika anda sudah mengijinkannya." Jawabnya begitu mantap.
Hiashi menunduk dan menutup mata. Menahan diri agar senyuman tak lolos dari wajahnya. Hiashi tidak mengerti apa pemuda jaman sekarang memang seberani ini?
Tapi harus Hiashi akui, dia menyukai cara Shikamaru meminta ijin padanya terlebih dahulu sebelum mendekati putri sulungnya.
"Baiklah, aku ijinkan. Kau boleh mengencani putriku dan jangan sampai kau melukainya."
Hinata menoleh ke arah ayahnya. Ayahnya yang penuh perhitungan dan sulit dengan orang baru mengapa dengan mudah mengijinkan Shikamaru begitu saja? Apa Shikamaru memantrai ayahnya?
"Tentu, Hiashi-san." Senyum kemenangan terpatri di bibir Shikamaru.
"Baiklah, kurasa ada hal yang harus kalian bicarakan tanpa kehadiranku." Hiashi bangkit dari duduknya. Shikamaru dan Hinata baru akan bangkit namun Hiashi menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide and Seek ✔
Fanfiction[ShikaHina - Fanfiction] [Fanon] Harus menyembunyikan hubungannya dengan Hinata itu bukan sesuatu yang Shikamaru inginkan. Tapi Shikamaru sudah terlanjur mengiyakan ketika Hinata meminta agar status mereka dirahasiakan sampai gadis itu siap. Padahal...