09. My boy || Park Jeongwoo

372 16 0
                                    

Happy reading🐺

Jeongwoo as Yoga

🐺🐺🐺

Pindah rumah ke kawasan lingkungan baru emang agak canggung dan asing. Apalagi kalo pindahnya baru beberapa hari. Naisa dan sekeluarga pindah ke sini semenjak 2 hari yang lalu, terhitung masih sangat baru.

"Eh kak, di depan lorong ada lapangan basket, temenin gue kesitu yuk." Ujar Adik perempuan Naisa, Chiara. Mereka hanya berjarak satu tahun.

"Dih ogah, ngapain anjir." Balas Naisa. Emang dasar adiknya ini hobi cari cogan.

"Plisslah kak, temenin gue." Mohon Chiara lagi.

"Yaudah deh iya." Naisa mengalah. Meskipun dia kesal, tetep aja dia yaudah nurut aja.

"Ayok sekarang." Ajaknya yang membuat Naisa kaget.

"Hah? Gila kau, masa sekarang." Kaget Naisa.

"Udah jam 4 ini, keburu sore, ntar pada pulang." Ujar nya lagi. Naisa hanya bisa pasrah mengikuti Chiara yang menarik lengannya keluar dari rumah.

Emang mereka berdua sedikit berbeda, dari segi fisik dan penampilan pun sungguh sudah sangat terlihat. Chiara yang modis, fashionable, bahkan wajahnya yang cantik menjadi daya tarik banyak laki-laki, dengan badannya yang mungil. Sedangkan Naisa dengan gaya yang anak rumahan, introvert, bahkan bentuk fisik yang badannya agak berisi dari kebanyakan orang, menjadikan ia kurang pede jika harus keluar rumah.

Lapangan basket berukuran 10 m x 9 m itu dipenuhi oleh banyak orang yang sedang bermain basket. Tempat itu di dominasi oleh para cowo-cowo tampan dengan keringat membasahi mereka. Pandangan Naisa tertuju dan berhenti kepada satu orang pemuda yang memakai baju basket tanpa lengan yang bertuliskan angka 28.

"Hei, sini masuk." Mereka berdua dipanggil oleh salah satu pemuda disana.

"Kalian keknya anak baru disini, anak baru ya?." Tanya pemuda ini. Tubuh tinggi, wangi, dengan baju basket tanpa lengan bertuliskan angka 1.

"Iya nih kak, baru pindah kemarin lusa." Chiara dengan santai menanggapinya. Sedangkan Naisa hanya diam sibuk memperhatikan pemuda yang mengambil atensinya.

"Oiya, nama kalian?." Sekarang pemuda yang Naisa pandangi diam-diam berucap.

"Saya Chiara, panggil aja Ara. Dan ini kakak saya, namanya Naisa, panggil aja Kak Nai." Ujar Chiara sembari menepuk pundak Naisa.

"Gue Yoga, ini Zidan, yang pake baju angka 5 namanya Bintang, terus yang disitu Deket ring, itu ade gue, namanya Brian." Ujar Yoga memperkenalkan.

"Salam kenal, mau main?." Tawarnya Zidan.

"Boleh kak? Kami mah gabisa main basket." Ujar Chiara.

"Ya gapapa, ayok, sekalian perkenalan kita." Pemuda bernama Yoga menarik lengan Chiara menuju lapangan.

"Nai, ayok gabung." Panggil Zidan.

"Keknya gausah dulu deh, siapa yang mau ajarin dia? Ntaran aja." Naisa menghentikan langkah kakinya mendengar perkataan dari Yoga.

"Dih parah lu, gapapa Nai?." Teriak Zidan dan Naisa hanya mengancungkan jempolnya. Naisa berjalan menuju ke tepi kursi penonton. Terkadang Naisa menghela nafas melihat Chiara yang benar-benar diajarin buat main basket. Naisa udah biasa, dibeda-bedakan dengan adiknya. Karena lingkungan sebelumnya yang dia tinggali hanya yang cantik yang diperlakukan spesial. Lingkungan nya bener-bener jahat.

"Coba aja gue cantik." Monolog Naisa.

"Pasti gue bakalan mudah dapet temen, dan lebih bahagia." Monolognya lagi dan kemudian melihat ke arah perutnya. Berlebihan pikirnya.

Treasure Imagine One shoot (Lokal Vers)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang