Cptr 3. Baru Menyadari

4.5K 464 8
                                    

Rafaela membuka pintu kamarnya ia berjalan menuju dapur, ia membuka kulkas dan menemukan jika ia sedang kehabisan bahan makan. Rafaela menghela nafas, ia mengambil susu coklat yang ada di sana, berniat akan membeli makanan setelah menghabiskan susu.

Rafaela itu cantik tapi dia adalah anak nolep, bahkan sebulan ini ia belum keluar dari apartemennya, ia terlalu nyaman dengan suasana sepi apartemennya, terlalu senang bermain game dan menelusuri internet.

"Udah sebulan ternyata sejak mimpi itu, cepet juga," gumam Rafaela sambil membawa susu coklat di dalam cangkirnya menuju ke balkon kamar.

Mungkin ini adalah saatnya ia keluar dari sangkarnya.

Sebenarnya Rafaela hanya tidak terlalu menyukai pemandangan dari balik balkonnya, bagaimana ia bisa menikmati pemandangan tempat pembakaran sampah kampung? Lagian apartemen ini kenapa harus dibangun di sini sih?

Rafaela bersiap-siap untuk menghirup udara berbau sampah ketika membuka pintu balkon tapi ...

Prang!

Rafaela menjatuhkan cangkirnya, pemandangan ini bukan pemandangan yang sama seperti sebelumnya. Bukan pembakaran sampah tapi sebuah taman indah dengan background gedung-gedung tinggi beraturan.

"Lah kok?" Rafaela berjalan cepat menuju pagar pembatas balkon, ia menatap sekelilingnya dan semuanya tampak asing.

"Gue dibuang ke mana anjir?" menarik pelan rambutnya, Rafaela benar-benar kebingungan dengan keberadaannya.

"GUE DI BELAHAN DAD– DUNIA MANA?!"

***

"Sumpah deh Nan, lo enggak capek gini terus? Enggak capek di hina terus?" Krisnari Anara menatap sahabatnya khawatir.

Anara sudah lumayan lama berteman dengan Nancy, ia tahu bagaimana sebenarnya Nancy itu, ia tidak lebih hanya seorang gadis rapuh yang kehilangan kebahagiaan.

"Gue sayang dia Ra ..." dengarlah suara lirih itu, begitu menyayat hati kecil Anara.

"Tapi dia enggak sayang lo! Apa lo pernah lihat dia bales perasaan yang lo tunjukkin ke dia? Enggak Nan!" Anara muak dengan segala alasan yang Nancy berikan agar tetap terlihat masih mencintai Faleri.

Nancy hanya bisa termenung dengan mata yang berkaca-kaca, hidupnya benar-benar rumit bahkan bertambah rumit di setiap harinya, Nancy belum menemukan alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan apa alasannya hidup?

"Adek lo juga, dia itu sebenernya dukung siapa sih? Dia temenan sama Cianjing itu tapi enggak perilakunya sok ada di kubunya lo," Anara tidak mengerti, Nancy terlalu muda dan terlalu rapuh untuk menghadapi segala macam tragedi.

Nancy tidak menjawab, ia berdiri lalu meninggalkan Anara. "NANCY! NANCY LO MAU KEMANA?" Anara berlari mengejar Nancy yang telah jauh berada di hadapannya.

Nancy itu jahat, Anara akui itu tapi mereka semua salah memperlakukan Nancy, mereka tidak memahami perasaan Nancy. Anara sebenarnya lelah tapi Anara tidak bisa pergi, seperti ada sesuatu yang mengatakan padanya untuk selalu menjaga Nancy, seolah akan seseorang yang kembali untuk berterimakasih padanya.

"NANCY! OMG! WHAT ARE YOU DOING?!" Anara terkejut bukan main ketika melihat Gracia yang terduduk sambil menangis tersedu-sedu.

Anara tahu, gadis bernama Gracia itu hanya berakting tersakiti tapi masalahnya adalah Faleri. Lelaki kampret itu pasti akan segera datang dan memarahi Nancy.

"Cewek kampung lo ngapain anjing? Lembek amat lo kayak tai!" Nancy menatap sinis Gracia yang tampak seperti anjing yang minta dikasihani.

Gracia tidak menjawab, Nancy sedikit kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi, hanya karena ia sedikit menghina Gracia si gadis itu malah menangis tersedu-sedu.

RAFAELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang