"Iya tahu kak, masa waktu aku pergi ke alamat rumahnya Amanda malah sampai ke rumahnya kak Annastasia," ucap Gracia yang berjalan bersama dengan Rafaella, sedangkan yang dia ajak bicara tidak menanggapi.
Saat Gracia berbicara sendiri karena bingung Rafaella meliriknya, ia berpikir tentang sesuatu yang membuatnya menghentikan langkah kakinya.
"Eh? Kenapa berhe–"
"Lo enggak usah deket-deket sama Faleri lagi."
Gracia tertegun lalu mengerut tidak suka. "Maksud kakak apa sih? Kenapa kakak nyuruh aku buat jauhin kak Faleri?" tanya Gracia meminta sebuah kepastian.
"Oh, kakak itu di pihak Nancy kan?" Rafaella berbalik menghadap Gracia, menatap dingin dengan mata hitam legamnya.
"Untuk jadi adik gue, lo harus bisa memahami gue." Gracia tidak dapat mengerti maksudnya.
"Dan lo enggak." Rafaella pergi meninggalkan Gracia sendirian, bel akan berbunyi 5 menit lagi dan ia harus membunyikannya.
***
Bel berbunyi lewat dari 20 menit yang lalu, namun Rafaella masih tetap berjalan mengelilingi sekolah yang dikenal elite itu. Sekarang sasaran utamanya adalah gudang belakang.
Sedikit informasi, ada beberapa gudang dan gudang yang paling jarang dikunjungi adalah gudang belakang, tempat paling cocok untuk berbuat maksiat, seperti yang Rafaella lihat.
"Sshh ah anjinghh ..."
"Pliisshhh ..."
Memuakkan, menjijikan, tidak bermoral. Rafaella menggenggam erat tongkat saktinya, ia berfikir mereka perlu hukuman yang setimpal.
"Berbuat mesum di sekolahan termasuk pacaran, pelanggaran peraturan Bab 2 nomor 3, kalian harus dapat hukuman." mata hitamnya dapat melihat raut terkejut dari dua siswa siswi itu, perasaan ini terasa deja vu.
"Apa yang–"
Takk ... Takk
Setelah berjalan mendekati mereka berdua, Rafaella memukul bagian belakang kepala mereka menggunakan tongkat hingga pingsan, lalu ia memandang mereka dengan rendah.
Rafaella mengambil ponselnya, bagaimana Rafaella bisa membawa ponsel yang termasuk barang eletronik? Bukannya melanggar peraturan Bab 1 nomor 9?
Tentu karena George Beasley, sang kepala sekolah yang berada di jalan yang sama dengan Rafaella. Hanya para anggota inti Organisasi Kedisiplinan yang diizinkan, demi kepentingan bersama.
"Halo? Kenapa La?"
"Lo ke sini, sekarang."
"Njir, di mana?"
"Gudang belakang."
"Gila! Gue lagi sama Faleri, kalau dia tahu gue pergi gimana?"
"Bukan urusan, lo anggota inti, punya tanggung jawab."
"Oke oke, tapi agak lama, gua ajak puter dulu, soalnya kita mau ke taman belakang pasti ngelewatin gudang."
"Gak! Cepet."
"Oalah kurang asem ya lo, ha? Apa? Ohh, ini mami gue Fal, gak tau tiba-tiba telpon aja."
"..."
"Kok lo bawa hape? Gak takut lo sama si murid baru itu?" suara lagi terdengar dari sebrang sana.
"Maksud lo si onoh? Ya takutlah, cuma gua udah izin sama guru, kalau gue kasih suratnya juga gak bakal di sita.
"Bohong banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAELLA
FantasyTentang Rafaela yang bertransmigrasi ke dalam novel ciptaan sahabatnya dan menjadi kakak tiri tokoh antagonis. Rafaela yang 'ini' dan Rafaella yang 'itu' adalah orang yang sama. Sama-sama seorang pecandu internet dan sama-sama seorang pemalas. Karen...