Tidak pernah ada yang tahu di dalam ruang kedisiplinan itu sedang terjadi apa, tapi yang pasti orang yang masuk ke sana akan berada dalam masalah.
Biasanya anak-anak nakal masuk ke sana dengan perasaan dongkol dan keluar dengan pribadi yang baru, walau tidak semuanya langsung dapat berubah.
Setelah Mikayla keluar dari ruangan tersebut, dirinya tidak ada kabar dalam waktu yang lama, akan tetapi Rafaella sebagai pelakunya dan angkatan emas yang mendamping Rafaella bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa.
Bahkan telah hampir 4 hari berlalu dan semuanya tetap diam.
***
"Kak, kakak!" yang dipanggil berhenti, ia melihat seorang gadis dengan rambut coklat sebahu mendekatinya.
Rafaella hanya memandangnya, ia menunggu apa yang ingin gadis ini katakan.
"Kak, hari ini boleh gak aku pulang sama kakak?"
Tapi ...
"Peraturan bab 1 nomor 5, rambut harus hitam." gadis itu tertegun sejenak, lalu perlahan menyentuh rambutnya.
Dia tersenyum canggung. "Ma-maaf kak, tapi ini warna rambut asli aku." tidak ada tanggapan lebih, hanya tatapan yang awalnya ragu dan berakhir dengan Rafaella yang berbalik badan.
Gadis itu tetap mengikuti langkah Rafaella. "Minta surat izin sama guru BK, terus kasih ke gue," ujar Rafaella dengan nada perintah yang dominan.
"I-iya kak." hanya itu kemudian selebihnya hening.
Rafaella saat ini sedang patroli pagi, berkeliling untuk menemukan sampah yang merusak keindahan sekolahnya, ia berjalan dengan tubuh tegap dan mata yang melirik ke sana dan ke sini.
Dirinya memang bukan seseorang yang lemah, yang luka sedikit menangis, akan tetapi psikiater mana yang tidak dapat melihat jika Rafaella tidak memiliki semangat hidup? Itu terlihat jelas di matanya.
"Kak, kakak tahu gak sih? Aku itu punya temen deket, dia bilang cuma mau pergi sebentar aja waktu itu, tapi sampai sekarang dia gak dateng-dateng, apa dia ke luar kota lagi?" entah mengapa tiba-tiba gadis ini bertingkah sok akrab.
Yang jelas Rafaella tidak peduli, apapun masalahmu itu bukan masalahku, itu prinsip hidup Rafaella.
"Dia pergi, aku sedih banget, terus tiba-tiba ada kasus itu, aku kan jadi takut," ucapnya sambil mengusap lengan.
Rafaella berhenti, ia mulai melirik gadis di sampingnya, dia diam tapi otaknya berkelana memikirkan sesuatu.
"Gracia," panggil Rafaella pada gadis yang sedari tadi menemaninya.
"Iya? Kenapa?"
"Kembali ke kelas." Gracia tertegun sejenak mendengar perintah Rafaella, lalu ia tersenyum dalam pergi meninggalkan Rafaella di ujung koridor.
Rafaella berada di lantai atas, ia memandang tiga orang perempuan sedang asik belajar di bangku taman, Rafaella mengeluarkan sesuatu dari sakunya ia menatap dalam, lalu menoleh melihat Gracia yang telah menjauh.
"Memangnya kapan sih gue baik?"
***
Bruk!
"Eh, sorry sorry gue gak sengaja, aduh pada jatuh deh," keluh Nancy tanpa melihat siapa yang dia tabrak, memang begitulah Nancy, dia tahu yang mana salahnya dan yang mana bukan salahnya.
Ia mengambil buku itu satu per satu dengan terburu-buru, lalu ia memberikannya pada orang yang tidak sengaja ia tabrak tadi.
Deg ...

KAMU SEDANG MEMBACA
RAFAELLA
FantasyTentang Rafaela yang bertransmigrasi ke dalam novel ciptaan sahabatnya dan menjadi kakak tiri tokoh antagonis. Rafaela yang 'ini' dan Rafaella yang 'itu' adalah orang yang sama. Sama-sama seorang pecandu internet dan sama-sama seorang pemalas. Karen...