Cptr 10. LHS Misi 1 : Peraturan

3K 407 25
                                    

Semuanya sudah ketahuan, para polisi datang untuk membawa mayat gadis itu. Benar, hanya membawanya, pihak sekolah pasti menutupi ini agar tidak menyebar demi nama baik.

Beberapa hari ini para murid benar-benar gempar dengan ditemukannya mayat di atap sekolah, mereka agak kesal dengan kasus ini yang tidak diusut sama sekali, tapi mereka yakin jika pelakunya tertangkap ia akan tetap dihukum.

"Kejadian ini benar-benar membuat saya terkejut."

"Memang agak sadis."

"Kamu sebagai saksi mata pasti akan dicurigai, tapi sebagai orang yang saya percaya kamu harus menyelesaikannya."

"Ck, enggak ada orang lain?"

"Kenapa? Kamu tidak bisa?"

"Males aja."

"Haa ... Sebagai seorang pelajar bersikap malas bukanlah hal yang baik, kamu tahu itu bukan?"

"Tahu, hanya malas untuk peduli."

"Terserah, intinya masalah ini harus selesai, semuanya harus bersih."

"Hm, ngomong-ngomong bagaimana dengan peraturan lama? Enggak masalahkan kalau ruang kedisiplinan itu kembali?"

"Saya sudah memberikan tanggung jawab ini kepada kamu, saya harap kamu dapat melakukannya dengan baik, saya percaya kamu Rafaella."

***

"Gila njir, bisa-bisa ada kasus pembunuhan di sekolah kita," ucap Tio dengan rasa tidak percayanya, dirinya sempat tersedak cilok saat mendengar kabar tersebut.

"Enggak-enggak! Di dalam otak gue tuh kayak, itu pelaku bisa-bisanya bunuh orang di sekolahan mana kepalanya dipenggal lagi? Gila gak tuh?" timpal Jehian, dirinya juga tidak menyangka hal akan terjadi.

Alegra meletakan gelas kopinya. "Gua malah mikir gini, apa motif dari pembunuhan ini? Bully? Gua rasa mungkin, tapi ini terlalu sadis," Alegra lumayan senang dengan pembicaraan seperti ini.

Faleri sedari tadi diam mendengarkan percakapan teman-temannya, walau sebenarnya ia juga berfikir tentang kasus yang lumayan gila ini, apalagi kasus ini terjadi di sekolahannya.

Sebenarnya Faleri setuju dengan anggapan Alegra, bisa jadi motif utama dari kasus ini adalah pem-bully-an, tetapi masih ada yang mengganjal di hatinya, sesuatu yang perlu ia tahu.

"Kalau ini memang karena pem-bully-an lalu siapa cewek yang dibunuh itu? Dia korban atau malah pelaku pem-bully-annya?'' inilah yang mengganjal di hati Faleri dan pertanyaan itu membungkam ketiga temannya.

Di dalam pem-bully-an ada yang namanya pelaku dan korban, pelaku bisa membunuh korban karena memang korban adalah targetnya, serta korban dapat membunuh pelaku karena dendam yang telah tumbuh.

Atau bisa saja pelaku tidak berniat membunuh korban, tetapi pelaku tidak sengaja membunuh korbannya. Masalahnya adalah mana ada ketidaksengajaan tapi memenggal kepala?

"Itu bener, tapi buat gue kasus ini terlalu aneh buat kasus dengan motif pem-bully-an," Jehian angkat bicara, menurutnya jika motif pem-bully-an ini terlalu tidak jelas maka pasti ada motif lainnya.

"Karena cowok?" apa yang Tio katakan ada benarnya, bisa saja korban itu melakukan sesuatu dengan pacar si pelaku.

Alegra mengernyitkan dahinya. "Tapi lo yakin dia cewek? Bisa aja kan pelakunya itu cowok," ujar Alegra.

"Oh! Atau gini, kalau emang pelakunya cowok bisa jadi si cewek ini selingkuh, terus si cowok gak terima dan ngebunuh ceweknya, itu yang pertama kalau yang kedua sih mungkin cowok ini emang psikopat dan si cewek mencoba lepas dari dia," jelas Jehian.

RAFAELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang